Perkembangan zaman yang begitu pesat semakin memanjakan dan memudahkan kehidupan manusia. Semakin berkembangnya zaman, semakin bagus juga ilmu pengetahuan. Sayangnya semakin bagus ilmu pengetahuan tidak sejalan dengan moral atau akhlak manusia.
Maka tak heran dan bukan rahasia umum lagi jika banyak orang-orang berilmu tetapi lupa akan etika sebagai manusia. Malahan, tidak sedikit orang sukses yang merantau tapi lupa akan kampung halaman terkhusus orang tuanya. Mereka beranggapan bahwa kesuksesan yang ia peroleh berasal dari jerih payahnya sendiri.
Mereka tidak sadar, bahwa di malam ketika ia tertidur lelap, ada doa orang tua yang terus menembus langit, berdoa untuk kesuksesan anaknya. Ia tidak sadar, bahwa dalam perjalanan kesuksesannya banyak batu-batu kerikil yang orang tua singkirkan supaya dapat berjalan dengan lancar.
Nampaknya perlu sekali anak-anak muda melihat, meneladani dan mencontoh kisah Uwais al-Qarni seorang pemuda yang sangat berbakti kepada orang tua. Seorang pemuda berasal dari Yaman. Walaupun Uwais al-Qarni terkena penyakit, tetapi tidak menghalangi untuk berbakti kepada Ibunya. Uwais selalu merawat dan memenuhi semua permintaan Ibunya yang sudah lumpuh.
Ceritanya, suatu hari Ibunya sangat ingin pergi haji. Uwais bingung karena ia sadar tidak memiliki kendaraan dan tidak mempunyai bekal untuk pergi ke Mekkah. Akhirnya dia memutuskan untuk membeli anak lembu dan menggendongnya setiap hari naik turun bukit sampai orang-orang yang melihatnya mengatakan bahwa “Uwais gila”.
Ketika sampai pada musim haji, ternyata ia latihan untuk menggendong Ibunya. Uwais menggendong Ibunya berjalan kaki dari Yaman ke Mekkah. Ia rela menempuh perjalanan yang jauh dan sulit hanya untuk memenuhi keinginan Ibunya. Dari ketulusan Uwais terhadap Ibunya, Allah SWT pun akhirnya memberikan karunia berupa disembuhkan dari penyakitnya.
Rasulullah SAW pun pernah berpesan terhadap Umar bin Khattab dan Ali bin Abi Thalib untuk mencari Uwais al-Qarni dan meminta doa karena doanya sangat makbul. Atas ketulusannya berbakti kepada Ibunya, Uwais bisa sampai derajat yang sangat mulia sampai Rasulullah SAW menyebutnya sang penghuni langit.
Keteladanan dari kisah Uwais al-Qarni sudah menjadi bukti bahwa kita sudah sepatutnya untuk berbakti kepada orang tua. Sekarang ini, tidak sedikit dari kita yang terlalu acuh terhadap orang tua. Apalagi untuk masalah masa depan, kita seakan-akan punya ambisi sendiri untuk menentukan masa depan. Terlalu banyak anak yang meminta hak tapi lupa akan kewajibannya. Yang lebih buruk lagi ada yang sampai menipu orang tua.
Dari sini membuktikan bahwa pendidikan karakter masih sangat minim, tak hanya ilmu pengetahuan tetapi yang lebih penting akhlak moral juga perlu di jadikan prinsip dalam menjalani kehidupan.
Perlu adanya dukungan dari berbagai pihak supaya pendidikan karakter dapat di perhatikan dan diterapkan. Salah satu lembaga pendidikan yang memperhatikan pendidikan karakter sepenuhnya yaitu di pondok pesantren. Adat tradisi di pesantren mengajarkan budaya ta’dzim terhadap guru dan mendoakan kepada orang tua.