Pagi tadi, tumben ring tone pesan WA berbunyi kerap sekali. Segera kutengok hape yang sedang aku charge. Ternyata banyak pesan yang masuk dari berbagai kawan, mengabarkan tentang mas Joko Pinurbo (Jokpin) telah berpulang,wafat.
Innalillahi wa inna ilaihi rojiun…
Beberapa bulan ini memang beliau kerap masuk rumah sakit, punya riwayat penyakit asma. Dan, serangan asma terakhirnya cukup membuat beliau harus beristirahat lama di Rumah sakit.
Tapi beberapa minggu yang lalu kudengar beliau sudah pulang, sudah tak perlu rawat inap, cukup istirahat di rumah saja. Senang sekali rasanya mendengar kabar Mas Joko Pinurbo sudah membaik.
Tapi pesan WA yang beruntun pagi ini bukanlah kabar gembira. Aku tak bisa berkata-kata membaca kabar duka ini. Dalam duka, segala kenangan tentang beliau berkelebat. Badannya yang ringkih dan tipis, tawanya yang renyah langsung membayang.
Mas JokPin, begitu nama akrabnya, adalah salah satu sosok penyair yang kukagumi. Puisi-puisinya walaupun tak menggunakan kata-kata yang rumit dan berat, namun kerap menimbulkan perenungan yang dalam.
Puisi-puisinya banyak bernuansa humor namun kadang terasa getir dan menohok. Aku mengkoleksi beberapa buku kumpulan puisinya. Pernah juga diminta mas JokPin tuk membuat illustrasi sampul depan majalah kebudayaan yang pernah dikelolanya. Dan, kami juga kerap bekerja bareng dalam beberapa acara kebudayaan.
Setiap ada kawan dekat yang “pergi” mendahului, selalu meninggalkan pertanyaan, apakah antrianku juga sudah dekat?
Selamat pulang Mas JokPin. Rest In Peace. Engkau orang baik.
Jogja akan sealu merindukanmu.
Lahu Al-Fatihah…
—
Sebagai informasi, mendiang Jokpin telah menerbitkan banyak kumpulan puisi, misalnya Celana (1999), Di Bawl Kibaran Sarung (2001), Pacarkecilku (2001), Telepon Genggam (2003), Kekasihku (2004), Pacar Senja (2005), Kepada Cium (2007), Tahilalat (2012), dan Baju Bulan (2013).
Buku puisi Jokpin lainnya antara lain Bulu Matamu: Padang Ilalang (2014), Surat Kopi (2014), Surat dari Yogya (2015), Selamat Menunaikan Ibadah Puisi (2016), Malam Ini Aku Akan Tidur di Matamu (2016), Buku Latihan Tidur (2017), Perjamuan Khong Guan (2020), Salah Piknik (2021), Sepotong Hati di Angkringan (2021), Kabar Sukacinta (2021), dan Epigram 60 (2022).
Selain puisi, Jokpin pun menerbitkan karya sastra lain, misalnya novel Srimenanti (2019) serta kumpulan cerita pendek Tak Ada Asu di Antara Kita (2023).
Jokpin juga telah meraih berbagai penghargaan sastra, misalnya Penghargaan Buku Puisi Dewan Kesenian Jakarta (2001), Sih Award (2001), Hadiah Sastra Lontar (2001), Tokoh Sastra Pilihan Tempo (2001 dan 2012), Penghargaan Sastra Badan Bahasa (2002 dan 2014), Kusala Sastra Khatulistiwa (2005 dan 2015), dan South East Asian (SEA) Write Award (2014).