Salah satu hal yang tidak bisa dipisahkan dari bulan Ramadan adalah zakat. Rukun Islam ketiga ini menjadi semacam transisi dari Ramadan menuju Syawal, dari puasa menuju lebaran. Berikut teks khutbah Jumat seputar zakat pada bulan Ramadan.
Khutbah Pertama: Keistimewaan Zakat di Bulan Ramadan
ألْحَمْدُ لِلَّهِ عَلَى إِحْسَانِهِ، وَالشُّكْرُ لَهُ عَلَى عِظَمِ نِعَمِهِ وَامْتِنَانِهِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ، وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، تَعْظِيمًا لِشَأْنِهِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، وَخَلِيلُهُ، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ، وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ، وَسَلِّمَ تَسْلِيمًا كَثِيرًا. أمَّا بَعْدُ: فَاتَّقُوا اللهَ – عِبَادَ اللهِ- حَقَّ التَّقْوَى. قال الله تعالى يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسْلِمُوْنَ.
Ma’asyiral Muslimin Hafidzakumullah
Pertama, marilah kita panjatkan rasa syukur kita kepada Allah Swt. atas limpahan nikmatnya kita bisa menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadan dengan lancar, bisa beribadah salat Jumat dengan nyaman, ketika di waktu yang sama saudara-saudara kita di Palestina sedang merana dan terjebak dalam perang yang tak berkesudahan. Mari kita berdoa mudah-mudahan Allah Swt menolong mereka, membebaskan mereka, menyudahi segala rana mereka, dan mengubah kesedihan menjadi senyuman, amin, ya rabbal alamin.
Kedua, salawat serta salam selalu tercurahlimpahkan kepada pemimpin agung, Nabi Muhammad Saw., Rasul pilihan, kekasih Allah Swt. Semoga rasa cinta kita kepada Nabi Muhammad Saw. menjadi wasilah dipersatukannya kita bersama sang nabi, as-syafi’ al-musyaffa’.
Ma’asyiral Muslimin Hafidzakumullah
Sebelum khotib memulai khutbah pada siang hari ini, izinkanlah khotib berwasiat kepada jamaah sekalian untuk senantiasa menjaga ketakwaan, mematuhi perintah Allah Swt, dan menjauhi segala larangannya.
Dalam Al-Quran Allah berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسْلِمُوْنَ.
Artinya, “Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan Muslim.” (QS Ali Imran: 102).
Ma’asyiral Muslimin Hafidzakumullah
Salah satu hal yang tidak bisa dipisahkan dari bulan Ramadan adalah zakat. Rukun Islam ketiga ini menjadi semacam transisi dari Ramadan menuju Syawal, dari puasa menuju lebaran. Hal ini disebutkan dalam QS al-A’la,
قَدْ أَفْلَحَ مَنْ تَزَكَّى
وَذَكَرَ اسْمَ رَبِّهِ فَصَلَّى
Artinya, “Sungguh, beruntung orang yang menyucikan diri (dari kekafiran), dan mengingat nama Tuhannya, lalu dia salat.” (QS al-A’la: 14-15)
Abu Said al-Khudri dan Ibnu Umar menyebut bahwa maksud dari dua ayat tersebut adalah Zakat Fitri dan salat Idul Fitri. (al-Qurthubi)
Dalam sebuah hadis riwayat al-Bukari di sebutkan,
فَرَضَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ زَكَاةَ الْفِطْرِ صَاعًا مِنْ تَمْرٍ أَوْ صَاعًا مِنْ شَعِيرٍ عَلَى الْعَبْدِ وَالْحُرِّ وَالذَّكَرِ وَالْأُنْثَى وَالصَّغِيرِ وَالْكَبِيرِ مِنْ الْمُسْلِمِينَ وَأَمَرَ بِهَا أَنْ تُؤَدَّى قَبْلَ خُرُوجِ النَّاسِ إِلَى الصَّلَاةِ (رواه البخاري)
Artinya, “Rasulullah Saw mewajibkan zakat fitri satu Sha dari kurma atau sha dari gandum bagi setiap hamba sahaya (budak) maupun merdeka, laki-laki maupun perempuan, kecil maupun besar dari kaum muslimin. Dan beliau memerintahkan agar menunaikanya sebelum orang orang berangkat untuk Sholat (Ied).” (HR. al-Bukhari)
Maasyiral Muslimin..
