Teruskan Perjuangan Paus Fransiskus, Keuskupan Agung Jakarta Luncurkan Gerakan Belarasa di Museum Nasional 3 Mei 2025

Teruskan Perjuangan Paus Fransiskus, Keuskupan Agung Jakarta Luncurkan Gerakan Belarasa di Museum Nasional 3 Mei 2025

Teruskan Perjuangan Paus Fransiskus, Keuskupan Agung Jakarta Luncurkan Gerakan Belarasa di Museum Nasional 3 Mei 2025
Paus Fransiskus didampingi oleh Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar (kanan) dan Uskup Agung Jakarta Mgr Kardinal Ignatius Suharyo (kiri) saat menandatangani ”Deklarasi Bersama Istiqlal 2024” di Plaza Al-Fattah, Masjid Istiqlal, Jakarta, Kamis (5/9/2024).(INDONESIA PAPAL VISIT COMMITTEE/KOMPAS.com/ANTONIUS ADITYA MAHENDRA)

JAKARTA, ISLAMI.CO –  Dalam semangat untuk meneruskan perjuangan moral dan spiritual Paus Fransiskus, Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) di bawah kepemimpinan Ignatius Kardinal Suharyo lewat Lembaga Daya Dharma KAJ (LDD-KAJ) akan meluncurkan Gerakan Belarasa pada Sabtu, 3 Mei 2025 di Museum Nasional, Jakarta. Gerakan ini menjadi perwujudan ajaran kemanusiaan Paus Fransiskus yang menekankan pentingnya iman, persaudaraan, dan bela rasa sebagai inti hidup beragama.

Ignatius Kardinal Suharyo, Uskup Keuskupan Agung Jakarta, menegaskan bahwa sejak tahun 2014, Keuskupan mengajak umat Katolik untuk hidup semakin beriman, semakin bersaudara, dan semakin berbela rasa. Tiga nilai ini pula yang kemudian diangkat menjadi tema kunjungan apostolik Paus Fransiskus ke Indonesia tahun 2024, yang disambut dengan penuh makna oleh seluruh umat lintas agama.

“Paus Fransiskus bukan sekadar pemimpin gereja Katolik, tetapi pribadi yang mewariskan nilai-nilai kemanusiaan yang mulia,” ujar Kardinal Suharyo dalam rilis pers Kamis (24/4). “Ketika beliau berpulang pun, beliau tidak menginginkan kemegahan dalam upacara pemakamannya. Itu adalah teladan sejati.”

Kardinal Suharyo mengenang, saat menghadiri misa di GBK, Paus juga mengingatkan umat Katolik di Indonesia untuk saling berbelarasa. Paus mengutip pernyataan Bunda Teresa, sosok yang terkenal melayani dan mengadvokasi orang-orang miskin, sakit, serta kaum papa.

“Santa Teresa dari Kalkuta pernah berkata: ketika kita tidak memiliki apa pun untuk diberikan, hendaklah kita memberikan ketiadaan itu. Dan ingatlah, bahkan ketika kamu tidak menuai apa-apa, jangan pernah lelah menabur’,” ujar Suharyo mengutip Paus.

Gerakan Belarasa yang akan diluncurkan bukan hanya sekadar acara seremonial, melainkan sebuah gerakan kemanusiaan yang melibatkan banyak pihak, dari masyarakat akar rumput hingga sektor swasta.

Dalam expo pelayanan sosial yang digelar sepanjang hari, pengunjung dapat menyaksikan langsung karya pemberdayaan Lembaga Daya Dharma (LDD) Keuskupan Agung Jakarta, yang telah berkiprah selama 63 tahun tanpa memandang suku, agama, golongan dan berbagai perbedaan latar belakang lainnya.

Acara akan dimulai pukul 10.00 WIB dengan doa bersama lintas agama, dipimpin oleh Kardinal Suharyo dan lima tokoh agama lain sebagai simbol persaudaraan lintas iman. Selanjutnya, publik diajak menjelajahi Galeri dan Bazar Belarasa, mengikuti Dialog Kemanusiaan bersama tokoh publik seperti Dr. Sukidi Mulyadi, Ayu Utami, dan Ust. Husein Ja’far Al Hadar, serta menyaksikan pertunjukan teater musikal “Mimpi Anak Pesisir” yang diproduseri oleh Tanta Ginting dan melibatkan anak-anak marjinal sebagai pemeran utama.

“Mayoritas penerima manfaat layanan kami adalah umat Muslim, bahkan banyak yang berasal dari kelompok transpuan. Kami belajar dari ajaran Paus bahwa berbela rasa berarti memeluk semua yang terpinggirkan,” ujar Dita Anggraini dari Divisi Pelayanan Anak LDD.

