Maulid yang Menghidupkan: Merayakan Kelahiran Nabi Muhammad SAW di Salah Satu Kafe Terkenal di Yogyakarta

Maulid yang Menghidupkan: Merayakan Kelahiran Nabi Muhammad SAW di Salah Satu Kafe Terkenal di Yogyakarta

Meski agendanya adalah memperingati perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW, pengunjung non-Muslim juga tetap bisa datang dan menikmati sajian-sajian gratis.

Maulid yang Menghidupkan: Merayakan Kelahiran Nabi Muhammad SAW di Salah Satu Kafe Terkenal di Yogyakarta
Foto: Twitter @kafebasabasi

Ada banyak cara untuk merayakan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Mulai dari bersedekah, membantu fakir miskin, mengungkapkan berbagai pujian kepada Nabi, membaca Maulid al-Barzanji, Maulid Diba’, Simtuth Durar, Dhiyaul Lami’, hingga yang paling mudah membaca al-Qur’an.

Namun, owner Kafe Basabasi, Edi Mulyono memutuskan untuk memperingati maulid Nabi Muhammad SAW dengan cukup berbeda. Saudagar asal Madura, Jawa Timur tersebut mempersilahkan khalayak untuk menikmati makan dan minum secara gratis di seluruh kafe miliknya yang tersebar di Yogyakarta, enam cabang Kafe Basabasi, satu Kafe Lehaleha, dan satu Kafe Mainmain. Agenda tersebut tidak lain hanyalah sebagai bentuk syukur atas kelahiran Nabi Muhammad, Sang Pelita dan Junjungan kita semua.

Acara bertajuk “Pesta Pora Maulud 2022” ini tidak hanya dilakukan sekali, namun rutin saban tahun untuk memperingati hari kelahiran Rasulullah SAW. Prosedurnya cukup mudah, pengunjung cukup datang saja ke salah satu kafe yang disebut di atas tanpa perlu membawa duit.

Di pintu masuk, pengunjung diberi kartu antrian yang nantinya akan ditukarkan dengan ragam varian menu, mulai dari kudapan ringan, makanan berat, dan berbagai jenis minuman gratis sesuai dengan yang ingin kita pesan. Saya sendiri kemarin memesan nasi goreng spesial dan es kopi susu. Sedap sekali.

“Kita ini bukan sedang menghidup-hidupkan Maulid Nabi, tapi maulidnya yang menghidupkan kita,” kata Agus Radja, salah satu pengunjung militan Kafe Basabasi.

Sebelum acara inti, Kafe Basabasi mengadakan serangkaian pengajian Maulid yang diisi dengan mendawamkan syair pujian kepada Nabi Muhammad SAW.

Meski agendanya adalah memperingati perayaan Nabi umat Muslim, pengunjung non-Muslim juga tetap bisa datang dan menikmati sajian-sajian gratis tersebut.

“Bahkan ada dua volunteer beragama Kristen yang ikut menjadi panitia,” kata Imam, manajer umum Kafe Basabasi.

Keterbukaan ini merupakan salah satu manifestasi dari Islam rahmatan lil alamin yang selalu dipromosikan Rasulullah. Pak Edi, begitulah ia biasa dipanggil, memberi kesan bahwa memberi sesuatu kepada sesama tanpa melihat agama adalah keniscayaan bagi umat manusia. Meski para pengunjung non-Muslim tidak mengetahui bagaimana rasa syukur umat Islam atas lahirnya Nabi Muhammad, setidaknya mereka dirangkul untuk merasakan kegembiraan bersama, dalam hal ini, ya makan minum gratis.

Saya sendiri mengajak dua teman saya beragama Kristen Protestan ke Kafe Basabasi Condongcatur untuk berbagi kebahagiaan ini. Menurut saya, terlalu sayang merayakan kelahiran Nabi dengan sesama orang Islam saja. Suka cita ini harus dirasakan oleh seluruh elemen masyarakat, sebagai ejawantah dari sosok Rasulullah yang diutus sebagai berkah bagi semesta alam.

Seperti yang lumrah diketahui, kedai kopi atau warung kopi telah mempengaruhi gaya hidup masyarakat, terutama anak muda, di Yogyakarta. Maraknya kafe di Yogyakarta menjadi bukti tingginya minat penduduk kota terhadap ruang publik sebagai tempat untuk bersosial atau mengaktualisasi diri.

Sebagai kota pelajar, pasar utama warung-warung kopi di Yogyakarta adalah para pelajar atau mahasiswa. Di Kafe Basabasi, misalnya, meskipun juga tidak sedikit keluarga yang berkunjung atau beberapa karyawan yang nebeng tempat untuk rapat, pasar yang tak pernah surut adalah mahasiswa. Saya sendiri ketika mengerjakan skripsi maupun tesis lebih banyak menghabiskan ngetik di Kafe Basabasi, alih-alih di perpustakaan kampus. Dan saya yakin tidak sedikit mahasiswa yang melakukan hal serupa.

Melalui “Pesta Pora Maulud 2022″, selain untuk bersukur, pak Edi juga terlihat ingin menyuntikkan dan menumbuhkan semangat cinta kasih kepada Baginda Rasul kepada kawula muda Yogyakarta. Melihat pengunjung event yang cukup membeludak dan didominasi oleh pemuda-pemudi di seantero Yogyakarta, misi itu nampaknya berhasil.

Tujuan bos penerbitan buku Diva Press tersebut sebetulnya nampak jelas ketika ia banyak menggunakan Kafe-kafenya untuk diskusi-diskusi keagamaan. Dalam salah satu rangkaian perayaan maulid, misalnya, Kafe Basabasi selalu menghadirkan figur-figur religius untuk mengisi seputar keislaman.

Tahun 2021 lalu, Kafe Basabasi mengundang Habib Ja’far al-Hadar untuk mengisi pengajian maulid di dua cabang, Kafe Basabasi Condongcatur dan Kafe Basabasi Nologaten. Sedangkan untuk melengkapi rangkaian acara maulid tahun 2022 ini, Kafe Basabasi mendatangkan Gus Ulil Abshar Abdalla untuk mengisi kajian di Kafe Basabasi cabang Sorowajan.

Baca Juga, Memasjidkan Kafe ala Husein Jafar al-Hadar

Sebagai salah satu produk budaya populer, Kafe Basabasi tidak hanya menawarkan tempat untuk kongkow dan bercerita, sesuai dengan slogannya, namun juga menyediakan ruang untuk menumbuhkan spiritualitas dan wadah untuk diskusi ilmu keagamaaan. Semangat ini melekat pada Kafe Basabasi dan secara konsisten terus diaktualisasikan.

Pada akhirnya, niat baik kepada sesama serta rasa cinta pak Edi terhadap Rasulullah menjadi satu hal yang patut diapresiasi. Selain sebagai ajang berbagi kebahagiaan, “Pesta Pora Maulud 2022” berfungsi sebagai trigger bagi pemuda-pemudi Muslim di Yogyakarta untuk mulai mencintai Rasulullah SAW, untuk menumbuhkan kembali semangat menjalankan sunnah-Nya, dan menumbuhkan kesadaran bahwa lahirnya Nabi Muhammad sangat layak untuk disyukuri karena merupakan anugerah terbesar bagi alam semesta.