Rasulullah Muhammad saw. adalah Nabi terakhir yang diutus oleh Allah swt. untuk seluruh umat manusia dan jin. Sebagai Nabi terakhir, Nabi Muhammad saw. dikaruniai berbagai mukjizat yang agung.
Namun, pada masa awal kerasulannya, banyak orang-orang kafir yang tidak percaya. Bahkan, mereka memusuhi dakwahnya. Oleh sebab itu, orang yang bahagia adalah mereka yang membenarkan risalah yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw. Sedangkan orang yang celaka adalah mereka yang tidak mempercayai ajaran-ajarannya.
Kebahagiaan diutusnya Nabi Muhammad saw sebagai seorang Rasul bukan hanya milik manusia, namun makhluk lain seperti hewan pun ikut bergembira. Mereka bergembira atas kenabian dan kerasulan Nabi Muhammad saw. Hal ini sekaligus menegaskan bahwa Rasulullah saw. adalah rahmat untuk seluruh alam, bukan hanya manusia saja.
Salah satu kisah yang membuktikan jika hewan pun ikut mengakui dan bergembira atas kenabian, dan kerasulan Muhammad saw. adalah seekor serigala. Sebagaimana dijelaskan oleh Imam Ahmad dalam Musnadnya, suatu ketika ada seorang penggembala kambing yang sedang menggembala kambingnya. Tiba-tiba ada seekor serigala yang menangkap seekor kambing milik penggembala tersebut. Ketika salah satu kambingnya tersebut ditangkap oleh serigala, si penggembala itu pun langsung mengejar dan menariknya dari serigala tersebut.
Saat kambing buruannya tersebut ditarik oleh pemiliknya, serigala itu pun langsung duduk di atas ekornya seraya berkata, “Tidakkah engkau takut kepada Allah? Engkau menarik rezeki yang telah diberikan Allah kepadaku.”
Melihat serigala tersebut berbicara, si penggembala itu pun kaget dan berkata, “Alangkah anehnya, seekor serigala bisa berbicara layaknya manusia kepadaku.”
Mendengar perkataan si penggembala kambing, serigala itu kembali berkata, “Maukah engkau aku beritahukan yang lebih mengagumkan daripada itu? Muhammad berada di Yatsrib, ia memberitahukan kepada manusia tentang berita-berita besar tentang masa lalu.”
Setelah kejadian tersebut, si penggembala kemudian menggembalakan kambing-kambingnya hingga memasuki kota Madinah. la pun menambatkan kambing-kambingnya di suatu tempat. Kemudian dia mendatangi Rasulullah saw, dan menyampaikan apa yang telah dialaminya.
Melihat hal tersebut, Rasulullah saw. kemudian memerintahkan agar kaum muslimin berkumpul. Dan beliau pun berkata kepada penggembala itu, “Beritahukanlah kepada mereka.”
Si penggembala itu kemudian memberitahukan kepada kaum muslimin yang berkumpul waktu itu perihal kejadian yang dialaminya.
Setelah si penggembala itu selesai bercerita, Rasulullah saw. kemudian bersabda;
صَدَقَ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يُكَلِّمَ السِّبَاعُ الْإِنْسَ، وَيُكَلِّمَ الرَّجُلَ عَذَبَةُ سَوْطِهِ، وَشِرَاكُ نَعْلِهِ، وَيُخْبِرَهُ فَخِذُهُ بِمَا أَحْدَثَ أَهْلُهُ بَعْدَهُ
Artinya: Benar apa yang dikatakan oleh si Yahudi ini. Demi Allah, Dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya, kiamat tidak akan terjadi sampai binatang buas bisa berbicara dengan manusia dan ujung cambuk seseorang bisa bercerita kepada pemiliknya, demikian pula tali sandal seseorang, juga pahanya (bisa menceritakan) apa yang dilakukan istrinya setelah kepergiannya.”
Selain memberikan sebuah peringatan tentang tanda-tanda hari akhir sebagaimana sabda Rasulullah saw di atas. Kisah tentang seekor serigala yang bisa berbicara di atas, menunjukkan betapa bahagianya makhluk ciptaan Allah swt yang bernama hewan atas kenabian dan kerasulan Nabi Muhammad saw.
Oleh sebab itu lah, di bulan Rabi’ul Awwal yang menjadi bulan kelahiran Rasulullah saw. Mari kita berbahagia dengan selalu bersyukur kepada Allah swt dan memperbanyak sholawat kepada Rasulullah saw. agar kelak di akhirat nanti kita diakui sebagai umatnya dan mendapatkan syafaat darinya.
Memperbanyak sholawat serta bergembira atas kelahiran Nabi Muhammad saw dengan cara memperingati Maulid Nabi saw, bukanlah sebuah dosa. Sebab, banyak pahala dan keberkahan di dalamnya. Hal tersebut sekaligus sebagai wujud kegembiraan atas diutusnya Rasulullah saw.
Keberkahan dan banyaknya pahala dalam memperingati Maulid Nabi Saw sendiri diakui oleh Ibnu Taimiyah. Dalam kitabnya Iqtidha’ Shirot al-Mustaqim, dia mengatakan;
فتعظيم المولد وإتخاذه موسما قد يفعله بعض الناس ويكون له فيه أجر عظيم، لحسن قصده وتعظيمه لرسول الله صلى الله عليه وسلم
Artinya: Mengagungkan Maulid dan menjadikannya tradisi, terkadang dilakukan sebagian orang. Dan ini termasuk pekerjaan yang besar pahalanya karena tujuannya baik dan mengagungkan Rasulullah saw.
Jika Ibnu Taimiyah saja mengakui keagungan Maulid Nabi Muhammad saw. Kenapa orang-orang yang sering menjadikan Ibnu Taimiyah sebagai ulama rujukan utama, justru sering membid’ahkan dan mengkafirkan orang-orang yang sedang mengekspresikan kebahagiaa atas kelahiran Nabi Muhmmad saw.