Bukan Memberi tapi Berjalan Bersama

Di booth pelayanan anak LDD, Dita Anggraini bersama tim akan menampilkan miniatur kelas PAUD dan KBA (Kelompok Belajar Anak) lengkap dengan alat peraga dan dokumentasi visual perubahan wilayah sebelum dan sesudah pendampingan. Tidak hanya itu, akan ada kelas mini untuk memberi gambaran kepada pengunjung tentang metode pembelajaran yang inklusif dan berbasis komunitas.

Anak-anak dampingan juga akan tampil dalam pertunjukan kecil bertema cita-cita—mengenakan kostum profesi impian mereka sebagai simbol harapan dan masa depan yang lebih baik. Ini semua disiapkan untuk menunjukkan bahwa pendampingan bukan soal memberi, tapi menciptakan ruang tumbuh bersama.

“Kami akan membagikan kisah bagaimana LDD mendampingi masyarakat prasejahtera bukan dengan memberi, tetapi dengan melibatkan mereka secara aktif dalam proses perubahan. Sebab prinsip pelayanan adalah Subsidiritas (masyarakat mengelola masalah mereka sendiri). Kami hadir bukan untuk menjadi pahlawan, tapi untuk berjalan bersama,” lanjutnya.

Sementara itu, Direktur LDD KAJ, P. Adrianus Suyadi, SJ, Direktur LDD KAJ menjelaskan bahwa Peluncuran Gerakan Belarasa 3 Mei di Museum Nasional, dalam satu hari penuh, lintas iman, komunitas akar rumput, pelaku seni, dan publik akan bersua dalam semangat kasih yang diwujudkan melalui karya, dialog, dan komitmen kolektif.

“Belarasa bukan sekadar empati pasif. Ia adalah keberanian untuk hadir, untuk terlibat, untuk bertindak. Bukan demi amal sesaat, tetapi demi perubahan yang bermakna. “Gerakan ini bukan proyek keagamaan, tetapi ruang untuk saling melihat, mendengar, dan bergerak bersama,” jelas Romo Adrianus Suyadi.

 

Peluncuran ini akan ditutup dengan pernyataan dukungan dari mitra masyarakat sipil, tokoh publik, dan sektor swasta sebagai tanda komitmen bersama untuk memperluas gerakan bela rasa ke seluruh Indonesia.

“Maka kami mengundang seluruh warga, para aktivis, perusahaan swasta, pemerintah, pemuka agama untuk bersama-sama mendengarkan kisah dari orang-orang terpinggirkan di Jakarta. Dengarkan kisah mereka. Temui wajah-wajah harapan itu. 3 Mei 2025 di Museum Nasional,” pungkas P Adrianus.

***

Peluncuran Asa: Gerakan Belarasa akan digelar di Museum Nasional Jakarta, Sabtu 3 Mei 2025, dan mencakup:

🔹 Doa Bersama Lintas Agama – dipimpin Kardinal Suharyo dan lima tokoh agama lainnya sebagai simbol solidaritas iman.

🔹 Expo Program Sosial dan Galeri Pemberdayaan – menampilkan program pendidikan anak pesisir, komunitas disabilitas, dan kelompok ekonomi kreatif dampingan.

🔹 Dialog Tokoh – bersama Uskup Agung Ignatius Kardinal Suharyo, Dr. Sukidi Mulyadi, Hj. Alissa Qotrunnada Munawaroh Wahid, dan Dr. Franz-magnis Suseno, SJ yang dimoderatori oleh Ayu Utami. Dialog ini berupa refleksi Gerakan Belarasa dari perspektif agama/spiritualitas dalam konteks sosial-kemasyarakatan di Indonesia.

🔹 Pertunjukan Teater Musikal & Film Dokumenter – kisah nyata masyarakat pesisir Jakarta Utara difilmkan dan dipentaskan oleh warga lokal dan disutradarai oleh Tanta Ginting.

Dengan mengangkat tema He(Art) of Compassion and Hope, Gerakan Belarasa ingin menyalakan lilin-lilin kecil pengharapan di tengah krisis sosial dan erosi empati yang melanda masyarakat.

“Bagi kami, bela rasa bukan hanya perasaan, tapi tindakan iman. Ini adalah suara hati umat Katolik Indonesia bagi bangsa,” tutup Kardinal Suharyo.

Informasi Acara:

📍 Museum Nasional Jakarta

📆 Sabtu, 3 Mei 2025

🕙 10.00 – selesai

Informasi dan Kontak Media:

Yosefin Tri Ajeng H. – 0812 2345 2762

Ernest Theodore Rettobjaan – 0813 6010 0168

P. Adrianus Suyadi, SJ – 0813 2818 9321

 

Email: [email protected]

Website: www.lddkaj.or.id

 

Bahan lebih lanjut: