“Perempuan yang memulai dan melawan adalah mercusuar, mereka adalah pengingat bahwa perubahan sejati dimulai dari keberanian untuk berkata, ‘Aku tidak diciptakan hanya untuk mengekor dan membungkuk-bungkuk pada ketidakadilan, ketakutan, atau aturan yang memasung kebebasanku,” ungkap personel Band Metal VoB, Firda Marsya Kurnia sebagaimana dikutip dari akun Instagramnya @marsyavob pada Jumat (6/12/2024).
Saat membaca tulisan ini, terus terang pikiran saya berlarian mengingat tokoh-tokoh perempuan di dalam karya Pramoedya Ananta Toer, misalnya Ang San Mei, Nyai Ontosoroh, Annelies Mellema, Midah, Larasati, hingga ndoro ayu Gadis Pantai atau beberapa tokoh dalam karya-karyanya Okky Madasari.
Semua tokoh tadi, memiliki semangat pembebasan, perempuan melawan ketidakadilan, menerabas sekat-sekat pembedaan.
Ungkapan Marsya di atas agaknya bergema di tiang-tiang langit dan deretan malaikat dibuatnya terheran-heran barangkali.
Perempuan kelahiran Garut tersebut, masuk dalam daftar 100 wanita Inspiratif dan Berpengaruh di Seluruh Dunia 2024 versi BBC. Marsya menjadi satu-satunya perempuan Indonesia yang masuk dalam daftar tersebut.
Tentu saja ini angin segar yang membanggakan, pasalnya sebuah pengakuan yang tidak hanya prestasinya dalam kancah musik internasional, tetapi juga keberaniannya melawan stereotip sosial negatif, khususnya terhadap perempuan.
Baca juga: Begini Rasanya Jadi Perempuan yang Lahir di Lingkungan Patriarkis
Begini, keberanian Marsya dan personil Band Metal Voice of Baceprot lainnya itu patut diberi penghargaan sampai sundul langit, lah bagaimana tidak?
Ia terang-terangan melawan stereotip negatif terhadap perempuan yang sudah mengendap lama di benak pikiran masyarakat. Apa rupanya, yakni Band Metal personilnya perempuan dan berkerudung pula.
Dalam benak pikiran masyarakat, musik metal itu identik dengan laki-laki, genrenya keras, nyanyinya teriak-teriak, penampilannya serba hitam, dan terkesan sedikit arogan.
Loh lalu ini ada perempuan, berkerudung dan berprofesi sebagai musisi, genrenya metal. Ini jelas-jelas menentang anggapan umum masyarakat seperti di atas. Nah, VoB hadir di sana, ia melawan anggapan negatif tersebut, musik tidak boleh disekat oleh gender, perempuan sah saja memilih genre metal.
VoB bukan semata musik band Metal, tetapi ia menjelma menjadi simbol perlawanan perempuan muda terhadap pandangan patriarki.
VoB adalah mercusuar dan garda terdepan perlawan melawan ketidakadilan sosial, VoB membuktikan bahwa perempuan dapat bersuara lantang di arena yang di dominasi laki-laki. Saya rasa, untuk sampai di titik sekarang, Marsya dkk sudah kenyang dengan kritik-kritik pedas, direndahkan sampai-sampai dibilang melawan norma agama.
Dari Nyai Ontosoroh Hingga VoB
Nyai Ontosoroh adalah tokoh pribumi yang digambarkan Pram adalah perempuan-perempuan tangguh, perempuan kuat melawan derasnya arus ketidakadilan sosial. melawan ketidakadilan sosial, Nyai Ontosoroh belajar agar dia tidak dibodohi, dia berjuang agar bisa setara dengan laki-laki non pribumi. Atau Gadis Pantai, perempuan yang berjuang melawan norma-norma tradisional yang merugikan perempuan, dia gundik dan dianggap barang dan lalu dibuang. Gadis Pantai tidak ada daya melawan Bendoro, ia kalah setelah panjang melakukan perlawanan.
Bisa pula, selayaknya Midah anak seorang agamawan yang miskin nilai kemanusiaan, Midah hebat, ia kuat melawan ganasnya Jakarta.
Marsya dan VoB tentunya serta tokoh-tokoh tersebut meski dengan latar belakang yang berbeda semuanya memiliki kesamaan dalam hal keberanian dan tekad. Semuanya berjuang untuk merebut ruang di dunia yang kerap menempatkan perempuan sebagai warga kelas dua. Semuanya menjadi inspirasi perlawanan dan keberanian bagi-bagi perempuan-perempuan di luar sana untuk melawan batasan sosial.
Baca juga : Isu Kepempinan Perempuan dalam Politik Kini Dinilai Lebih Mundur, Sejarah Islam Lebih Kaya
Perempuan Indonesia kini memiliki lebih banyak alasan untuk percaya pada diri mereka sendiri. Inspirasi dari Marsya dan Ontosoroh dkk adalah bukti bahwa keberanian, meskipun dihadapkan pada tantangan besar, selalu menemukan jalannya menuju kemenangan.
Jika begini, benar kata Pramoedya Ananta Toer “Dalam hidup, cuma satu yang kita punya yaitu keberanian. Kalau tidak punya itu, apa harga hidup kita ini? atau ini “Kalian pemuda, kalau kalian tidak punya keberanian sama saja dengan ternak karena fungsinya hanya beternak diri,”.