Allah Swt. sedemikian rupa mengatur agar ibadah kita tidak hanya asyik sendiri dengan-Nya tetapi juga dengan hamba-hamba-Nya yang membutuhkan uluran tangan. Oleh karena itu, sebelum merayakan kemenangannya, seorang muslim diajak untuk menoleh kanan-kirinya, tetangga-tetangganya, sahabat-sahabatnya yang membutuhkan. Siapa tau, ada orang-orang yang masih belum bisa merayakan kemenangan dengan kebahagian. Siapa tau, ada orang-orang yang alih-alih bersuka cita menyambut lebaran, mereka malah bersedih karena tak bisa makan.
Maasyiral Muslimin yang dimuliakan Allah
Oleh karena itu, dalam berbagai sabda Nabi, dijelaskan bahwa zakat adalah satu hal yang tidak boleh ditinggalkan jika seseorang ingin masuk surga.
Dalam sebuah hadis dari Abu Ayyub al-Anshari, suatu hari ada seseorang yang bertanya kepada Nabi Saw. kiat-kiat masuk surga, Rasul kemudian menjawab,
تَعْبُدُ اللهَ، وَلاَ تُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا، وَتُقِيمُ الصَّلاَةَ،وَتُؤْتِي الزَّكَاةَ، وَتَصِلُ الرَّحِمَ» متفقٌ عَلَيْهِ
Artinya, “Sembahlah Allah dan jangan menyekutukannya, dirikan salat, dan tunaikan zakat, dan bersilaturrahim.” (HR Bukhari Muslim)
Karena zakat adalah fase terakhir sebelum lebaran, maka kemenangan, lulus atau tidaknya orang-orang yang berpuasa, akan sangat bergantung pada zakatnya. Jika ia tidak menunaikan zakat, maka ia tidak akan memperoleh kemenangan sejati.
Maasyiral Muslimin yang dimuliakan Allah
Selain sebuah kewajiban, zakat juga memiliki banyak hikmah dan keistimewaan. Para ulama mengumpulkan berbagai keistimewaan zakat. Syekh Wahbah al-Zuhaili menjelaskan setidaknya ada tiga hal. Pertama, zakat mengatasi ketimpangan sosial; Kedua, dapat membersihkan diri dari penyakit kikir; Ketiga, semakin besar rasa syukur kita kepada Allah swt.
Selain itu, ada keistimewaan lain yang dijelaskan dalam al-Akhalakul al-Islamiyah wa Ususuha, yaitu: munculnya sifat dermawan dan suka memberi, orang yang berzakat akan merasa bahwa ia bagian dari masyarakat tersebut, bukan pribadi yang hidup sendiri, sehingga ia juga akan merasakan apa yang dirasakan oleh masyarakat. Ketika masyarakat sedang bergembira, ia ikut merasakan kegembiraanya, ketika masyarakat sedang bersedih, ia ikut merasakan kesedihanya. Sehingga, hal ini memunculkan rasa saling mencintai antara sesame. Nabi Muhammad Saw. bersabda:
مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِى تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى (رواه مسلم(
“Orang-orang mukmin dalam hal saling mencintai, mengasihi dan menyayangi bagaikan satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga (tidak bisa tidur) dan panas (turut merasakan sakitnya).” (HR. Muslim)
Sidang Jumat yang dimuliakan Allah
Keutamaan lain dari zakat adalah Allah akan menghilangkan semua keburukan kita. Allah berfirman dalam surat at-Taubah ayat 24-25,
خُذْ مِنْ اَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيْهِمْ بِهَا وَصَلِّ عَلَيْهِمْۗ اِنَّ صَلٰوتَكَ سَكَنٌ لَّهُمْۗ وَاللّٰهُ سَمِيْعٌ عَلِيْمٌ
“Ambillah zakat dari harta mereka, guna membersihkan dan menyucikan mereka, dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doamu itu (menumbuhkan) ketenteraman jiwa bagi mereka. Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui.” (QS. at-Taubah [9]: 24-25)
Dalam hadis riwayat al-Thabrani juga disebutkan,
منْ أَدَّى زَكَاةَ مَالِهِ، فَقَدْ ذَهَب عنْهُ شَرُّهُ
Artinya, “Orang yang menunaikan zakat hartanya, maka Allah akan menghapus keburukannya.” (HR al-Thabrani)
Maasyiral Muslimin yang dimuliakan Allah
Sebenarnya masih banyak sekali keutamaan zakat. Dalam berbagai kitab, para ulama menjelaskannya dengan panjang lebar. Namun yang perlu digaris bawahi bahwa zakat bukan hanya ibadah seorang hamba kepada Tuhan-nya, tetapi ibadah yang diminta Tuhan kepada hamba-Nya agar sang hamba memperhatikan hamba-Nya yang lain.
