Kemajuan ilmu pengetahuan yang pesat di kalangan umat muslim, membangkitkan semangat para cendekiawannya untuk mempelajari ilmu bumi, astronomi, dan segala macam disiplin ilmu yang telah berkembang maju pada peradaban Yunani dan juga Romawi. Mereka mulai menerjemahkan naskah-naskah kuno dari bahasa Yunani ke bahasa Arab.
Berkembangnya geografi di dunia Islam dimulai ketika Khalifah al- Ma’mun yang berkuasa dari tahun 813 hingga 833 M memerintahkan para ahli geografi Muslim untuk mengukur kembali jarak bumi. Sejak saat itu muncullah istilah Mil untuk mengukur jarak. Sedangkan orang Yunani menggunakan istilah stadion.
Setelah para pakar geografi muslim berkembang. Muncullah satu nama yang tak bisa dilepaskan dari sejarah Islam, dialah Syarif Al-Idrisi, sang penemu peta dunia.
Ia lahir pada abad ke 11 M bertepatan dengan 493 H di Sebtah, negara perbatasan Maroko dan Spanyol. Ketika muda pergi mencari ilmu di pusat keilmuan dan kebudayaan di bumi Andalus, tepatnya di Kordoba. Ia mulai bertalaqqi dari satu guru ke guru yang lain. Ketertarikannya yang tinggi di bidang astronomi, perhitungan dan ilmu bumi, membuat ia memutuskan untuk mengelilingi dunia.
Dimulailah ekspedisi pertamanya untuk mengelilingi dataran Andalus. Dilanjutkan perjalanan menuju kepulauan Lisbon, Prancis Barat dan Selatan, kepulauan Inggris Selatan, menuju Asia Kecil dan negara-negara lain yang sempat disinggahinya. Tak lupa dengan senjata ampuhnya, pena dan kertas, ia menulis segala hal yang ia lihat dan dengar, mulai batas negara hingga kondisi masyarakatnya. Lalu ia pun kembali ke Sebtah sebagai ahli geografi pada usia 37 tahun.
Raja Roger II, raja dari kerajaan Sisilia atau Shoqliyah, mendengar kabar tentang kepakarannya di bidang geografi. Raja yang cinta akan ilmu pengetahuan dan ulama muslim ini mengundang Al-Idrisi untuk hadir di istananya.
Pada tahun 533 H, sampailah ia di kota Sisilia. Sang raja pun memberikan sambutan luar biasa dan memberikan suatu kehormatan guna membuat buku ensiklopedi geografi dan peta dunia yang terperinci.
Al-Idrisi pun menyetujui permintaan sang raja. Ia pun meminta sang raja untuk mengirim para ahli ilmu bumi dan para pelukis untuk melukis dan mendeskripsikan apa yang dilihatnya guna mempermudah proyek penulisan ensiklopedi dan peta dunia ini.
Berangkatlah para ahli dan pelukis atas izin raja Rodger II. Ditulislah keterangan catatan tentang sosio-kultural kemasyarakatan yang akurat dan mereka mulai menggambar setiap bentuk dari negara-negara yang dikunjunginya dengan detail. Lalu sekembalinya para ahli, Al-Idrisi pun memulai penulisan karya monumentalnya ini.
Syarif Al-Idrisi menulis kitab ini berdasarkan tiga referensi asas: Pertama, hasil ekspedisinya selama menjelajah dunia. Kedua, hasil maklumat, informasi dan gambar-gambar dari para ahli utusan raja. Dan ketiga, kitab-kitab penting dalam fan ilmu geografi.
Tepat pada tahun 549 H/1154 M, jerih payah al-Idrisi membuahkan hasil dengan rampungnya mega proyek kemajuan ilmu pengetahuan Islam. Kitab ini pun diberi judul Nuzhatul Mustaq Fi Ikhtiroi’ Al-Afaq, salah satu sumber penting dalam ranah ilmu geografi dan sosiologi di dunia.
Ditambahkan di dalam kitab tersebut gambaran peta dunia serta peta wilayah Sebtah. Tak lupa al-Idrisi membubuhkan perbatasan dan batas teritori setiap negara dengan teliti berdasarkan panjang, lebar serta jarak yang membentang antar negara dan menyempurnakan apa yang telah dimulai al-Khawarizmi. Ia juga mengukur garis lintang dan garis bujur antar negara dengan bantuan Lauhul Tarsim.
Lalu Raja Rodjer II meminta lagi dibuatkan replika bumi yang nyata dengan bentuk bola dunia. Sang raja pun mengirimkan perak tang setara dengan 400.000 dirham dan al-Idrisi pun mulai membuat seperti yang dikehendaki sang raja. Perak itu pun disulap menjadi bola dunia dengan ukiran di bagian luarnya gambar negara, daerah, lautan, samudra, sungai, teluk, batas-batas negara dan juga jalan-jalan yang bisa ditempuh dengan ketelitian dan keahlian luar biasa. Raja pun memberikan dua per tiga sisa perak tadi dan ditambahkan 200.000 dirham sebagai hadiah dan penghargaan atas jasa dan usahanya.
Jasa-jasanya yang tak terhingga bagi kemajuan ilmu pengetahuan menjadikan namanya dikenang manusia hingga sekarang. Al-Idrisi wafat dengan berbagai peninggalan berharga pada tahun 561 H/ 1165 M ditempat kelahirannya, Sebtah.
Di antara karyanya: Al-Jami’ Li Sifati Astati Al-Nabat, Al-Adwiyah Al-Mufrodah, Roudul Unsi Wa Nuzhatun Nafsi, dan lain-lain. Terima kasih Al-Idrisi telah membuka mata kami akan pentingnya ilmu pengetahuan.