Islam datang mengajarkan keyakinan tauhid. Yaitu pengakuan bahwa hanya ada satu Tuhan yang pantas disembah. Terdapat banyak sekali ayat Al-Quran yang mengajarkan keyakinan tauhid. Ajakan bertauhid pertama kali ditujukan kepada kaum Quraisy. Suku yang menguasai kota Mekah pada masa Rasulullah saw.
Mereka adalah suku penyembah berhala. Mereka tidak malu menyembah berhala padahal mereka hidup di kota suci tempat baitullah berada. Seharusnya hanya Allah yang mereka sembah. Namun, keyakinan tauhid yang diajarkan Nabiyullah Ibrahim as. telah ditinggalkan diganti kepercayaan terhadap berhala-berhala. Inilah kondisi kaum Quraisy saat diutusnya Rasulullah saw.
Namun demikian, ada sebagian umat Islam yang meyakini bahwa kaum Quraisy adalah orang-orang yang beriman dan bertauhid. Mereka meyakini bahwa kaum Quraisy percaya bahwa Allah adalah satu-satunya pencipta semesta; langit, bumi dan segala isinya. Mereka mendasarkan pahamnya pada Qs. Al-Mukminun: 86-87 berikut:
قُلْ مَنْ رَبُّ السَّمَاوَاتِ السَّبْعِ وَرَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ (86) سَيَقُولُونَ لِلَّهِ قُلْ أَفَلَا تَتَّقُونَ (87
Katakan (Muhammad): “Siapa pencipta langit yang tujuh dan pencipta Arsy yang agung?” Mereka akan menjawab, “Allah”. Katakan (Muhammad):, “Apakah kalian tidak takut (siksa karena pengingkaran)” (Qs. Al-Mukminun: 86-87)
Secara tekstual Qs. Al-Mukminun: 86-87 seakan menggambarkan bahwa kaum Quraisy mengakui bahwa pencipta langit tujuh dan Arsy adalah Allah. Penggambaran ini kurang tepat. Kaum Quraisy merupakan penyembah berhala. Mereka mungkin percaya wujudnya Allah. Namun kepercayaan itu sudah terkubur dengan kepercayaan terhadap berhala-berhala. Kepercayaan kepada berhala itulah yang mendorong mereka melakukan penyembahan terhadap berhala. Bukan lagi kepada Allah. Karena itu, Al-Quran mengingatkan kembali mereka kepada kepercayaan semula sebagaimana diajarkan Nabi Ibrahim as. Al-Quran menggunakan gaya bahasa yang tajam dengan menggugah kesadaran logika dan perasaan mereka.
Pertama, Al-Quran mengajak berpikir tentang siapa pencipta langit dan perkara yang agung, yaitu Arsy. Kedua, Al-Quran menunjukkan bahwa jika mereka dapat berpikir dengan benar, niscaya mereka akan sepakat menjawab pencipta langit dan semesta adalah Allah. Ketiga, Al-Quran menyentuh perasaan mereka dengan mengatakan “Apakah kalian tidak takut?”
Tahap pertama dan kedua adalah upaya menyentuh logika dengan mengajak mereka berfikir. Tahap ketiga adalah cara Al-Quran menyentuh hati mereka. Yaitu agar mereka takut menyalahi logika, keyakinan yang benar berdasarkan logika, dan perilaku yang didasarkan kepada keyakinan yang benar.
Para ahli tafsir menyebut gaya bahasa ini dengan model ifham wa taubikh, membungkam dan menyindir keras. Yaitu gaya bahasa yang dapat membuat lawan bicara mengakui kebenaran sesuai dengan kehendak pembicara. Disebut menyindir keras karena pada kenyataannya orang-orang Quraisy mengingkari kehidupan akhirat serta meyakini adanya pencipta selain Allah.
Syekh Abu Al-Sa’ud (w. 982 H.) dalam kitab tafsirnya mengatakan, “(Katakan) untuk membungkam dan menyindir keras perilaku mereka (Apakah kalian tidak takut) maksudnya bukankah kalian mengetahui itu (Allah pencipta semesta) namun kalian tidak menjaga diri kalian dari siksa-Nya karena kalian tidak berperilaku sesuai tuntunan logika; kalian mengingkari kehidupan setelah kematian dan kalian meyakini pencipta selain Allah” (Irsyad Al-Aql Al-Salim Ila Mazaya Al-Kitab Al-Karim, 6/148).
Perkataan Syekh Abu Al-Saud di atas menegaskan Al-Quran bermaksud menyindir keyakinan dan perilaku kaum Quraisy yang tidak selaras. Secara keyakinan mereka meyakini adanya Allah. Mereka juga jika berpikir dengan benar maka mereka akan meyakini bahwa pencipta semesta adalah Allah. Namun kenyataannya mereka meyakini adanya pencipta selain Allah. Yaitu berhala-berhala sesembahan yang mereka yakini bisa menentukan dan mengubah nasib mereka. Lalu mereka menyembah berhala-berhala itu.
Berdasarkan penjelasan ini, kita tahu bahwa kaum Quraisy adalah penyembah berhala serta meyakini adanya pencipta selain Allah. Tidak benar bahwa kaum Quraisy meyakini hanya Allah pencipta semesta, tetapi enggan menyembah Allah. Yang lebih tepat adalah kaum Quraisy meyakini adanya pencipta selain Allah, dan mereka enggan hanya menyembah Allah. Yang lebih tepat adalah dikatakan, kaum Quraisy tidak mengakui hanya ada satu Tuhan pencipta semesta. Wallahu A’lam.