Alkisah, pada suatu hari ada seorang wanita mendatangi Rasulullah saw. Wanita tersebut datang dengan kondisi tangan kanannya yang kering. Dia lantas berkata kepada Rasulullah saw., “Wahai Rasulullah! Berdoalah kepada Allah agar menyembuhkan tanganku dan mengembalikannya ke keadaan semula.”
Mendengar perkataan wanita tersebut, Rasulullah saw. pun bertanya, “Apa yang menyebabkan tanganmu menjadi kering?”
Sebagaimana dijelaskan oleh Syekh Muhammad bin Bakar al-Ushfury dalam Mawa’idz al-Ushfuriyah, wanita tersebut kemudian bercerita kalau dia bermimpi seolah-olah hari kiamat terjadi. Neraka Jahim telah dinyalakan apinya. Surga telah dibuka. Api neraka berubah menjadi jurang-jurang. Kemudian wanita tersebut melihat ibunya berada di salah satu jurang dari jurang-jurang Jahannam. Satu tangannya memegang potongan gajih, dan satu tangannya lagi memegang kain kecil yang menjaganya dari kobaran api.
Ya Rasulullah, saat aku melihat kondisi ibuku seperti itu, aku kemudian bertanya kepadanya, “Oh ibuku! Mengapa kamu berada di jurang ini? Padahal kamu adalah perempuan yang taat kepada Allah dan suamimu juga ridho denganmu.”
Ibuku menjawab, “Oh anakku! Aku ini adalah seorang perempuan pelit ketika di dunia. Jurang ini adalah tempat orang-orang yang pelit.”
Aku kemudian bertanya kepada ibuku, “Potongan gajih dan kain kecil apa yang aku lihat di tanganmu itu?”
“Potongan gajih dan kain ini adalah shodaqoh yang pernah aku sedekahkan ketika berada di dunia. Selama masa hidupku, aku tidak pernah mengeluarkan shodaqoh kecuali dua benda ini. Dua benda ini diberikan kepadaku. Aku terlindungi dari api dan siksa berkat kedua benda ini.” jawab ibu kepadaku.
Jawaban tersebut kemudian membuatku kembali bertanya kepada ibuku, “Di mana bapakku?”
“Ia sekarang berada di tempat orang-orang yang dermawan, yaitu di surga.” Ibu kepadaku.
Saat aku mendatangi bapakku, aku melihat bapakku sedang berdiri di tepi telagamu, wahai Rasulullah! Ia sedang memberikan minuman air telaga kepada orang-orang. Ia mengambil gelas dari tangan Ali. Sedangkan Ali mengambilnya dari tangan Usman. Sedangkan Utsman mengambilnya dari tangan Umar. Sedangkan Umar mengambilnya dari tangan Abu Bakar as-Siddiq. Sedangkan Abu Bakar sendiri mengambilnya dari tanganmu, wahai Rasulullah!
Melihat hal tersebut, aku pun berkata kepada bapakku, “Hai bapakku! Sesungguhnya ibuku seorang perempuan yang taat kepada Allah dan yang kamu ridhoi, sekarang berada di jurang (demikian) di neraka Jahannam. Sedangkan kamu memberikan minuman kepada orang-orang dari telaga Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallama. Ibuku sangat kehausan. Berilah ia seteguk air itu!”
Namun Bapakku justru menjawab, “Hai anakku! Sesungguhnya ibumu berada di tempat orang-orang yang pelit, yang bermaksiat, dan yang berdosa. Sesungguhnya Allah saw. telah mengharamkan air telaga Rasulullah SAW bagi mereka yang pelit, yang bermaksiat dan yang berdosa.”
Aku kemudian mengambil air telaga itu dengan telapak tanganku agar bisa memberikannya kepada ibuku. Ketika ibuku meminumnya, maka terdengar suatu seruan, “Allah telah mengeringkan tanganmu, karena kamu telah mendatangi dan memberikan minuman kepada wanita yang bermaksiat dan yang pelit, dengan air telaga Rasulullah shollallahu alaihi wa sallama!” Dan ketika aku terbangun dari tidurku, tiba-tiba tanganku sudah dalam keadaan seperti ini.
Selepas mendengarkan cerita wanita tersebut, Rasulullah saw.berkata kepadanya, “Sifat pelit ibumu telah memberimu bencana di dunia. Lantas bagaimana bencana baginya di akhirat?”
Rasulullah saw. kemudian meletakkan tongkatnya di tangan wanita itu dan berkata, “Ya Allah! Demi mimpi yang barusaja ia ceritakan semoga Engkau menyembuhkan tangannya.” Kemudian tangan wanita itu pun sembuh dan kembali seperti semula.
Kikir adalah satu diantara sekian banyak sifat buruk yang ada dalam diri manusia. Sifat buruk yang dilakukan oleh orang tua atau para pendahulu kita di dunia, bakal membawa sengsara kepada anak cucunya di masa mendatang. Begitu juga sifat-sifat buruk manusia yang hidup di masa sekarang, kelak di masa yang akan mendatang akan menyengsarakan para keturunannya.
Begitu juga sebaliknya. Jika kita hari ini menanam kebaikan, menjalankan perintah agama dan berbuat baik kepada sesama manusia dan sesama makhluk Tuhan. Maka, kelak akan mendapatkan balasan kebaikan. Jika bukan kepada diri kita, bisa jadi balasan tersebut akan diberikan kepada para keturunan kita.