
Nabi Ibrahim AS memiliki kedudukan yang sangat istimewa dan fundamental dalam agama Islam. Namanya selalu disebutkan kaum muslimin melalui shalawat Ibrahimiyah. Bahkan ketaatan Nabi Ibrahim dan keluarganya menjadi cikal bakal syariat ibadah haji dan kurban.
Nabi Ibrahim merupakan keturunan Nabi Nuh AS, ibunya bernama Nuna binti Karnaba bin Kutsa bin Bani Arfaskhad bin Sam bin Nuh. Kehidupan beliau juga bersinggungan dengan keponakannya yang juga seorang nabi, Luth AS. Namun, lebih dari itu, Nabi Ibrahim juga ternyata dikenal sebagai “Bapak para nabi.” Mengapa demikian?
Sang Bapak Para Nabi
Nabi Ibrahim menyandang gelar agung “Bapak para nabi” bukan tanpa alasan. Julukan ini disematkan kepadanya karena keberkahan dalam garis keturunannya yang melahirkan banyak sekali nabi dan rasul setelahnya. Dalam Thabaqat al-Kubra, Muhammad bin Sa’d al-Baghdadi menuliskan bahwa Nabi Ibrahim memiliki empat orang istri. Istri pertamanya bernama Sarah.
Suatu hari, Nabi Ibrahim dan Sarah mendatangi sebuah negeri yang dipimpin oleh seorang raja yang keji, sang raja hendak mengambil Sarah. Disebutkan bahwa Sarah memiliki paras yang cantik dan rupawan sehingga sang raja tertarik padanya. Akan tetapi, Allah SWT melindungi Sarah sehingga sang raja tidak bisa menyentuhnya sama sekali. Akhirnya sang raja melepaskannya dan memberikannya seorang budak bernama Hajar.
Sarah memberikan budak itu kepada Nabi Ibrahim dan sang utusan Allah itu kemudian menikahi Hajar dengan harapan dapat diberikan keturunan. Dari pernikahannya dengan Hajar, Nabi Ibrahim dikaruniai seorang putra bernama Ismail. Kala itu, Nabi Ibrahim berusia 90 tahun. 30 tahun setelahnya, barulah Sarah, istri pertamanya melahirkan seorang anak laki-laki yang dinamakan Ishaq.
Setelah Sarah wafat, Nabi Ibrahim menikah lagi dengan seorang wanita dari Kanaan bernama Qontura. Dari pernikahan tersebut, sang utusan Allah ini dikaruniai empat orang anak, yakni Madhi, Zimran, Sarhaj, dan Sabq. Nabi Ibrahim juga menikah lagi dengan perempuan bernama Hajuni yang kemudian melahirkan tujuh orang anak: Nafis, Madyan, Kisyan, Shurukh, Umayyam, Luth, dan Yaqsyan. Maka, seluruh anak-anak Nabi Ibrahim berjumlah 13 orang.
Melalui putra-putranya ini, Nabi Ibrahim menjadi leluhur bagi banyak nabi dan rasul. Sisilah keluarga Nabi Muhammad Saw terhubung pada putra sulung Nabi Ibrahim, yakni Ismail bin Ibrahim AS. Kemudian dari keturunan Ishaq bin Ibrahim terlahir Nabi Yaqub bin Ishaq, Yusuf bin Ya’qub, Harun bin Imran, Musa bin Imran, Ilyas bin Tasybin, Ilyasa bin Uzai, Yunus bin Matta, Ayyub bin Zarih, Daud bin Isyai, Sulaiman bin Daud, Zakariya bin Bisywi, Yahya bin Zakariya, dan Isa bin Maryam. Sedangkan dari keturunan Madyan lahirlah Nabi Syuaib bin Yubab.
Sang Khalilur Rahman dan Bapak Para Tamu
Selain dijuluki bapak para nabi, Nabi Ibrahim juga dikenal dengan gelar khalilur rahman (kekasih Allah) dan abul adhyaf (bapak para tamu). Gelar khalilur rahman disematkan kepadanya sebab beliau sangat dekat dengan Allah Swt dan selalu menaati perintah-Nya.
Nabi Ibrahim juga dijuluki Abul adhyaf yang berarti bapak para tamu. Pasalnya, tatkala sang kekasih Allah ini diberikan keluasaan rezeki, beliau sering menjamu para tamu. Bahkan beliau adalah orang pertama yang menerima dan menjamu banyak tamu.
Demikianlah sosok Nabi Ibrahim AS., sang “Bapak para nabi.” Melalui garis keturunannya yang diberkahi, lahirlah para nabi dan rasul yang membimbing umat manusia untuk mengenal Allah Swt. Keteguhan iman dan keteladana Nabi Ibrahim menjadikannya sebagai teladan abadi bagi umat Islam dan seluruh umat manusia hingga akhir zaman.
(AN)