Selain menjadi berita utama media massa internasional, Tragedi Kanjuruhan juga menyita banyak perhatian masyarakat global. Ucapan doa dan belasungkawa terus mengalir untuk para korban. Ucapan belasungkawa paling jamak datang dari pihak-pihak yang berkecimpung dalam dunia sepak bola melalui akun media sosial resminya, baik pemain, klub, hingga federasi sepak bola.
Federasi Sepak Bola Dunia (FIFA) selaku induk sepak bola sedunia juga mengungkapkan rasa belasungkawa dengan mengibarkan bendera negara anggota dengan tinggi setengah tiang di markas besar mereka yang berlokasi di Zurich, Swiss. Sementara itu, Federasi Sepak Bola Eropa (UEFA) mengintruksikan seluruh pertandingan sepak bola yang berlangsung pekan ini untuk menggelar minute of silence sebelum pertandingan dimulai.
“Hari ini, UEFA mengumumkan bahwa moment of silence akan digelar sesaat sebelum Kick-Off untuk mengenang para korban dalam peristiwa tragis yang terjadi di Stadion Kanjuruhan, Indonesia,” tulis UEFA di laman resminya, uefa.com, pada Selasa (4/10).
Hal itu dapat dilihat dalam beberapa kompetisi yang diselenggarakan oleh UEFA seperti UEFA Champions League (UCL), UEFA Europa League (UEL), UEFA Confrence League (UECL), hingga babak play-off Kualifikasi Piala Dunia Wanita Zona Eropa. Semua pertandingan yang berlangsung dalam kompetisi itu didahului dengan moment of silence.
Namun, di antara puluhan pertandingan yang berlangsung, ada beberapa pertandingan yang mencuri perhatian publik Indonesia.Hal itu lantaran suporter yang hadir di stadion saat pertandingan membentangkan banner yang berisi pesan khusus tentang Tragedi Kanjuruhan. Misalnya, banner yang dibentangkan oleh suporter Bayern Munchen, klub asal Jerman. Banner tersebut bertuliskan:
“More than 100 people killed by the police. Remember the hero of Kanjuruhan!”
Jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, tulisan itu berarti:
“Lebih dari seratus orang dibunuh oleh polisi. Kenanglah para pahlawan dari Kanjuruhan itu!”
Banner itu dibentangkan saat Bayern Munchen yang bertindak sebagai tuan rumah menjamu Viktoria Plzen (Rep. Ceko) dalam lanjutan babak grup UCL di Allianz Arena, Munchen, Jerman. Koreografi itu mendapat banyak afirmasi dari warganet Indonesia, terutama mereka yang berpendapat bahwa Tragedi Kanjuruhan adalah akibat dari keteledoran penyelenggara dan kebengisan aparat yang berjaga.
Pesan lebih menohok disampaikan oleh pendukung garis keras (Ultras) dari klub Rayo Vallecano, salah satu kontestan divisi teratas Liga Spanyol. Kala Rayo Vallecano bersua Elche pada pekan ke-7 Liga Spanyol Musim 2022-2023, mereka memamerkan banner yang bertuliskan:
“No son muertes, son asesinatos.”
Pesan berbahasa Spanyol tersebut berarti, “Mereka bukan meninggal (dengan sendirinya), tetapi dibunuh.”
Kedua pesan tersebut mendapat sambutan hangat warganet Indonesia. Mereka geram karena hingga saat artikel ini ditulis, belum ada penjelasan dari pihak-pihak yang terlibat dalam Tragedi Kanjuruhan. Terutama dari PSSI selaku induk sepak bola Indonesia dan aparat yang menembakkan gas air mata.
Sebagaimana diketahui, hari pertama Oktober menjadi titimangsa dalam tragedi kemanusiaan terbesar dalam dunia sepak bola Indonesia, bahkan dunia. Berawal dari stadion yang diisi melebihi kapasitas dan waktu pertandingan yang rentan, derbi panas yang mempertemukan Arema FC melawan Persebaya berakhir menjadi tragedi.
Ulah sejumlah suporter yang masuk lapangan dibalas dengan pemukulan dan tendangan dari aparat yang berjaga. Tak berhenti di situ, aparat juga menembakkan gas air mata ke arah tribun yang didesaki penonton. Kepulan gas air mata membuat para penonton kalang-kabut dan lari ke arah pintu keluar yang lebarnya tidak seberapa. Karena berdesakan, banyak penonton terinjak-injak. Kepulan gas air mata juga membuat keadaan semakin parah karena membuat orang sesak napas.
Tragedi ini menelan banyak korban jiwa. Per 5 Oktober, ada 131 korban meninggal. Angka ini belum termasuk korban luka yang ditaksir mencapai ratusan orang. Dengan jumlah korban yang begitu banyak, Tragedi Kanjuruhan masuk dalam deretan tragedi terkelam sepanjang sejarah sepak bola.
Editor: NH