Air adalah sumber kehidupan. Manusia, hewan, tumbuhan butuh air. Manusia butuh air untuk membuat metabolisme dan sistem tubuh tetap berjalan baik. Pun juga dengan hewan dan tumbuhan, mereka butuh air untuk mendukung sistem hidupnya, seperti air yang digunakan untuk media transport nutrisi ke seluruh bagian tubuhnya.
Air memang sepenting itu untuk hidup. Sehingga kita memang jangan sampai menahan air atau menyimpan air yang lebih dari yang kita butuhkan dalam hidup, sampai membuat manusia, hewan, termasuk tanaman, mati karena kekurangan air, apapun alasannya.
Seperti yang dikisahkan oleh Abu Hurairah: Rasulullah SAW bersabda, “Jangan menahan kelebihan air, karena itu mencegah tumbuhnya rerumputan.” (Sahih al-Bukhari 2353, Buku 42, Hadis 3).
Air adalah sebuah komoditas yang dilarang untuk dikuasai secara individu, total, dan membuat yang lain merasa tidak berkah untuk ikut merasakan manfaat air.
Gus Baha menjelaskan bahwa Nabi Muhammad juga melarang seseorang mengkooptasi air yang ia miliki, sampai mengabaikan yang lain, meskipun air itu berasal dari sumur dan sumur itu ada di pekarangan miliknya.
Sumur yang ada di pekarangan memang pada mulanya adalah hak dari yang memiliki tanah dan yang telah membuat sumur. Namun saat kebutuhan dasar dari si pemilik sumur seperti minum, mandi, dan mencuci sudah lunas. Ia tidak bisa melarang orang lain memanfaatkan air dari sumur itu.
Kenapa demikian? Karena yang bisa diusahakan hanyalah membuat sumur, bukan memunculkan air. Sumur memang milik yang buat, tapi air yang muncul dari dasar sumur murni pemberian Tuhan, karena banyak juga orang buat sumur tapi ndak muncul airnya. Penjelasan Gus Baha perkara kepemilikan air ini simpel dan mudah dipahami. Bahwa kita memang hanya bisa memastikan sumur itu terbangun, tapi air muncul bisa jadi dari rembesan dari tanah-tanah di sekitar.
Sehingga, melarang orang lain memanfaatkan air saat kebutuhan sudah terpenuhi adalah perkara yang tidak tepat.
Karena seyogyanya air adalah sumber daya yang seharusnya bisa dimanfaatkan oleh banyak orang.
Hal ini menjadi sangat wajar dibicarakan dan ditegaskan. Dan kita juga jadi wajar kenapa Nabi Muhammad turut menyampaikan hadits tentang ini, karena air adalah pondasi kehidupan.
Fungsi air memang terlalu krusial untuk kehidupan kita. Konon manusia masih bisa hidup beberapa hari tanpa makan, tetapi tidak dengan minum.
Air bukan hanya sekedar menjadi bagian mayor dari tubuh, tetapi air adalah medium keseimbangan tubuh secara khusus dan dunia secara umum.
Lebih luas, hadits tentang jangan menahan air ini juga berkaitan langsung dengan ekosistem. Dalam teksnya tertulis jelas bahwa saat air yang lebih itu ditahan, ia akan mencegah tumbuhnya rerumputan.
Sementara perkara rerumputan yang tumbuh dan tidak tumbuh bisa berakibat pada rantai kehidupan setelahnya. Dan sekali lagi saat kita menahan air, kita turut andil dalam membuat ekosistem tidak seimbang.
Isu ketidakseimbangan ekosistem bukanlah sebuah perkara yang ada di angan. Kita dengan mata telanjang bisa melihat bahwa saat ini memang sedang terjadi ketidakseimbangan. Dan kita sebagai muslim seyogyanya tidak melakukan apalagi memperparah ketidakseimbangan itu, karena muslim hidup dengan nilai tawazun atau seimbang.
Beberapa isu ketidakseimbangan bisa kita temui pada fenomena kekeringan di suatu tempat, tetapi di tempat lain terjadi banjir. Lalu soal isu efek rumah kaca sampai naiknya air laut yang berakibat akan hilangnya suatu daratan.
Saya coba bicarakan satu isu, yakni tentang bagaimana efek rumah kaca ini terjadi. Pada mulanya dunia ini seimbang, di dunia ini sudah ada gas-gas alami di atmosfer, sebut saja seperti CO2, O2, NOx dan lain-lain.
