Sebentar lagi kita akan masuk pada bulan bulan Rabiul Awal, di mana pada bulan itu Nabi Muhammad SAW dilahirkan. Jamak diketahui, selama bulan kelahiran Nabi ini, sebagian besar muslim di Indonesia akan mengadakan beragam acara untuk memperingati hari kelahiran Rasulullah SAW.
Acara yang diadakan biasanya pengajian, pembacaan teks maulid Nabi, seperti Barzanji, dan lain-lain. Perayaan maulid sendiri bukanlah suatu yang baru, tradisi yang sudah lama berlaku di tengah masyarakat. Menurut Imam al-Suyuthi, yang pertama kali melakukan perayaan maulid Nabi adalah raja Mudzaffaruddin Abu Said Kokburi bin Zainuddin Ali bin Baktakin, penguasa dari Irbil/Irak, yang pernah membangun masjid di wilayah Qasiyun, Damaskus.
Sebetulnya, seperti disebutkan Nico Kaptein, jauh sebelum Raja Mudzafaruddin, tradisi perayaan maulid sudah pernah dilakukan oleh dinasti Islam sebelumnya. Hanya saja Imam al-Suyuthi lebih memilih Raja Mudzafaruddin sebagai orang pertama yang merayakan maulid Nabi.
Raja Mudzafaruddin dikenal sebagai raja yang alim dan baik hati. Dia tak segan-segan menyedekahkan seluruh hartanya untuk pengadaan perayaan maulid. Mengundang para ulama, dan menyediakan tempat menginap bagi mereka. Berbagai makanan disajikan untuk tamu yang hadir.
Saking suka berbagi, ia lupa untuk membeli baju yang bagus untuk dirinya sendiri. Disebutkan dalam riwayat, istrinya pernah bertanya, kenapa kamu pakai pakaian yang seperti ini, yang harganya sangat murah. Ia menjawab, “Saya lebih senang bersedekah, dibanding memakai pakaian yang mahal.”
Dalam kitab Husnul Maqsid fi Amalil Maulid, Imam al-Suyuthi menjelaskan kenapa Rasulullah SAW dilahirkan pada hari senin bulan Rabiul Awal, bukan pada hari Jum’at, atau bulan-bulan yang dimuliakan di dalam Islam, semisal Ramdhan dan seterusnya.
Mengutip Ibnu Al-Hajj, dalam kitab tersebut dijelaskan beberapa hikmah mengapa Nabi SAW dilahirkan pada hari Senin di bulan Rabiul Awal.
Pertama, Rasulullah dilahirkan pada hari Senin, karena pada hari itu Allah menciptakan tumbuhan yang menjadi sumber makanan manusia. Tumbuhan sebagai simbol yang baik di mana seluruh makhluk hidup bergantung kepadanya.
Kedua, dilahirkan di bulan Rabiul Awal, karena Rabi’ berati musim semi, musim yang sangat bagus dan dinikmati banyak orang.
Ketiga, Nabi dilahirkan pada hari Senin dan Rabiul Awal menunjukkan bahwa beliau memang dimuliakan Allah SWT. Andaikan Nabi dilahirkan di hari atau bulan yang dianggap mulia, tentu orang akan mengira nantinya Nabi mulia karena dilahirkan pada hari atau bulan yang mulia.