Tips dari Rahib Yahudi kepada Quraisy untuk Memastikan Kenabian Muhammad SAW

Tips dari Rahib Yahudi kepada Quraisy untuk Memastikan Kenabian Muhammad SAW

Setelah gagal untuk mencegah dakwah Nabi, kaum Quraisy datang kepada rahib Yahudi untuk meminta pertanyaan-pertanyaan menjebak.

Tips dari Rahib Yahudi kepada Quraisy untuk Memastikan Kenabian Muhammad SAW
Ilustrasi berhala.

Kaum kafir Quraisy menggunakan segala cara agar dakwah Rasulullah SAW berhenti. Mereka bahkan merasa serba salah dengan jawaban Nabi SAW. Lantas apa yang dilakukan orang-orang kafir Quraisy? Kali ini mereka tidak lagi membujuk Nabi dengan kenikmatan duniawi, tidak pula mengajak Nabi bertukar Tuhan untuk saling disembah dan berbagi. Rencana selanjutnya adalah datang ke rahib Yahudi.

Pembujuk kaum kafir Quraisy, Nadhr bin Harits, tiba-tiba berbicara dengan bijak pada golongannya. “Apa yang kita hadapi saat ini sangatlah rumit, waktu Muhammad kecil, dia lah sosok yang paling kita percayai, kini alisnya telah beruban, dan dia membawa petaka besar.”

“Sungguh, dia bukanlah tukang sihir yang mampu mengirim nafs dan uqad. Dia juga bukan seorang dukun yang berkomat kamit dengan mantranya. Bukan pula seorang penyair dari jenis rajaz, hajaz, qaridh, maqbudh, maupun, mabsuth. Dia tidak lah gila, sebagaimana orang gila pada umumnya.”

“Wahai kaum Quraisy, kita sedang berada dalam masalah besar, pikirkanlah solusinya dengan baik dan cermat!”

Setelah Nadhr selesai berbicara, kaum kafir Quraisy akhirnya memutuskan untuk bertanya perihal Nabi Muhammad SAW pada orang Yahudi. Mereka mengutus Nadhr bin Harits dan Uqbah bin Abi Muith menemui rahib-rahib Yahudi di Madinah.

Nadhr bin Harits adalah salah seorang kafir Quraisy yang sangat getol menghalangi dakwah Islam. Ia rela pergi ke Hirah untuk mempelajari kisah-kisah raja Persia. Di saat Rasulullah SAW sedang duduk bersama bangsa Quraisy, mengajak mereka untuk memeluk Islam dan memperingati mereka dengan kisah-kisah umat terdahulu yang mendapat murka dari Allah, Nadhr pun membuat pusat perhatian baru, mengambil alih pembicaraan, kemudian bercerita tentang raja-raja Persia, Rustum, dan Asvandiar di majelis Nabi tersebut.

Ia juga tidak sudi setiap kali mengetahui salah seorang bangsa Arab memeluk Islam. Jika itu terjadi, ia akan menjanjikan budak perempuan pada orang tersebut untuk memenuhi segala kebutuhan, dengan syarat tidak boleh mengikuti agama Nabi Muhammad SAW.

Ibnu Ishaq, dalam kitab sirah al-nabawiyah menyebut Nadhr bin Harits sebagai “Setan Quraisy.”

Nadhar dan Uqbah pergi menemui rahib Yahudi. Sesampainya di sana keduanya menceritakan sosok Nabi Muhammad SAW, menjelaskan apa saja yang telah dilakukan beliau, memberitahu tentang perkataannya, kemudian keduanya bertanya pada rahib tersebut,

“Tuan orang pintar, mengetahui banyak hal dalam Taurat, kami datang pada tuan untuk bertanya tentang teman kami ini, bagaimana pendapat tuan?”

Tanpa panjang lebar, rahib itupun langsung menjawab, “Kalian tanyakan padanya tentang tiga hal: Tentang para pemuda yang bepergian pada masa awal, bagaimana kisahnya? Sungguh, di sana ada kejadian menakjubkan. Tanyakan pula tentang seorang lelaki yang berkelena menjelajah dunia hingga belahan timur dan barat? Serta tanyakan apa itu Ruh ? Jika temanmu itu mampu menjawab tiga pertanyaan tersebut, maka dia adalah nabi dan kalian harus mengikutinya. Namun, jika dia tidak bisa menjawabnya, maka dia hanyalah orang yang ngelantur dan terserah kalian akan melakukan apapun padanya.

Nadhr dan Uqbah bergegas menuju Mekah, keduanya pulang dengan sumringah membawa kabar dan solusi dari rahib Yahudi tersebut. Setelah memberitahu kawan-kawannya, mereka bersama-sama menuju tempat Nabi untuk menanyakan tiga hal di atas.

“Hai Muhammad, kami ingin bertanya padamu, kemudian mereka menyebutkan tiga hal sebagaimana yang diusulkan oleh rahib Yahudi”

Nabi Muhammad SAW menyambut pertanyaan mereka dengan mengatakan, “Aku akan menjawabnya besok”.

Selama lima belas hari, Rasulullah tidak kunjung keluar dari rumahnya. Selama itu tidak ada wahyu yang turun pada beliau. Sedangkan orang-orang kafir Quraisy gusar membicarakan Nabi Muhammad dengan perkataan menyakitkan.

Rasulullah SAW sangat sedih, karena wahyu terputus darinya. Kemudian di hari ke lima belas Jibril datang dengan membawa wahyu tentang Ashabul Kahfi, Dzulkarnain, dan tentang roh.

Atau kamu mengira bahwa orang-orang yang mendiami gua dan (yang mempunyai) raqim (sebagian berpendapat ”nama anjing”) itu, mereka Termasuk tanda-tanda kebesaran Kami yang menakjubkan? (QS. al-Kahfi [18]: 09)

Lalu Allah menyebutkan kisah Nabi Musa dan Khidr, kemudian kisah Dzulkarnain “Dan mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Dzulkarnain. Katakanlah: “Aku akan bacakan kepadamu cerita tantangnya” (QS. al-Kahfi [18]: 83).

Lalu turun pula surah al-Isra’[17: 85] “Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: “Roh itu Termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit”.

Kala Jibri datang Rasulullah protes padanya: “Sungguh, engkau telah meninggalkanku, hingga aku berburuk sangka padamu.” Lalu turunlah surah Maryam ayat 64,

Dan tidaklah Kami (Jibril) turun, kecuali dengan perintah Tuhanmu. kepunyaan-Nya-lah apa-apa yang ada di hadapan kita, apa-apa yang ada di belakang kita dan apa-apa yang ada di antara keduanya, dan tidaklah Tuhanmu lupa.

Demikianlah, musuh-musuh Nabi Muhammad SAW pada masa awal mengupayakan segala sesuatu untuk menghentikan dakwah Islam. Setelah kebenaran itu jelas bagi mereka, tetap saja mereka tidak beriman pada Allah dan Nabi-Nya. (AN)

Wallahu ‘Alam

 

Baca juga tulisan lain tentang Sirah Nabawiyah, Sejarah Kehidupan Rasulullah SAW.