Kisah Perempuan-perempuan yang Mengetuk Pintu Langit

Kisah Perempuan-perempuan yang Mengetuk Pintu Langit

Ini cerita tentang perempuan dalam Al-Qur’an, mereka sosok-sosok yang mampu menggetarkan pintu langit dan menjadikan dunia keberkahan melimpah

Kisah Perempuan-perempuan yang Mengetuk Pintu Langit
Ilustrasi: Arab Women is a painting by Aeich Thimer

Ini cerita perempuan dalam Al-Qur’an.  Kitab suci bagi kita ini telah mengisahkan sekian banyak perempuan-perempuan hebat dalam sejarah kehidupan. Ratu Balqis, seorang perempuan yang memimpin kerajaan Saba’ yang menjadi negara yang tentram, makmur, dan teratur. Kisah dua anak Nabi Syua’ib yang bekerja keras membantu ayahnya yang sudah tua untuk memenuhi kehidupan keluarga sehari-hari.

Kisah Maryam, perempuan mulia yang mendapatkan wahyu dari Allah dan dikaruniai putra bernama Isa dalam keadaan suci. Kisah Siti Hajar, perempuan yang perjuangannya dalam mencari air untuk putranya Ismail menjadi bagian dari ritual peribadatan haji, dan kisah-kisah lainnya. Nmaun demikian, di antara kisa-kisah perempuan tersebut, terdapat kisah seorang perempuan pengetuk pintu langit yang keluhan dan protesnya direspon oleh Allah secara langsung melalui firman-Nya. Siapakah dia?

Adalah Khaulah binti Tsa’labah bin Malik Al-Khazrajiyyah, istri dari Aus bin Shamit, seorang perempuan yang kisahnya menjadi sebab turunnya Al-Qur’an surah Al-Mujadilah ayat 1-4.

Dikisahkan dalam Marah Labid atau dikenal dengan Tafsir Munir karya Syekh Nawawi Al-Bantani, pada saat Khaulah sedang sujud dalam gerakan shalat, Aus bin Shamit yang tidak lain adalah suaminya melihat keindahan tubuh Khaulah, tepatnya di bagian pinggulnya.

Pemandangan tersebut rupanya menumbuhkan keinginan yang besar dan kuat dari Aus untuk menggauli Khaulah seketika itu juga. Sebab itu, slesainya Khaulah dari shalat, Aus mendekati Khaulah dan memintanya untuk melayaninya.

baca juga: Cerita Ksatria perempuan bernama Khaulah binti Azur dan perempuan dalam Al-Qur’an

Akan tetapi ajakan tersebut diabaikan oleh Khaulah dan seperti orang yang keranjingan, Aus pun marah besar kepada Khaulah dan berkata “jika kamu keluar dari rumah sebelum aku menggaulimu, maka kamu bagiku seperti punggung ibuku”. Setelah kejadian tersebut, Aus bin Shamit merasa menyesal dengan apa yang telah diucapkannya karena kalimat “anti ‘alayya kadzahri ummi” (engkau bagiku seperti punggung unta) merupakan perkataan yang dalam budaya masa Jahiliah berarti talak.

Atas kejadian tersebut, Khaulah kemudian mendatangi Nabi dan menceritakan seluruh kisahnya kepada Nabi. Mendengar cerita Khaulah, Nabi berkata kepada Khaulah bahwa Aus telah haram baginya (hurrimat ‘alaih). Mendengar perkataan Nabi, Khaulah pun kemudian bernegoisasi dengan Nabi Muhammad agar ia dan Aus bisa kembali namun Nabi tetap memberikan jawaban yang sama, bahwa Aus telah diharamkan baginya. Mendengar keputusan Nabi, Khaulah pun terus berdiplomasi dengan Nabi seraya mengangkat kepalanya ke langit dan berdoa;

 

اللهم إني أشكو إليك، فأنزل على لسان نبيك فرجي……

“Ya Allah sesungguhnya aku mengadu kepada-Mu, maka turunkanlah melalui lisan nabi-Mu (untuk melapangkan) kesukaranku…”

Aduan itupun dijawab dan diijabah langsung oleh Allah dengan menurunkan QS. Al-mujadilah ayat 1-4 yang berbunyi;

 

قَدْ سَمِعَ اللَّهُ قَوْلَ الَّتِي تُجَادِلُكَ فِي زَوْجِهَا وَتَشْتَكِي إِلَى اللَّهِ وَاللَّهُ يَسْمَعُ تَحَاوُرَكُمَا إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ بَصِيرٌ (1) الَّذِينَ يُظَاهِرُونَ مِنْكُمْ مِنْ نِسَائِهِمْ مَا هُنَّ أُمَّهَاتِهِمْ إِنْ أُمَّهَاتُهُمْ إِلَّا اللَّائِي وَلَدْنَهُمْ وَإِنَّهُمْ لَيَقُولُونَ مُنْكَرًا مِنَ الْقَوْلِ وَزُورًا وَإِنَّ اللَّهَ لَعَفُوٌّ غَفُورٌ (2) ……………..

Artinya; (1) Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan wanita yang mengajukan gugatan kepada kamu tentang suaminya, dan mengadukan (halnya) kepada Allah. Dan Allah mendengar soal jawab antara kamu berdua. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.(2) Orang-orang yang menzhihar isterinya di antara kamu, (menganggap isterinya sebagai ibunya, padahal) tiadalah isteri mereka itu ibu mereka. Ibu-ibu mereka tidak lain hanyalah wanita yang melahirkan mereka. Dan sesungguhnya mereka sungguh-sungguh mengucapkan suatu perkataan mungkar dan dusta. Dan sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun.

Ya, dialah Khaulah, perempuan yang “menggugat” Nabi untuk meminta keringanan atas apa yang menimpanya dan rumah tangganya. Ia mengadu kepada Allah, meminta dan merintih atas apa yang membuatnya menjadi terbebani. Dialah yang kisahnya, perempuan yang diabadikan dalam Al-Qur’an dan oleh para ulama’, penggalan kisahnya dijadikan sebagai nama surat yang ke-58 dalam Al-Quran, yaitu Al-Mujadalah atau Al-Mujadilah yang berarti Gugatan atau Orang yang menggugat.

Wallahu A’lam