Kisah Ulama Al-Wakhsyi atau Imam al-Hafizh Abu Ali al-Hasan bin Ali al-Balakhi al-Wakhsyi adalah salah seorang ahli hadis di zamannya. Suatu ketika beliau pernah mendengar hadis tentang berkelana, menghadapi kesulitan dan kesengsaraan.
Hingga suatu waktu ketika al-Wakhsyi tinggal di Asqalan untuk mendengarkan hadis dari Ibnu Mushahih dan para ulama lainnya, bekalnya ternyata habis. Dan hal tersebut membuatnya dalam beberapa hari tidak makan sebagaimana dikisahkan oleh Abdul Fatah Abu Guddah dalam Shafahat min Shabril Ulama.
Ketika al-Wakhsyi ingin bangkit untuk menulis hadis, ternyata dia tidak kuat untuk bangkit karena belum makan dalam beberapa hari. Akhirnya, dia pun pergi ke toko roti. Di toko roti tersebut, al-Wakhsyi ternyata tidak membeli roti karena sudah tidak punya bekal apa-apa. Di toko roti tersebut, al-Wakhsyi cuma duduk-duduk di dekat roti untuk mencium aroma roti tersebut. Hal tersebut dilakukannya supaya bisa menjadi kuat kembali, hingga akhirnya Allah memberikan kemudahan kepadanya untuk kembali menulis hadis. Dengan menciumi aroma roti, al-Wakhsyi yang asalnya lapar karena kehabisan bekal dan tidak kuat makan akhirnya bisa menjadi kuat untuk melanjutkan belajarnya.
Berbagai cobaan yang dialami oleh al-Wakhsyi saat menuntut ilmu ternyata tidak diketahui oleh banyak orang. Hingga setelah berkelana mencari hadis, al-Wakhsyi pun pulang ke daerahnya yang bernama Wakhsy yaitu sebuah desa di Balkh. Dan ternyata ketika sampai di desanya, tidak seorang pun yang mengetahui kedudukannya dan apa yang telah didapatnya. Hingga pada suatu waktu, al-Wakhsyi berkata, “bila aku mati. Maka namaku tidak dikenal dan tidak ada yang mendoakanku untuk mendapatkan rahmat.”
Tidak lama setelah itu, Allah Swt ternyata membimbing dan memudahkan Nizam al-Mulk untuk membangun sebuah madrasah di Wakhsy. Setelah madrasah tersebut selesai dibangun, Nizam al-Mulk meminta al-Wakhsyi untuk mengelolanya dan akhirnya beliau bisa menyampaikan hadis.
Apa yang dilakukan al-Wakhsyi adalah salah satu potret perjuangan para ulama terdahulu ketika mencari ilmu. Baginya setiap yang dilihat atau didengar tidak bisa diremehkan, dan harus segera ditulis supaya tidak hilang dari ingatan. Bahkan hal tersebut beliau lakukan sampai kehabisan bekal hingga tidak kuat makan.
Begitu banyak kejadian luar biasa yang dialami oleh para ulama saat mereka menuntut ilmu. Bahkan, adakalanya peristiwa yang dialami para ulama itu di luar kemampuan nalar manusia. Peristiwa yang mereka hadapi pun cukup beragam. Kadang kala, berupa kejadian fisik, bisa pula nonfisik. Beragam peristiwa dalam kehidupan dicatat oleh para ulama melalui karya-karya mereka.
لا يطلب هذا العلم من يطلبه بالتملل وغنى النفس فيفلح، ولكن من طلبه بذلة النفس، وضيق العيش، وخدمة العلم، أفلح
“Tidak mungkin menuntut ilmu orang yang pembosan, merasa puas jiwanya kemudian ia menjadi beruntung, akan tetapi ia harus menuntut ilmu dengan menahan diri, merasakan kesempitan hidup dan berkhidmat untuk ilmu, maka ia akan beruntung.”
ما أفلح فى العلم إلا من طلبه فى القلة، ولقد كنت أطلب القرطاس فيعسر علىَّ. وقال: لا يطلب أحد هذا العلم بالملك وعز النفس فيفلح
“tidak akan beruntung orang yang menuntut ilmu, kecuali orang yang menuntutnya dalam keadaan serba kekurangan. aku dahulu mencari sehelai kertaspun sangat sulit. Tidak mungkin seseorang menuntut ilmu dengan keadaan serba ada, dan harga diri yang tinggi kemudian ia beruntung.“
Jika manusia adalah makhluk yang istimewa dan sempurna karena akal pikirannya. Maka akal pikiran yang harus diberi asupan gizi yang sempurna, yaitu ilmu dan hikmah. Dan supaya menjadi manusia yang sempurna dan istimewa, maka jangan mudah menyerah dalam belajar dan mencari ilmu walaupun banyak cobaan yang datang silih berganti.