Di seluruh penjuru dunia, al-Qur’an merupakan satu-satunya kitab yang masih terus dihafalkan banyak orang. Mereka yang mampu menyelesaikan misi ini kemudian mendapat gelar hafiz al-Qur’an. Sejak awal kesejarahan Islam, hafiz al-Qur’an memegang peranan penting, terutama dalam menjaga ayat-ayat al-Qur’an supaya tidak hilang dikarenakan belum adanya tradisi tulis-menulis.
Para ulama telah sepakat bahwa menghafal al-Qur’an dihukumi wajib atas ummat, dalam arti bahwa harus selalu dijaga kesinambungannya (mutawatir) dan jangan sampai ada penyimpangan ataupun perubahan yang masuk. Dalam kitab Burhan fi ‘Ulum al-Qur’an disebut bahwa bila suatu kaum telah melaksanakan ini (ada yang menghafal Qur’an), jatuhlah kewajiban sebagian yang lain. Bila tidak, maka semuanya akan menanggung dosa.
Tidak mudah memang untuk menghafal keseluruhan isi kitab suci al-Qur’an dengan cakupan berbagai tema yang cukup tebal secara detil dan presisi. Kendala perbedaan bahasa juga menjadi perhatian karena al-Qur’an yang berbahasa Arab lebih sulit dipahami umat Muslim dari daerah-daerah non-Arab. Hal ini didukung oleh fakta bahwa lebih dari 85 % umat Muslim di dunia bukanlah mereka dari bangsa Arab sebagaimana dikutip dari Pew Research: Religion and Public Life.
Banyak orang yang bercita-bercita menjadi penghafal atau hafiz al-Qur’an. Selain jaminan akan ditempatkan di Surga dan jenazahnya dalam kubur dijamin utuh kelak, menghafal Qur’an masih menjadi sebuah prestise bagi banyak kalangan Muslim. Hal ini didukung dengan semakin menjamurnya pesantren tahfiz al-Qur’an, semaraknya kompetisi MTQ baik tingkat nasional maupun internasional, perhatian dari media semisal acara hafiz Qur’an di televisi, hingga beragam beasiswa tahfiz dalam berbagai bidang yang ditawarkan.
Yang sering menjadi pertanyaan dalam benak kita adalah apakah menghafal al-Qur’an memang mudah? Kemudian, apakah memang mungkin seorang manusia mampu menjaga hafalannya seumur hidup mereka tanpa ada kesalahan?. Jawaban pertanyaan ini adalah subyektif, bergantung dari pengalaman masing-masing orang yang sudah mencoba menghafal al-Qur’an.
Jika merujuk pada al-Qur’an, disana terdapat ayat
وَلَقَدْ يَسَّرْنَا الْقُرْآنَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِنْ مُدَّكِرٍ
“dan sesungguhnya telah kami mudahkan al-Qur’an untuk pelajaran (dihafalkan), maka adakah orang yang mengambil pelajaran (menghafalkannya)?” dalam surat al-Qamar yang diulang sebanyak empat kali (ayat ke 17, 22, 32, dan 40). Banyak yang beranggapan bahwa pengulangan ayat ini mengindikasikan bahwa al-Qur’an memang benar-benar mudah untuk dihafalkan atas izin Allah.
Dari sisi kapasitas manusia sendiri, otak manusia memiliki kapasitas memori penyimpanan hingga 2,5 petabytes informasi atau setara dengan durasi 3 milyar jam video-video youtube. Jika dibandingkan dengan isi al-Qur’an yang keseluruhannya tidak mencapai 24 jam ketika dibacakan, tentu menghafal al-Qur’an hanya menyita sedikit saja dari kapasitas memori manusia. Dengan kata lain, secara teoretis seorang manusia masih mampu mempelajari serta menghafal berbagai teori serta disiplin keilmuan yang lain meskipun telah memiliki ingatan akan al-Qur’an.
