Begini Rasanya Jadi Perempuan yang Lahir di Lingkungan Patriarkis

Begini Rasanya Jadi Perempuan yang Lahir di Lingkungan Patriarkis

Segalanya milik Allah, kecuali kamu memang lahir dari keluarga Patriarkis

Begini Rasanya Jadi Perempuan yang Lahir di Lingkungan Patriarkis

Bagaimana rasanya hidup di lingkungan patriarki? Kamu pernah merasakannya? Mungkin bagi kamu  laki-laki jarang merasakan ketidaknyamanan ini, namun bagi perempuan sebagian besar mereka merasakan ketidaknyamanan itu.  Lingkungan yang paling dekat dengan kita apasih? Ya keluarga, kita hidup dari kecil sampai besar dikeluarga. Mau tidak mau kehidupan kita dipengaruhi dengan nilai-nilai yang dianut keluarga.

Lalu apakah ada keluarga yang patriarkis? Ada dong, keluarga adalah kelompok yang paling berpengaruh dalam penerapan dan penyebaran sifat patriarkis. Kamu perempuan dan lahir di lingkungan patriarkis?  Perasaan ini kurang bisa dipahami oleh orang yang lahir dalam lingkungan adil dan demokratis. Namun, jika kamu hidup dalam lingkungan yang patriarkis, ada beberapa hal yang bakal kamu rasakan.

Hal pertama yang akan kamu rasakan adalah pembatasan. Kamu dibatasi dalam menentukan pilihan. Ketika kamu berada di sekolah dan ingin mengikuti ekstrakulikuler, kamu akan ditentukan tentang kegiatan apa saja yang cocok untuk perempuan. Hal yang paling kecil adalah jika kamu ingin ikut pencak silat pun akan dilarang. Karena itu tidak sesuai dengan kodrat perempuan, katanya.  Contoh lainnya, kamu ingin ikut robotik juga dilarang karena teknik bukan tugas perempuan.

Padahal kegiatan tidak mempunyai jenis kelamin, seharusnya pencak silat maupun robotik bisa diikuti laki-laki dan perempuan. Inilah contoh kamu tidak mempunyai kemampuan untuk memilih dan memberi keputusan atas dirimu sendiri.

Selanjutnya dilarang bertemu dengan teman-temanmu di jam-jam tertentu. Bahkan, kamu sudah menjelaskan jika akan melakukan diskusi maupun belajar kelompok, tetap tidak diperbolehkan keluar rumah dalam waktu lama karena kamu perempuan. Selepas maghrib tidak diperbolehkan keluar rumah dengan alasan apapun itu, padahal daerah kamu cukup aman untuk melakukan kegiatan pada malam hari, alasanya karena kamu perempuan.

Tidak boleh menuntut ilmu/ sekolah/ pelatihan di luar kota yang notabanenya terlalu jauh dari rumah. Alasanya karena kamu perempuan. Ini contoh pembatasan akses, sedangkan saudaramu yang laki-laki bebas untuk melakukan apapun yang dia inginkan, ya karena dia laki-laki. Tidak jarang perempuan untuk menikah pun tidak mempunyai kuasa untuk memilih calon pasangannya, pasangan telah ditentukan oleh keluarga.

Tidak masalah jika calon pasangan adalah laki-laki yang baik dan pernikahan sakinah mawaddah warahmah. Tetapi, tidak menutup kemungkinan banyak kasus perceraian berawal dari pernikahan dengan model seperti ini. Pihak yang paling dirugikan adalah perempuan. Hal ini biasanya disebabkan sistem balas budi, patuhnya perempuan terhadap keputusan dianggap sebagai bayaran jasa selama dia diasuh dalam keluarga tersebut. Hmm… Padahal Al-Quran menyebutkan jika anak itu adalah amanah, anak bukan milik ibu atau bapaknya tapi anak adalah milik Allah, semua yang ada di dunia ini milik Allah.

Bagai makan buah simalakama, jika tidak menurut dianggap sebagai anak durhaka. Siapa pula yang mau jadi anak durhaka? Ancaman siksanya tidak tanggung-tanggung, dan dari situlah perempuan patuh. Lagi-lagi perempuan tidak mempunyai daya untuk memberikan keputusan atas dirinya sendiri. Kamu merasakannya? Yaa gimana lagi, patriarki emang masih kuat di Indonesia. Beruntunglah kamu yang lahir dalam lingkungan adil dan setara.

Lahir dalam lingkungan patriarkis jelas berbeda dengan lahir dalam lingkungan adil setara, tapi itu bukan halangan. Belajar nilai-nilai keadilan dan prinsip kerjasama (kesalingan) antara laki-laki dan perempuan akan meyadarkan kita bahwa masa depan keluarga setara itu ada. Perbanyak belajar dan menganalisa lingkungan sekitar. Sehingga kita bisa belajar bagaimana konsep kesalingan dan kerjasama antara laki-laki dan perempuan untuk mencapai keseimbangan itu? Sehingga nanti kita akan mewujdukan keluarga yang adil dan setara.

Keluarga adil dan setara akan memunculkan anak-anak yang mempunyai prespektif sama, sehingga mereka akan janggal ketika melihat ketidakadilan diluar, mereka merasa tidak nyaman dan mengerti jika itu salah. Sehingga dia bisa mempengaruhi lingkungan sekitar untuk berperilaku adil sejak dalam pikiran. Jika kamu ada di posisi itu, jangan putus harapan ya.. karena Allah tidak membedakan hamba berdasarkan jenis kelamin, gak peduli mau laki-laki ataupun perempuan kalau salah ya dosa, kalau iman dan taqwa nya bagus ya derajatnya lebih tinggi.