Pemerintah Arab Saudi memperlakukan tindakan keras di dua kota suci Madinah dan Mekah dengan melakukan penyetopan aktivitas selama 24 jam. Hal ini dilakukan untuk mencegah terhadap wabah COVID-19 yang angkanya merupakan salah satu yang tertinggi di Saudi. Saat ini, tercatat ada 48 kasus di Mekah dan 46 di Madinah. Bukan hanya itu saja. Semua kegiatan komersial dihentikan, kecuali untuk apotek, supermarket, pompa bensin dan layanan perbankan.
Hal itu diutarakan oleh juru bicara Kementerian Dalam Negeri, Kolonel Talal Al-Shalhoub, terkait aturan Jam malam yang berlaku untuk semua bagian Mekah dan Madinah. Lalu, bagaimana dengan aktivitas penduduknya? Penduduk dewasa di Mekah dan Madinah hanya diizinkan meninggalkan rumah mereka dalam keadaan darurat, seperti perawatan kesehatan dan persediaan makanan. Itupun dibatasi hanya di sekitar distrik dari jam 6 pagi sampai jam 3 sore.
“Kementerian Dalam Negeri tidak akan mentolerir mereka yang tidak mematuhi peraturan jam malam dan menunjukkan pembangkangan mereka secara terbuka di outlet media sosial, siapa pun mereka,” kata juru bicara itu seperti dilansir laman arabnews.
Al-Shalhoub juga mendorong warga untuk menggunakan aplikasi telepon untuk memesan makanan maupun persediaan bahan pangan lainnya. Dia juga berbicara tentang beberapa kasus warga yang masih melanggar jam malam, mengatakan bahwa jumlahnya sedikit dibandingkan dengan mereka yang menjaga diri mereka sendiri dan orang-orang yang mereka cintai dengan tetap tinggal di dalam rumah.
Sementara itu juru bicara Kementerian Kesehatan, Dr. Mohammed Al-Abd Al-Aly, mengumumkan 165 kasus baru – dua di antaranya terkait dengan perjalanan dan telah dikarantina. Jumlah keseluruhan kasus yang dikonfirmasi adalah 1.885 – 1.536 di antaranya aktif. Al-Aly mengumumkan lima kematian lebih lanjut, sehingga jumlah total menjadi 21. 64 pemulihan membuat jumlah total 328.
“Langkah-langkah pencegahan yang diambil oleh Kerajaan harus dipertahankan, karena mereka telah membantu kita semua menjaga jumlah korban menjadi lebih,” kata Al-Abd Al-Aly.
Ia juga menambahkan, pihak otoritas akan terus menjaga warganya dan dua kota suci. Ia tidak ingin warga menderita dan untuk saat ini penutupan kota dan aktivitas warga adalah salah satu jalan yang terbaik. Apalagi baru-baru ini pihak otoritas Arab juga mulai mempertimbakan ketiadaan haji sebagai upaya preventif pencegahan Covid-19 di negara mereka.