Ternyata Pintu Ka’bah Ada Dua

Ternyata Pintu Ka’bah Ada Dua

Selama ini yang kita tahu, pintu Ka’bah hanya satu, yaitu yang kini diselimuti kiswah dengan gambar khusus persegi panjang dengan ornamen emasnya. Nyatanya, ada pintu lain.

Ternyata Pintu Ka’bah Ada Dua

Selain membuat banyak muslim menyimpan rasa penasaran untuk datang dan melihatnya secara langsung, Ka’bah juga menyimpan banyak teka-teki sejarah yang jarang diketahui banyak orang. Salah satu aspek yang jarang diketahui tersebut adalah bahwa Ka’bah pada zaman Nabi Ibrahim AS memiliki dua pintu. Selama ini yang kita tahu, pintu Ka’bah hanyalah satu, yaitu bagian dari Ka’bah yang kini diselimuti kiswah dengan ornamen khusus persegi panjang dengan ornamen emasnya. Nyatanya, ada pintu lain yang tertutup oleh bagian kiswah yang tak terselimut ornamen.

Nah, yuk kita bahas lebih dalam tentang dua pintu Ka’bah, bagaimana pintu tersebut berfungsi sepanjang sejarah, serta bagaimana perubahan struktur pintu-pintu tersebut dari masa ke masa: baik dari masa Nabi Ibrahim AS hingga saat ini.

Dua Pintu Ka’bah pada Zaman Nabi Ibrahim

Pada masa Nabi Ibrahim (AS), Ka’bah memiliki dua pintu yang sangat berbeda dibandingkan dengan Ka’bah yang kita kenal sekarang. Pintu-pintu ini terletak di sisi yang berlawanan dari bangunan Ka’bah, yang masing-masing digunakan untuk tujuan yang berbeda. Pintu pertama adalah pintu utama yang digunakan oleh umat Islam pada masa itu untuk masuk ke dalam Ka’bah. Pintu kedua, terletak di sisi yang berseberangan, adalah pintu keluar yang digunakan untuk memudahkan jamaah keluar setelah menyelesaikan ibadah mereka.

Keberadaan dua pintu ini menunjukkan betapa luasnya desain Ka’bah pada masa itu. Dua pintu tersebut memberikan kemudahan bagi orang-orang untuk bergerak masuk dan keluar dengan lancar, memungkinkan umat untuk beribadah tanpa gangguan. Keberadaan dua pintu ini juga menggambarkan simbolisme spiritual bahwa umat Islam memiliki dua jalur yang terbuka untuk mendekatkan diri kepada Allah: satu jalur untuk memasuki rumah-Nya dan satu lagi untuk kembali ke kehidupan mereka.

Satu Pintu Ditutup Saat Renovasi Ka’bah oleh Quraisy

Pada masa Nabi Muhammad (SAW), Ka’bah kembali mengalami renovasi besar setelah mengalami kerusakan akibat banjir. Ketika kaum Quraisy memutuskan untuk membangun kembali Ka’bah, mereka menginginkan bangunan yang lebih kuat dan kokoh. Namun, karena terbatasnya dana, kaum Quraisy membangun Ka’bah dengan ukuran yang lebih kecil dibandingkan dengan bentuk aslinya pada zaman Ibrahim.

Salah satu perubahan yang dilakukan adalah penutupan salah satu pintu Ka’bah. Pada masa ini, pintu keluar yang terletak di sisi berlawanan ditutup, dan hanya pintu utama yang tersisa sebagai akses satu-satunya untuk masuk dan keluar. Namun, meskipun salah satu pintu ditutup, pintu utama yang tersisa tetap dijaga. Pintu ini tetap menjadi simbol dari hubungan langsung umat dengan Allah, dan walaupun terbatas, ia tetap berfungsi sebagai penghubung antara sang hamba dan Tuhannya.

Pintu Kedua Hampir Dibuka Kembali oleh Rasulullah

Setelah Rasulullah SAW berhasil menaklukkan Mekkah, beliau mengungkapkan keinginan untuk mengembalikan Ka’bah ke bentuk yang semula, seperti pada zaman Nabi Ibrahim AS. Salah satu yang beliau inginkan adalah kembalinya dua pintu Ka’bah yang berfungsi untuk masuk dan keluar. Rasulullah SAW ingin Ka’bah dibangun lebih luas dan lebih terbuka, seperti yang telah dilakukan oleh Nabi Ibrahim AS, sehingga pintu-pintu tersebut bisa memberikan kemudahan akses bagi jamaah yang beribadah.

