Saya membaca komentar kalangan sekuler mengenai Islamisme. Pada umumnya mereka kaget. Mengapa Indonesia jadi sangat Islamis seperti hari ini?
Jika mereka mau menengok sejarah lebih dalam, kekagetan tersebut tidak perlu terjadi. Islamisme dalam bentuk kontemporer sekarang telah tumbuh sejak 1970-an. Secara perlahan mereka membangun basis di kampus-kampus, sementara yang lain terlelap dalam buaian arus pembangunan dan kemakmuran.
NKK/BKK yang diperkenalkan akhir tahun 1970-an membuat Islamisme bergeliat aman. Terkonsolidasi bentuk gerakan tarbiyah, pada periode awal fokus mereka adalah penyiapan kader di masa depan. Hasilnya dipanen sekarang.
Dibina oleh para mantan tokoh Masyumi dan asupan ideologi dari para lulusan Timur Tengah, gerakan tarbiyah tersebut segera menjadi kekuatan politik yang diperhitungkan di akhir 1990-an. Demokrasi membuat hal ini terjadi. Sementara itu, sebagian mereka telah terserap juga di birokrasi dan perusahaan2 profesional lainnya. Mimpi mereka adalah membentuk negara Islam atau NKRI tetapi dengan penerapan syariah Islam di dalamnya.
Dari jurusan lain, dunia berubah drastis pasca-tragedi WTC 2001. Ancaman dan perang terhadap teror menjadi kata kunci politik global. Dalam banyak segi, Islamisme Indonesia menggabungkan diri dengan konstelasi baru ini.
Ini baru separuh cerita. Intinya saya ingin bilang bahwa Islamisme tidak muncul tiba2. Kalangan sekuler seharusnya menyadari ini terlebih dahulu, sebelum datang dengan tawaran dan solusi sederhana.
Sejarah tidak bisa diulang dalam waktu yang sebentar dengan perjuangan yang asal-asalan.
*) Amin Mudzakkir, peneliti LIPI