Abul Faraj Ibnul Jauzi (w. 597 H) merupakan salah seorang ulama kaliber internasional yang dikenal memiliki banyak karya. Ia juga dikenal sebagai orator dan dai ulung. Dua kemampuan hebat itu membuat namanya banyak dikenang dalam sejarah. Selain itu, ia juga piawai berceramah, juga terampil menulis karya. Imam Ad-Dzahabi pernah memuji betapa banyak karangan kitab yang telah berhasil ditulisnya:
ما علمت أن أحدًا من العلماء صنف ما صنف هذا الرجل
“Saya belum pernah menemukan seorang ulama yang pernah menulis sebanyak tulisan oleh Ibnul Jauzi”
Hal tersebut juga disahihkan kesaksian Ibnul Imad dalam Syadzarat al-Dzahab
لا يضع من زمانه شيئًا، يكتب في اليوم أربع كراريس، ويرتفع له كل سنة من كتابته ما بين خمسين مجلدًا إلى ستين، وله في كل علم مشاركة
“Ibnul Jauzi adalah sosok yang tidak pernah menyia-nyiakan waktunya. Dalam sehari ia bisa menulis lebih dari 4 halaman. Setiap tahun ia sanggup menyelesaikan sekitar 50an jilid buku. Selain itu ia juga merupakan sosok alim multidisiplin”
Namun, dibalik semua karya dan buku yang telah ia tulis. Tak semuanya berakhir manis. Ia justru mendapatkan cobaan dari sosok anaknya yang manis. Anaknya yang bernama Ali, mempunyai perangai yang agak bandel. Ia sering membuat sang ayah mengelus dada. Mulai dari sering bermalas-malasan hingga membuat onar.
Tingkah laku putra dari Ibnul Jauzi ini pernah ditulis oleh Abul Mudzoffar dalam Mir’at al-Zaman. ketika sedang sengit-sengitnya ‘perang dingin’ antara Ibnul Jauzi dan putranya. Sang anak, Ali seringkali mencuri kitab koleksi sang ayah untuk kemudian dijual secara diam-diam di pasar dengan harga yang tidak masuk akal. Ia nekat menjual kitab-kitab berharga tersebut seharga makanan ringan. Hal itu ia lakukan berkali-kali. Sang ayah yang mendapati setiap hari koleksi bukunya berkurang pun kebingungan.
Pernah suatu kali ia ketahuan mengambil, seketika itu ia meminta maaf kepada sang ayah. Namun malam harinya ia kembali melancarkan aksinya tersebut, menjual kembali buku-buku koleksi sang ayah. Keisengannya itu membuat ia berhari-hari tidak diurus oleh ayahnya. Hingga akhirnya sang ayah pun berinisiatif menulis kitab khusus untuk menasihati anak bandelnya tersebut. (AN)
Baca tulisan Akhmad Yazid Fathoni lain atau baca artikel lain tentang kisah-kisah ulama