Menelusuri Tren Vespa Muslimah Bercadar di Indonesia dan Keunikannya

Menelusuri Tren Vespa Muslimah Bercadar di Indonesia dan Keunikannya

Menelusuri Tren Vespa Muslimah Bercadar di Indonesia dan Keunikannya

“Salam mesin kanan Mbak,” komen salah satu akun Instagram. Komen ini diberikan oleh sesama perempuan bercadar pemakai vespa.

Perempuan vespa bercadar barangkali masih langka di Indonesia, orang-orang menyebutnya sebagai muslimah unlimited.

Dalam penelusuran saya, mereka masih belum memiliki komunitas, layaknya komunitas motor vespa atau komunitas muslimah barcadar (hijrah) pada umumnya di Indonesia.

Uniknya, perempuan vespa bercadar ini tidak datang dari perkotaan. Tetapi justru muncul di kawasan pedesaan. Ini berangkali bisa membedakan dari hasil peneliti-peneliti muslim urban kawakan yang mengatakan bahwa sesuatu yang bersifat “modern” selalu muncul dan hidup dari kota.

Yang sangat fenomenal pada perempuan vespa bercadar muncul dari Aceh. Dia bernama Ulfaturrahmi.

Setiap hari, Ulfa ini membagi hidupnya lewat konten di media sosialnya. Dia menaiki vespa merah sambil berjalan menyusuri kampung halamannya yang indah bersama teman-teman perempuan sebayanya.

Di tengah menjamurnya style hidup anak muda (muslim/ah) pemakai vespa, Ulfa ini tampil berbeda.

Ada nuansa lawas tipis-tipis ketika melihat Ulfa menaiki vespa: dia memiringkan body motornya ke kiri, lalu mengengkol berkali-kali saat menghidupkan vespa merahnya made in Piaggio itu.

Seakan-akan vespa itu menyatu dengan diri Ulfa. Sudah tahu kapan harus mogok, dan kapan harus lancar tanpa butuh perhatiannya.

Baca juga: Saat Gitasav Mengalami Religius Trauma, Ketika Agama Disalahgunakan Atas Nama Iman

Ulfa menaiki vespa konvensional merek skuter tahun 1986, bukan jenis vespa metic.

Yang paling menggemaskan dari perempuan vespa bercadar ini adalah ketika memperbaiki vespanya sendiri saat macet. Dia membongkar busi lalu mengelap, mengamplasnya, dan mengecek suhu api businya.

Dia lalu membersihkan dengan sedikit bensin. Pada kesempatan lain, tak lupa dia menuangkan sedikit oli sebagai campuran ketika mengisi bensin. Dia juga sering menservice senar rem dan sesekali merombak bokong vespa merahnya itu. Bagi Ulfa tak ngaruh tangan jadi hitam belepotan oli dan perjalanan menjadi mogok.

Orang-orang menyebut perempuan vespa bercadar ini sebagai perempuan “idaman”. Ini karena dia bisa melakukan pekerjaan yang tidak umum dilakukan perempuan. Banyak orang penasaran berat. Bahkan karena orang sangat “gemas” orang menuduh Ulfa adalah laki-laki.

Memang ketika melihat perempuan bercadar dan bisa melakukan pekerjaan laki-laki hampir selalu datang stigma dan tuduhan. Tapi tuduhan ke Ulfa ini lebih pada bujukan untuk mencopot dan memperlihatkan wajahnya.

Ulfa ini tidak pernah menuruti, tetapi dia membalas dengan membuat konten-konten vespaan bersama perempuan, rutinitas mengaji bersama ibu-ibu di kampungnya.

Sesekali Ulfa memperlihatkan bentuk dan lekuk tubuhnya di atas motor vespa.

Dia kadang berpose menggunakan abaya, kadang pula mengenakan jaket dan helm bogo. Saat memperlihatkan wajahnya secara maksimal, kita lekas melihat kelompok mata dan bisa mengetahui jika dia tersenyum merekah.

Kita bisa melihat separuh wajahnya menampakkan mata menyipit dan pipi bergerak mengembang. Dan hampir semua komentar penonton menyebut dia perempuan yang cantik dan saleha.

Sebenarnya konten-konten Ulfa ini hampir mengulang alur yang sama: menaiki vespa dan berpose ala perempuan hijrah. Tapi kadangkala, dia menyelipkan kehidupan yang baru, seperti saat membeli bensin.

Dia mengisi bensin di pom, mendongrak dua vespanya, lalu membuka jok dari belakang. Dia juga ikut membongkar mesin vespa bersama mekanik di bengkel.

Gayanya menaiki vespa memperlihatkan bagaimana dia lihai berkendara. Tampak dia sering melepaskan tangan dari setir saat membonceng temannya. Caranya itu mengingatkan kita pada pembalap legend dunia: Taru Rinne (1988). Pembalap yang ketika menang selalu membuat aksi heroik di lapangan dengan melepaskan setir motornya.

Semua aksi dan video-video Ulfa bukan itu yang menarik perhatian saya.

Semua aksi itu sudah banyak perempuan lain yang bisa melakukan. Justru yang menarik perhatian saya adalah alasan-alasan mengapa dia memilih vespa tua sebagai kendaraannya. Mengapa tidak memilih vespa metic saja.

Bukankah itu adalah pilihan yang sangat merepotkan kala dirinya bercadar dan menggunakan pakaian serba besar. Lebih-lebih ketika dia menservice sendiri ketika vespanya macet. Tapi di sinilah keunikannya.

Sampai hari ini, Ulfa telah menyiram ribuan pengikutnya dengan konten-konten segar. Ribuan sampai jutaan orang suka dan sesekali berkomentar secara lucu. Bukankah hal ini sangat baru dalam dunia muslimah hijrah?

Ulfa sebagai perempuan vespa bercadar mampu tampil dalam renik cerita yang ditampilkan dengan vespa. Dia memilih adegan-adegan singkat yang menyimpan misteri. Misalnya dia kadang malu-malu dalam video, tetapi kadang pula justru menampilkan video yang tak terduga.

Baca juga: Gus Faiz Sukron Makmun: Cadar Bukan Berarti Radikal, Kerudung Terbuka Bukan Berarti Liberal

Semua penonton hanya melihat hasrat style perempuan bercadar yang tumpah dalam kecintaan pada vespa lawas.

Ulfa mungkin tidak seperti Azthry Ibrahim, seorang perempuan fotografer bercadar. Ulfa tak menunjukkan atau dikenal karena prestasinya. Ulfa juga tak pernah berkeliling dunia. Tapi kisah Ulfa mengalami nasib yang sama: dibully karena bercadar.

Di Instragram, Ulfa seperti menemukan dunianya. Dia tampil dengan misterius karena tak pernah berbicara mengenai dirinya. Pada umumnya, dia tampil memakai busana versi kekinian: memakai sepatu, togbat, hody, jaket jeans, abaya dengan warna mencolok dan cadar.

Musik yang dipakai sebagai soundtrack dalam setiap konten-konten yang ditampilkan, memakai musik Dj. Dan kita baru sadar, bahwa semua penampilan Ulfa adalah hal baru.

Dia memberi kejutan dengan vespa dan cadar. Dia tampak tak sekadar memakai cadar dan vespa, tapi menjadikan cadar dan vespa itu sebagai bagian dari dirinya; Ulfa, vespa dan cadar adalah manunggal. Dan inilah fenomena baru dalam perempuan hijrah bercadar.