Semua gas ini eksis dalam jumlah yang tepat dan digunakan sesuai kebutuhannya. Contoh sirkulasi udara paling terkenal adalah proses fotosintesis dan manusia bernafas. Fotosintesis memiliki reaksi dasar adalah CO2 dengan air akan menghasilkan glukosa dan O2. tiap proses fotosintesis menghasilkan O2 yang pada muaranya dimanfaatkan manusia untuk bernafas.
Proses bernafas adalah menghidup O2 dan menghembuskan CO2 setelah ditukar dengan O2 di paru-paru. Kemudian CO2 kembali dimanfaatkan pohon dalam proses fotosintesis. Sebenarnya ini adalah reaski siklik yang tidak akan puntus dan selalu berkelindan.
Dari proses fotosintesis aktor paling penting adalah 2 yakni pohon yang akan mengkonversi CO2 menjadi O2 dan selanjutnya adalah manusia, hewan dan makhluk lain yang menggunakan O2 yang kemudian menghasilkan CO2.
Lalu kemudian ketidaksimbangan ekosistem mulai muncul ketika jumlah CO2 atau O2 semakin banyak sementara aktor pengkonversi tidak meningkat jumlahnya. Salah satu yang memproduksi CO2 dengan signifikan adalah proses pembakaran tidak sempurna dari mesin.
Dulu CO2 hanya diproduksi oleh mahluk hidup, tapi saat ini kendaraan bermotor termasuk komponen yang signifikan dalam menyumbangkan gas CO2 di atmosfer, padahal di satu sisi jumlah pohon di dunia tidak tambah banyak, malah konon jumlahnya turun. Sehingga mengakibatkan jumlah CO2 di atmosfer semakin banyak, terjadi terus menerus sampai jumlah CO2 lebih banyak dari O2 dan akhirnya bermuara pada suhu bumi yang semakin panas karena sifat CO2 yang dapat menyimpan sekaligus memantulkan panas.
Contoh ketidakeimbangan ekosistem lain yang berhubungan langsung dengan air juga terjadi dalam tubuh. Konsisi di mana manusia kekurangan air adalah dehidrasi dan kondisi saat kelebihan air adalah overhidrasi. Sekali lagi ini mengingatkan kita tentang tawazun dan ternyata memang yang berlebihan adalah tidak baik, termasuk berlebihan menahan air untuk dibagikan.
Saat kita dehidrasi, jumlah air dalam tubuh sangat sedikit, media reaksi dalam tubuh jadi sedikit, sehingga fungsi kerja dari sel sampai organ akan menurun. Tapi saat kondisi air berlebih, artinya pelarut dalam tubuh terlampau banyak, seingga akan menurunkan kadar garam, dan akan membuat ketidakseimbangan elektrolit dalam tubuh.
Bayangannya begini, kita ibaratkan tubuh adalah sebuah gelas dengan ukuran 160 mL. Dalam gelas telah ada 10 gram serbuk nutrisi. Nutrisi dalam gelasĀ didapatkan dari proses makan. Nah untuk bekerja, nutrisi itu perlu dilarutkan dengan air sebanyak 70 mL, ini adalah ukiran pasnya. Saat kita hanya memasukkan air 20 mL, tentu nutrisi itu sangat pekat, sehingga proses penyerapan dan kerja tubuh tidak maksimal. Namun saat kita memasukkan air dalam gelas itu sampai 150 mL, tentu nutrisi itu menjadi sangat encer, karena air terlalu banyak dari yang dibutuhkan dan ini adalah kondisi yang disebut overhidrasi.
Sehingga sekali lagi dari proses yang terjadi dari tubuh, kita bisa belajar konsep tawazun.
Apakah dengan mengetahui hal-hal seperti ini malah membuat kita semakin sulit hidupnya? Hemm, minum sedikit ada resiko, kebanyakan minum ada resiko, lalu harus seperti apa?
Buat saya pribadi mengerti seperti ini bukan lantas membuat hidup susah, tetapi membuat kita paham bahwa kita adalah manusia yang cukup dan wajar. Melatih tentang keseimbangan hidup dan tidak memiliki laku berlebihan.
Kita perlu memulai dan sadar tentang pentingnya hidup seimbang, kadarnya cukup dan tidak berlebihan, dari diri sendiri dan benar-benar menjadi manusia.