Dalam salah satu ceramahnya Rizieq Shihab mengungkapkan soal Pancasila, yang banyak beredar di Youtube. Salah satu petikan ceramahnya adalah:
“Inilah yang disebut Piagam Jakarta. Kira-kira jelas nggak. Ini Pancasila yang asli. Ini Pancasila yang orisinil. Ini Pancasila yang otentik. Ini Pancasila yang disepakati pendiri bangsa kita … semua sepakat, semua tanda tangan, Piagam Jakarta sebagai dasar Negara…. Kalau gitu Pancasila Soekarno dan Pancasila dalam Piagam Jakarta sama atau tidak? Sudah beda. Pancasila Soekarno Ketuhanan ada di pantat, sedangkan Pancasila Piagam Jakarta Ketuhanan ada di kepala … Kalau gitu saya mau tanya, kalau saudara punya kesepakatan. Alhamdulillah itu yang kedua (dikutip dari muslimmedianews, 16 Mei 2014; dan video youtube, 9 Juni 2014 yang diunggap oleh Sudjancuk).
Kerancuan pertama, menganggap bahwa yang paling orisinil, asli, dan otentik, adalah Piagam Jakarta, tanpa dijelaskan bahwa Piagam Jakarta adalah masih proses, yang pada akhirnya pendiri bangsa Indonesia, menyepakati Pancasila dalam sidang PPKI, menjadi Ketuhanan Yang Maha Esa di sila pertama, bukan Ketuhanan (saja) dan bukan Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya. Dan, rumusan Ketuhanan yang Maha Esa, seperti disebut dalam transkrip yang dikutip Andree Feillard di dalam buku NU vis a vis Negara dengan mengutip transkrip penuturan dari KH. Masjkur adalah, dari KH. Abdul Wahid Hasyim.
Kerancuan kedua, menganggap bahwa proses kesepakatan dengan menyebut “kalau saudara punya kesepakatan, alhamadulillah itu yang kedua,” yaitu maksudnya Piagam Jakarta. Ini juga ke rancuan fatal yang ditularkan ke publik, karena Piagam Jakarta belum serbagai kesapakatan yang selesai dan final. Yang final dan disepakati , termasuk oleh umat Islam adalah, yang menjadi kesepakatan PPKI, yaitu, sila pertama adalah Ketuhanan yang Maha Esa.
Yang ketiga, penyebutan bahwa Pancasilayang diusulkan proklamator Soekarno ada di pantat, adalah kerancuan berikutnya. Proklamator kita, Soekarno tidak pernah menyebut Ketuhanan ada di pantat. Para pendiri bangsa lain juga tidak ada yang menyebut Ketuhanan di dalam rumusan Soekarno ada di pantat.Tidak ada dalam buku-buku sejarah, buku-buku kitab, bahwa urutan Pancasila itu disebut kepala, lalu sampai pantat.
Rumusan yang dipakai adalah angka 1,2,3,4,5, dan tidak ada penggunaan istilah kepala, sampai pantat. Ini adalah murni buatan Rizieq Shihab yang diada-adakan , dan tidak layak ditularkan kepada umat Islam. Keheranan saya, bisa-bisanya dia menemukan dan punya ide istilah pantat untuk Ketuhanan yang diusulkan proklamator kita, Soekarno. Suka sekali dia menggunakan kata pantat untuk itu.