Disebutkan pada suatu hari, seorang ulama bernama Al Haldrami berjalan-jalan mengelilingi kota Cordoba. Ia menuju los pasar yang menjual buku. Al Haldrami bermaksud mencari buku yang telah lama diincarnya. Apa yang dicarinya itu akhirnya ketemu. Betapa riang al Haldrami mendapatkannya. Ia bahkan rela membayar lebih tinggi dari harga yang semestinya.
Saat dirinya asyik dengan temuannya itu, tiba-tiba datang seorang dengan pakaian yang necis. Pembawannya mirip dengan ulama. Pria ini langsung berani membayar buku yang diincarnya lagi dengan harga lebih mahal. Celakanya penjual toko buku tersebut tidak jadi memberikan buku kepada al Haldrami. Kecewa tentu saja. Kemudin dengan langkah gontai Al Haldrami mendatangi orang yang berpakaian necis itu.
“ Maaf. Pasti Tuan adalah seorang ulama besar. Kalau memang Tuan sangat membutuhkan kitab itu, biar untuk Tuan saja,” ujarnya.
Mendengar perkataan al Haldrami, pria itu menjawab,” Aku bukan seorang ulama. Bahkan aku tidak banyak tahu tentang ilmu agama. Aku hanya seorang kolektor buku-buku agar terkesan sebagai ulama atau setidak-tidaknya seoran yang terpelajar. Apalagi rak buku di rumahku kosong. Saya lihat buku ini sepertinya sangat bagus, maka aku beli dengar harga berapapun. Alhamudulillah, Allah menganugerhakan rizki yang berlimpah kepadaku.”
Mendengar jawaban itu, al Haldrami kesal dan berkata,” Baik wahai Tuan. Anda memang layak mendapatkan rizki yang berlimpah. Tapi Anda tidak ubahnya orang ompong yang diberi buah pala. Biarlah agu gagal mendapatkan buku bermutu yang sangat berguna bagiku, mungkin karena aku miskin.”