Mengapa Ibu Disebut Tiga Kali dalam Hadis Nabi, Sementara Bapak Satu Kali?

Mengapa Ibu Disebut Tiga Kali dalam Hadis Nabi, Sementara Bapak Satu Kali?

Mengapa Rasulullah menyebut kata ibu tiga kali, sementara bapak satu kali, ini penjelasannya

Mengapa Ibu Disebut Tiga Kali dalam Hadis Nabi, Sementara Bapak Satu Kali?

Dalam Islam Ibu merupakan sosok yang paling mulia. Dalam al-Qur’an dijelaskan bahwa masa kecil manusia dengan betapa susahnya keadaan yang dialami seorang ibu pada saat hamil dan melahirkan anak. Tidak hanya itu, setelah melahirkan pun, tanggung jawab untuk menyusui dan mengasuh anak dibebankan kepada ibu yang secara langsung mengadakan kontak fisik dengan anak.

Dalam hadis riwayat al-Bukhari disebutkan bahwa Abu Hurairah mengisahkan seorang laki-laki datang kepada Rasulullah SAW sambil berkata, “Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak aku berbakti kepadanya?” beliau menjawab: “Ibumu.” Dia bertanya lagi: “Kemudian siapa?” beliau menjawab: “Ibumu.” Dia bertanya lagi: “kemudian siapa lagi?” beliau menjawab: “Ibumu.” Dia bertanya lagi: “Kemudian siapa?” dia menjawab: “Kemudian bapakmu.”

Hadis tersebut mengisyaratkan jika kasih sayang dan kebaktian kepada orang tua dibagi empat, maka tiga perempat untuk ibu dan hanya seperempat untuk bapak. Namun, jika diperhatikan pilihan kata untuk ibu dan bapak yang dimaksud adalah al-umm dan al-abb sebagaimana tertera dalam redaksi hadis, bukan walid dan walidah yang mencakup pada istilah walidain sebagaimana yang disebut dalam al-Qur’an. Padahal, untuk menyebutkan peran yang dibebankan kepada ibu, al-Qur’an menggunakan istilah al-umm, bukan walidah.

Dalam Fath al-Bari karya Imam Ibnu Hajar al-Asqalani dijelaskan perkara Rasul menyebut ibu sebanyak tiga kali.  Sebagaimana yang dikutip dari Ibnu Battal, Imam Ibnu Hajar menjelaskan bahwa sosok ibu merupakan hal yang luar biasa mulia di mata Islam bagi Rasulullah SAW.

Disebutnya nama ibu sebanyak tiga kali karena umumnya ibu telah melewati tiga kesulitan dalam hidup. Antara lain ketika mengandung, melahirkan, hingga menyusui. Sedangkan sosok ayah memang memiliki andil yakni dalam hal pendidikan dan nafkah bersama-sama dengan ibu.

Meski sosok ayah hanya sebut satu kali oleh Nabi Muhammad, bukan berarti peran ayah tidaklah penting. Menurutnya, sosok ayah maupun ibu memiliki peran yang sama-sama penting dalam mendidik karakter anak. Meski, sosok ibu begitu dimuliakan oleh agama berkat perjuangannya.

Di dalam al-Qur’an ada dua faktor yang melatarbelakangi keutamaan dan kemuliaan ibu. Pertama, melalui peranan besar ibu terhadap anaknya. Dimulai dari bagaimana ibu mengandung, melahirkan, menyusui hingga mengasuh dan mendidik anak. Peranan tersebut hanya dapat dilakukan oleh ibu yang secara langsung berhubungan dengan anak, kecuali pada bidang pendidikan yang dapat juga diampu oleh bapak. Sisi keutamaan ibu yang terlihat dalam perannya, terjalin ketika seeorang Ibu sangat berdekatan dengan anak sehingga terbentuk hubungan emosional yang lebih daripada dengan bapak. Sedangkan bapak lebih terpusat pada pemenuhan kebutuhan keluarga, sehingga kedekatan dengan anak kurang begitu intim. Namun, peran-peran tersebut yang menjadikan seorang walidah menjadi al-umm bagi anaknya. Begitu juga bagi bapak yang menjadi al-abu karena mendidik anak dan memenuhi kebutuhan keluarganya.

Kedua, Peran Pengasuhan dan Pendidikan Ibu terhadap anak. Terdapat ungkapan syair yang dilukiskan oleh Hafi Ibn Ibrahim tentang pengaruh besar pendidikan ibu. Seorang penyair neoklasik berkebangsaan Mesir yang menulis syair dengan tajuk “Qasidah Tarbiyyah al-Ummahat” dengan mempertahankan gaya penyampaian syair kuno. Sebagai ungkapnya dalam potongan syair berikut:

Nasihatku, utamakanlah pendidikan perempuan, sesungguhnya jika dia didik akan menjadi cahaya yang akan menyeka sendi-sendi kegagalan.

Ibu adalah lembaga pendidikan, yang jika ia benar-benar mempersiapkan dirinya, berarti ia telah mempersiapkan sebuah generasi yang benar-benar digdaya.

Seorang ibu bagaikan kebun yang dibasahi hujan, kesuburannya menghijaukan dedaunan, menumbuhkan bunga yang bermekaran.

Ibu adalah seorang guru, guru yang paling utama, kemuliaannya terasa sampai ke penjuru negeri.

Begitu besar pengaruh ibu dalam membentuk karakter, akhlak dan moral anak-anak. Ibu bagaikan patron penentu nasib generasi keturunannya. Penanaman nilai-nilai kebaikan dan pendidikan serta motivasi untuk kesuksesan anak-anak akan membawa perubahan dan pengaruh yang sangat besar untuk kualitas generasi bangsa. Sebaliknya, jika wanitawanita tidak dididik dengan benar dan dibekali dengan kemampuan dan keahlian, maka akan menjadi ibuibu yang melahirkan generasi-generasi yang lemah karena tidak membekalinya dengan ilmu dan keahlian.

Sosok ibu tidak bisa lepas dari berbagai peran besar yang mengantarkan kelangsungan hidup manusia dari generasi ke generasi. Dimulai dari masa kandungan yang membebani berbagai aktivitas, masa kelahiran yang mempertaruhkan nyawa, masa penyusuan yang menyita waktu siang dan istirahat malam ibu hingga pengasuhan, pendidikan dan pengorbanan ibu yang tidak dapat dibalas dengan jasa apapun. Oleh karena itu berbaktilah kepada seorang Ibu sepenuh hati seumur hidup. Bukan karena hanya menjalankan perintah agama atau karena Rasullullah menyebutnya sebanyak tiga kali namun karena jasa-jasa besar seorang Ibu dalam kehidupan seseorang.