Pada awal tahun baru hijriyah, kita biasanya disunnahkan untuk puasa bulan Muharram, seperti puasa Asyura dan Tasu’a. Selain itu, ada banyak sejarah dan kejadian penting di bulan Muharram.
Muharram merupakan salah satu dari empat bulan haram yang dipilih Allah SWT. Hal ini karena di dalamnya terdapat peristiwa-peristiwa besar. Pertistiwa tersebut tertulis dalam kitab-kitab hadis, seperti Shahih Bukhari, Shahih Muslim dan Tanbihul Ghafilin karya Abu Laits as-Samaraqandi. Pada bulan ini pun terdapat larangan untuk berperang seperti penjelasan ath-Thabari ketika menjelaskan Al-Quran surat at-Taubah ayat 36.
Selain itu, pada bulan ini dianjurkan untuk melakukan lebih banyak ibadah, terutama puasa. Menurut Imam al-Ghazali dalam kitab Ihya Ulumuddin, pahala orang yang puasa tiga hari (Kamis, Jumat dan Sabtu) pada bulan ini sebanding dengan 700 tahun ibadah. Dengan demikian, bulan ini begitu istimewa yang dihiasi berbagai peristiwa dan dibalut oleh pahala yang berlipat ganda. Peristiwa-peristiwa tersebut dapat ditinjau dari segi historis, normatif-teologis, sains, sosial dan humaniora.
Secara historis, peristiwa-peristiwa yang terjadi pada bulan Muharram dapat diklasifikasikan ke dalam tiga periode besar, yakni periode pra-Nabi Muhammad SAW, periode masa Nabi Muhammad SAW, dan periode pasca-Nabi Muhammad SAW.
Peristiwa yang terjadi di bulan Muharram pra-Nabi Muhammad SAW berdasarkan keterangan Abu Laits as-Samaraqandi di antaranya adalah:
- Diciptakannya lauh mahfudz, qalam, langit, bumi, Nabi Adam AS, Siti Hawa, surga dan neraka.
- Berlabuhnya bahtera Nabi Nuh AS dan umatnya pasca banjir bandang
- Selamatnya Nabi Ibrahim AS dari kobaran api
- Sembuhnya Nabi Ayub AS dari segala penyakit
- Selamatnya Nabi Musa AS dan kaumnya dari kejaran serta kungkungan dehumanisasi Fir’aun dan bala tentaranya yang pada akhirnya Fir’aun dan tentaranya ditenggelamkan Allah SWT;
- Diterimanya taubat Nabi Adam AS; semua itu terjadi pada bulan Muharram, awal tahun baru Hijriyah, tepatnya pada hari Asyuro.
Adapun peristiwa yang terjadi pada bulan Muharram masa Nabi Muhammad SAW berdasarkan hadis riwayat Bukhari dan Muslim
- Digantinya hukum wajib puasa bulan Muharram menjadi sunah setelah puasa Ramadhan diwajibkan untuk nabi Muhammad SAW dan umatnya.
- Terjadi azam atau himmah nabi Muhammad SAW untuk puasa sunah sebagai penggandeng puasa asyuro sekaligus pembeda ritual ibadah puasa dengan umat Yahudi.
Sementara itu, peristiwa besar di bulan Muharram yang terjadi pasca-Nabi Muhammad SAW di antaranya:
- Ditetapkannya kalender hijriah sebagai kalender Islam pada masa khalifah Umar bin Khattab r.a
- Terbunuhnya Sayyidina Husein RA, cucu Nabi Muhammad SAW di Karbala pada masa dinasti Umayyah.
Secara normatif-teologis, pada bulan ini diperintahkan untuk memperbanyak ibadah, seperti sedekah, dzikir, puasa, membaca al-Quran, membaca shalawat, membaca istighfar, taubat, membersihkan diri, dan sebagainya. Dengan kata lain, pada bulan ini Allah SWT memerintahkan hamba-Nya untuk mempertebal ketaatan dan ketakwaan kepada-Nya. Di samping itu, terdapat kesunnahan puasa Muharram berupa puasa Asyuro dan Tasu’a; dan mubah untuk meng-azam-kan suatu ibadah yang tidak bisa dilakukan pada waktu yang sama.
Ditinjau dari segi ilmu pengetahuan atau sains, kisah-kisah yang terjadi pada bulan Muharram ini menyiratkan bahwa ilmu pengetahuan dapat membantu manusia untuk menenangkan, menyejahterakan, menyelamatkan, mengantisipasi diri, dan menjadi solusi bagi manusia dari segala problematika hidup. Seperti ilmu perkapalan Nabi Nuh AS yang menyelamatkan umat manusia dan setiap makhluk yang ada di bumi dari bencana banjir; ikhtiar Nabi Ayub AS untuk kesembuhan dirinya dengan meminum dan mandi di mata air yang muncul ketika kakinya dihentakkan; dan wawasan luas serta kreatifitas khalifah Umar bin Khattab RA sehingga mampu menciptakan kalender Islam (hijriah) yang berdasarkan pada waktu yang dibutuhkan bulan untuk mengelilingi bumi.
Kemudian ditinjau dari segi sosial, manusia akan hidup secara aman, damai dan tentram serta terhindar dari bencana jika terjalin hubungan harmonis antara manusia dengan tuhan, antara sesama manusia, dan antara manusia dengan lingkungan. Hal itu terlihat dari kisah nabi Nuh, Ibrahim, dan Musa yang diselamatkan Allah dari musuh mereka serta sembuhnya penyakit Nabi Ayub karena kedekatan mereka kepada Allah SWT.
Ditinjau dari segi humaniora, pada bulan ini dianjurkan untuk memberikan sedekah kepada anak yatim dan mengusap kepala mereka sebagai tanda kasih, kepedulian dan perhatian kepada mereka. Selain itu, terdapat satu hadis yang oleh Sufyan r.a. telah praktekkan, amalkan dan buktikan terkait perintah untuk saling meringankan beban atau tuntutan antar anggota keluarga, baik itu orang tua, anak, istri, suami, saudara, pembantu, dan lain-lain. Tujuannya agar Allah melapangkan dan mempermudah urusannya setahun itu. Dengan kata lain, perintah ini merupakan langkah penanaman sikap yang memanusiakan manusia dan pengikisan secara perlahan terhadap sikap dehumanisasi antar manusia.
Selain itu, pada peristiwa-peristiwa itu dapat diambil benang merah bahwa apapun yang menimpa diri manusia baik itu berupa cobaan maupun siksaan, semua itu dapat berasal dari beberapa faktor berikut: pertama, faktor kesalahan diri manusia itu sendiri, seperti pengusiran Nabi Adam AS dari surga. Kedua, faktor makhluk gaib, seperti peniupan penyakit oleh Iblis kepada Nabi Ayub AS. Ketiga, faktor manusia, seperti dehumanisasi yang dirasakan dan diterima bani Israil karena ulah Fir’aun. Keempat, faktor alam, seperti bencana yang menimpa kaum Nabi Nuh AS yang disebabkan oleh curah hujan yang tinggi dan meluapnya air sehingga terjadi banjir bandang yang menenggelamkan mereka kecuali yang berada di atas bahtera Nabi Nuh AS. Namun pada akhirnya, semua faktor ini terjadi atas skenario dan izin Allah SWT demi kemaslahatan umat manusia.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kejadian atau peristiwa pada awal tahun baru Hijriyah, tepatnya pada bulan Muharram ini memberikan kita berbagai macam pelajaran berharga guna kehidupan manusia. Pelajaran berharga ini dapat ditinjau dari segi historis, teologis, sains, sosial, dan humaniora seperti yang dipaparkan di atas. (AN)
Wallahu a’lam.