“Pertandingan ini untuk keluarga saya di Palestina, mereka bertarung dalam pertarungan yang sesungguhnya. Insha Allah kemenangan ini memberikan senyum pada wajah mereka.”
Kalimat di atas adalah cuplikan dari orasi Belal Muhammad setelah menumbangkan juara bertahan Ultimate Fighting Championship (UFC), kelas welterweight asal Inggris, Leon Edwards dalam pertandingan Sabtu, 27 Juli 2024.
Kemenangan itu mencatatkan namanya dalam sejarah sebagai petarung bela diri campuran (MMA) pertama asal Palestina yang sukses merebut gelar juara UFC.
Sang “Remember The Name”, julukannya, juga dengan bangga mengibarkan bendera Palestina saat mempromosikan pertandingan Sabtu sambil mengkritik perang Israel di Gaza. Pemain berusia 36 tahun ini memang orang Palestina walau lahir di Chicago, 9 Juli 1988. Kedua orang tuanya adalah imigran Palestina.
Saat itu, Belal menunjukkan kepada octagon bahwa di belahan bumi sana, kaumnya sedang terjajah dan membutuhkan dukungan internasional. Di sisi lain, UFC bukan ajang kaleng-kaleng. Panggung gelud yang saat ini dipimpin oleh Dana White itu merupakan corong raksasa untuk menyuarakan perjuangan-perjuangan yang direpresentasikan oleh petarung-petarungnya.
Belal bukan yang pertama. Khamzat Chimaev, salah satu bintang UFC, juga pernah bersuara perihal pembakaran Al-Qur’an oleh rasmus paludan pada 2023 lalu. Reputasi megah Khamzat membuat suaranya didengar oleh seluruh penikmat UFC di seluruh dunia.
Di olah raga lain, Olimpiade Paris 2024 menjadi locus bagaimana perjuangan Palestina disuarakan dengan cara elegan. Terlepas dari berbagai kontroversi pelaksanaan venue olah raga terbesar di bumi itu, kesadaran akan kolonialisme di Palestina masih menemukan tempatnya.
Aktivisme ini terlihat ketika Pemain Israel dicemooh penonton saat menyanyikan lagu kebangsaan Israel dalam pertandingan cabang olahraga sepak bola Olimpiade Paris 2024 melawan Mali.
Sebagai catatan, Mali merupakan negara bekas jajahan Perancis. Mali telah memutus hubungan diplomatik mereka dengan Israel. Pemicunya adalah serbuan Israel di Jalur Gaza. Dalam beberapa tahun terakhir Israel berusaha membuka hubungan diplomatik dengan negara-negara Muslim Sub-Sahara Afrika, termasuk jiran Mali, yakni Guinea, Chad, dan Sudan.
Sebelum kick off pertandingan Grup D di Stadion Parc des Princes, Paris pada Rabu (24/7) malam, sekitar 25.000 penonton berdengung saat dikumandangkan lagu kebangsaan Israel sampai-sampai lagu kebangsaan itu nyaris tak terdengar sama sekali. Elegan sekali bukan?
Ketegangan akibat kehadiran atlet Israel kembali terlihat saat defile kontingen peserta Olimpiade di Sungai Seine, Sabtu (27/7/2024). Kontingen Israel diteriaki dan dicemooh saat melintas dalam upacara pembukaan Olimpiade Paris tersebut.
Baik MMA dan sepak bola adalah salah bentuk budaya populer dalam wacana olah raga. Seperti namanya, pop culture atau budaya populer adalah sebuah produk budaya yang diminati oleh banyak orang (Storey, 2012).
Karena itu, ia cenderung berkaitan dengan hal-hal yang digandrungi khalayak, yang dalam bahasa lain disebut tren. Seperti tren hiburan yang digemari, tren pola hidup, tren genre musik, tren genre film, dan tren olah raga.
Pergerakan budaya populer sangat dinamis. Akselerasi digital terus membuatnya tumbuh dan bergerak. Namanya juga budaya populer, ia mengandaikan keterikatan massal terhadap satu ketertarikan yang sama. Karena itu, budaya populer sangat sering digunakan sebagai kendaraan untuk menyuarakan pesan-pesan politik dan kemanusiaan.
Budaya populer dengan demikian memainkan peran kunci dalam membentuk citra sosial, mempengaruhi gaya hidup, dan menghasilkan narasi bersama melintasi batas geografis dan budaya.
Memang tidak bisa dibantah bahwa produk budaya populer seperti film dan musik tidak selalu memiliki dampak positif. Mereka juga dapat memperkuat stereotip, mempromosikan perilaku negatif, atau menggambarkan realitas yang distorsi.
Tetapi 25.000 ribu pendukung Mali yang berteriak “Free Palestine!” juga dapat membentuk persepsi publik secara masif bahwa ada kejahatan kemanusiaan yang harus diakhiri. Pun kemenangan Belal Muhammad juga sekaligus mengingatkan bahwa nilai-nilai perjuangan Palestina juga hidup di dalam octagon.
Penggemar budaya populer akan mengidentifikasi dirinya dengan suatu budaya yang digemari dengan cara-cara tertentu pula. Mereka akan membentuk kelompok secara kolektif agar dianggap bagian dari budaya tersebut. Agensi-agensi yang terlibat dalam pembentukan budaya populer seperti fans Mali dan Belal Muhammad sangat berpengaruh memberikan nilai-nilai sehingga mengkristal menjadi satu identitas tertentu.
Memang budaya populer sangat lekat komoditas. Tetapi ketika identitas itu menguat, komoditas tidak lagi didasarkan pada kegunaannya melainkan apa yang dimaknai oleh masyarakat itu sendiri.
Dalam pengertian ini, sepak bola misalnya bukan lagi dikonsumsi sebagai hiburan dan olah raga, tetapi lebih kepada aktivisme untuk membentuk persepsi publik tentang nilai-nilai yang dianggap penting diperjuangkan.
Contoh lainnya adalah Yazan Al Bawwab, perenang berusia 24 tahun keturunan Palestina yang lahir di Arab Saudi dan tinggal di Dubai. Ia mengaku tidak mengharapkan pengakuan atas prestasinya di kolam renang. Dia menggunakan renang, katanya, sebagai “instrumen” untuk meneruskan pesan perjuangan Palestina di Olimpiade Paris 2024.
Persetan dengan medali. Yang ada di benak Yazan adalah bahwa pesan-pesan yang dibawanya dapat tersiarkan secara efektif dan masif di event besar seperti olimpiade.
Aktivisme Belal Muhammad, fans Mali, dan Yazan Al Bawwab mungkin akan bernegosiasi dengan konsumen budaya populer yang lain. Tetapi investasi kesadaran akan perjuangan Palestina di setiap segmentasi budaya populer sudah sangat patut disyukuri.
Didier Drogba saja pernah menghentikan perang saudara di Pantai Gading yang sudah berkecamuk bertahun-tahun. Bukan tidak mungkin lampu hijau kemerdekaan Palestina muncul dari sela tribun stadiun dan jaring-jaring octagon.