Namun, meskipun Rasulullah memiliki niat mulia untuk mengembalikan Ka’bah ke bentuk asalnya, beliau memilih untuk tidak melakukannya pada masa itu. Nabi khawatir jika beliau mengubah Ka’bah pada masa tersebut, sebagian orang, terutama mereka yang baru saja memeluk Islam, akan berpikir bahwa beliau berniat merusak atau meruntuhkan Ka’bah. Pintu yang sudah diubah oleh Quraisy menjadi satu pintu utama pada masa itu dipertahankan untuk menghindari fitnah yang mungkin muncul di kalangan umat yang baru memeluk Islam.

Kembali Dibuka Pada Masa Abdullah bin Zubair, Namun Ditutup Kembali atas Perintah Abdul Malik bin Marwan

Pada masa pemerintahan Abdullah bin Zubair RA, Ka’bah kembali mengalami renovasi yang signifikan. Abdullah bin Zubair, yang memerintah Mekkah setelah wafatnya Yazid bin Muawiyah, memutuskan untuk mengembalikan Ka’bah ke bentuk yang lebih mirip dengan bentuk asalnya, yaitu pada zaman Nabi Ibrahim AS. Salah satu langkah utama yang diambil oleh Abdullah bin Zubair adalah membuka kembali pintu kedua Ka’bah yang sebelumnya ditutup saat renovasi oleh kaum Quraisy.

Dengan kembalinya pintu kedua, Ka’bah kembali memiliki dua pintu yang menghubungkan umat dengan Allah. Pintu pertama tetap menjadi pintu utama, sementara pintu kedua memungkinkan jamaah untuk keluar dengan lebih mudah setelah ibadah. Hal ini tidak hanya mengembalikan bentuk fisik Ka’bah, tetapi juga memberikan simbolisme bahwa rumah Allah tetap terbuka bagi umat-Nya, baik untuk masuk ke dalamnya melalui ibadah maupun untuk keluar dengan membawa berkah.

Namun, renovasi ini tidak diterima oleh pemerintah Umayyah yang berkuasa saat itu. Khalifah Abdul Malik bin Marwan mengirim Al-Hajjaj bin Yusuf untuk mengubah kembali Ka’bah sesuai dengan bentuk semula yang telah dilakukan oleh Quraisy. Pintu kedua yang telah dibuka oleh Abdullah bin Zubair RA kembali ditutup, dan Ka’bah kembali memiliki satu pintu utama yang digunakan untuk akses masuk dan keluar.

Hampir Dibuka Kembali Masa Khalifah Abbasiyah

Setelah dinasti Umayyah digantikan oleh dinasti Abbasiyah, kembali ada keinginan untuk mengembalikan Ka’bah seperti pada zaman Abdullah bin Zubair RA. Khalifah Al-Mahdi, yang memerintah pada masa Abbasiyah, berencana untuk membuka kembali pintu kedua yang telah ditutup. Namun, Imam Malik bin Anas memberikan nasihat agar tidak mengubah Ka’bah lagi.

Imam Malik mengingatkan bahwa jika pintu kedua dibuka kembali, hal itu bisa menimbulkan kebingungan dan perpecahan di kalangan umat Islam. Beliau khawatir renovasi ini akan menjadi permainan politik antara penguasa, yang mengurangi kehormatan Ka’bah di mata umat Islam. Khalifah Al-Mahdi akhirnya memutuskan untuk tidak mengubah Ka’bah dan mempertahankan bentuk yang ada pada masa itu. Dengan demikian, Ka’bah tetap memiliki satu pintu utama.

Meskipun pintu kedua tidak pernah dibuka lagi, pintu utama yang ada sekarang tetap menjadi simbol keagungan Ka’bah. Pintu ini tetap menjaga kehormatan dan kesucian Ka’bah, dan meskipun Ka’bah tidak lagi memiliki dua pintu, ia tetap menjadi pusat ibadah dan tempat yang sangat dihormati oleh umat Islam.

Referensi:

  • Ibn Kathir, Al-Bidayah wa’l-Nihayah
  • Ibn Hajar al-Asqalani, Fath al-Bari.
  • Al-Qurtubi, Al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an.
  • Al-Muwatta’ oleh Imam Malik bin Anas.