Harus diakui bahwa proses menghafal al-Qur’an tidak bisa dibilang mudah. Dibutuhkan kegigihan dan kemauan yang keras karena pada umumnya proses ini memerlukan waktu yang tidak sebentar.
Secara matematis, al-Qur’an yang terdiri dari 6236 ayat akan tuntas dihafalkan dalam 4 tahun 4 bulan 24 hari dengan asumsi per hari mampu menghafal 4 ayat. Jika mampu menghafal 5 ayat per hari, hafalan akan selesai dalam 3 tahun 6 bulan dan 7 hari. Begitupun seterusnya akan menjadi lebih cepat jika mampu menghafal lebih dari 5 ayat per hari.
Akan tetapi, realita yang terjadi di lapangan tidak semudah hitungan matematis. Faktanya, ayat al-Qur’an memiliki variasi yang berbeda, sebagian ada yang sangat panjang dan ada yang pendek sehingga akan sulit untuk berpatokan pada jumlah ayat yang mampu dihafal per hari.
Di sebagian besar pesantren berbasis al-Qur’an di Indonesia, proses menghafal menggunakan al-Qur’an standar khusus (umunya terbitan Menara Kudus) yang membagi setiap juz ke dalam 20 halaman dan terdiri dari 4 bagian yang disebut hizb. Setiap hizb mewakili 5 halaman dan setiap halaman memiliki 15 baris. Bentuk al-Qur’an versi ini nyatanya lebih memudahkan para santri untuk membagi hafalan mereka beserta target untuk menyelesaikannya.
Keberhasilan dalam menyelesaikan hafalan al-Qur’an sangat bergantung pada usaha keras masing-masing individu. Orang-orang yang sudah terjun dalam dunia menghafal al-Qur’an pasti tahu jika dalam proses ini mereka akan mendapatkan beragam ujian yang datang. Maka, faktor yang paling penting dalam menghafal al-Qur’an adalah kemantapan hati, akhlak yang baik, komitmen, tekun, dan tidak mudah menyerah.
Adapun tahapan yang lebih sulit dan krusial dari menghafal Qur’an adalah menjaga al-Qur’an yang sudah dihafal. Ketika sudah selesai dengan hafalannya, para hafiz al-Qur’an akan disibukkan dengan berbagai urusan semisal berkeluarga, bekerja, melanjutkan studi, dan lain sebagainya yang menyita sebagian besar waktu mereka. Urusan itu akan menjadi sebuah masalah ketika tidak ada alokasi waktu yang cukup untuk membaca al-Qur’an setiap harinya karena hal ini berpotensi menjadi sebuah kebiasaan buruk.
Sikap istiqamah sangat penting dalam menjaga hafalan al-Qur’an karena meskipun manusia memiliki kapasitas memori yang cukup, suatu ingatan yang sudah masuk dalam long-term memori sangat mungkin dapat hilang. Riset menunjukkan bahwa ketika ada informasi baru yang masuk, ingatan dalam long-term memori akan hilang. Satu-satunya cara untuk menjaga ingatan tersebut adalah dengan melakukan repetisi atau pengulangan yang konsisten.
Pada intinya, benar bahwa Allah telah menurunkan kitab suci al-Qur’an ini sebagai kitab yang mudah untuk dihafal berdasar pada banyaknya orang di seluruh dunia yang mampu menghafalkannya. Ditambah lagi, susunan al-Qur’an yang tidak mengalami perubahan dari masa ke masa, serta pembagian juz, surat, dan ayat yang tidak monoton membuat kitab ini sangat memungkinkan untuk dihafal.
Semoga setiap dari kita adalah orang yang selalu belajar tentang keilmuan al-Qur’an dan mampu mengajarkan al-Qur’an. Syukur bisa menjadi seorang hafiz al-Qur’an. Amiin ya rabbal alamiin.
Wallahu A’lam.