Maasyiral Muslimin yang dimuliakan Allah
Demikian khotbah singkat yang bisa al-faqir sampaikan. Mudah-mudahan bisa bermanfaat bagi jamaah sekalian, khususnya bagi al-faqir pribadi.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ
Khotbah Kedua
اَلْحَمْدُ لِلّهِ حَمْدًا كَثِيْرًا كَمَا أَمَر، وَأَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَه، إِرْغَامًا لِمَنْ جَحَدَ بِهِ وَكَفَر، وَاَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ سَيِّدُ اْلإِنْسِ وَالْبَشَرِ.اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ اَلِهِ وَصَحْبِهِ مَا اتَّصَلَتْ عَيْنٌ بِنَظَرٍ وَاُذُنٌ بِخَبَر.أَمَّا بَعْدُ:فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ، اِتَّقُوا اللهَ تَعَالىَ، وَذَرُو الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ وَمَا بَطَن، وَحَافِظُوْا عَلىَ الطَّاعَةِ وَحُضُوْرِ الْجُمْعَةِ وَالْجَمَاعَةِ.
وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِه، وَثَنَّى بِمَلاَئِكَتِهِ الْــمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِه، فَقَالَ تَعَالىَ وَلَمْ يَزَلْ قَائِلاً عَلِيْمًا: إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِيّ، يآ أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
أَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ اَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلىَ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلىَ اَلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ فِي الْعَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَات، بِرَحْمَتِكَ يَا وَاهِبَ الْعَطِيَّات،
اَللّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلاَءَ وَالْوَبَاءَ وَالزِّنَا وَالزَّلاَزِلَ وَالْمِحَن، وَسُوْءَ الْفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَن، عَنْ بَلَدِنَا هَذَاخَاصَّةً وَعَنْ سَائِرِ بَلاَدِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ، رَبَّنَا آتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلاَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
عِبَادَ الله، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ، وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى، وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ، فَاذْكُرُوااللهَ الْعَظِيْمِ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُاللهِ أَكْبَر
Referensi:
Ibn Katsir, Tafsir al-Quran al-Adzim, (Riyadh: Dar Taybah li al-Nasyr wa al-Tauzi’, 1999 M)
Al-Bukhari, al-Jami’ al-Sahih, (Damaskus: Dar Ibn Katsir, 1993)
Muslim, Sahih Muslim, (Beirut: Dar Ihya Turats, t.t)
Sayyid Muhammad bin Alawy al-Maliki al-Hasani, Khasaish al-Ummah al-Muhammadiyah, (Madinah: Maktabah al-Malik Fahd, 2000 M)
Muhammad Ali bin Muhammad bin Alan al-Bakri, Dalil al-Falihin li Thurq Riyadh al-Shalihin, (Beirut: Dar al-Marifah, 2004 M)
Al-Thabrani, al-Mu’jam al-Awsath, (Kairo: Dar al-Haramain, 1995 M)
Abdul Rahman Habnaka, al-Akhalakul al-Islamiyah wa Ususuha, (Dubai: Dar al-Qalam, 2010 M)
Wahbah Zuhaili, Fiqh al-Islam wa Adillatuh, (Beirut: Dar al-Fikr al-Muashir, 2017 M)