Khaulah Binti Azur: Perempuan Ksatria yang Menjadi Pedang Allah

Khaulah Binti Azur: Perempuan Ksatria yang Menjadi Pedang Allah

Khaulah Binti Azur: Perempuan Ksatria yang Menjadi Pedang Allah

The Black Rider, julukan tersebut bukanlah julukan bagi tokoh superhero dalam film animasi ataupun kartun. Namun, julukan the black rider adalah sebuah julukan milik seorang pahlawan Islam. Jika diperhatikan, julukan tersebut sudah pasti dimiliki oleh seorang pria yang berani berjihad di jalan Allah. Tapi siapa sangka, julukan the black rider merupakan julukan dari seorang perempuan muslimah yang begitu berani berjihad di jalan Allah.

Khaulah binti Azur, dialah sang muslimah yang sangat pantas dijuluki sebagai the black rider. Saat itu, pasukan Khalid bin Walid tengah terdesak saat berperang melawan bangsa Romawi. Lalu Khaulah dengan gagah berani melawan pasukan Romawi yang tengah melawan pasukan muslim di bawah kepemimpinan Khalid bin Walid. Dengan tiba-tiba, Khaulah binti Azur memasuki arena pertempuran dengan mengenakan pakaian serba hitam sembari menunggangi kuda. Bagai singa yang kelaparan, Khaulah mengibaskan pedangnya dan menghunus musuh-musuh yang ada di hadapannya.

Panglima perang Khalid bin Walid beserta pasukannya pun tercengang melihat sang ksatria berbaju hitam yang begitu tangkas muncul secara tiba-tiba. Mereka terheran-heran siapakah ksatria yang tubuhnya tertutup rapat oleh pakaian serba hitam dengan hanya kedua matanya saja yang terlihat. Saat mengetahui bahwa ksatria tersebut adalah seorang wanita, semangat jihad dari pasukan Khalid bin Walid pun kembali berkobar untuk kembali berjuang melawan musuh.

Sejatinya, Khaulah binti Azur merupakan seorang petugas medis seperti kebanyakan muslimah lainnya. Saat itu ia bertugas mengobati para pasukan muslimin yang terluka dalam peperangan. Selain mengerjakan tugas medis, Khaulah binti Azur juga bertugas menyiapkan makanan, minuman dan peralatan tempur bagi pasukan perang. Namun ketika ia mengetahui bahwa kakak kandungnya yang bernama Dhirara bin Azur tertawan oleh musuh, ia pun seketika berusaha berjuang ke medan perang demi menyelamatkan kakaknya.

Sejak kecil, Dhirara bin Azur telah melatih Khaulah binti Azur untuk bermain pedang dan tombak serta ilmu perang lainnya. Tak hanya itu, Khaulah binti Azur juga gesit dan cekatan dalam menunggang kuda. Terlebih, keterampilan menunggang kuda tersebut juga didukung dengan postur tubuh Khaulah binti Azur yang tinggi dan tegap. Oleh karena itulah Khaulah binti Azur menjadi salah satu ksatria perang milik Islam yang tangguh dan hebat.

Lebih istimewa lagi, Khaulah binti Azur juga dijuluki sebagai “Pedang Allah”. Jika julukan “Pedang Allah” pada kaum laki-laki diberikan kepada Khalid bin Walid, maka julukan “Pedang Allah” kepada kaum wanita justru diberikan kepada Khaulah binti Azur. Pada saat wanita lain berada di rumah mengerjakan tugas-tugas domestik ataupun mengerjakan urusan-urusan lainnya yang bisa dibilang cukup mudah, Khaulah bin Azur justru memutuskan keluar dan bergabung dengan pasukan perang kaum muslimin.

Dalam kesempatan lainnya, Khaulah binti Azur juga sempat tertawan bersama beberapa muslimah dalam peperangan Sahura. Saat itu mereka sedang menjadi tim kesehatan dan logistik, namun sayangnya mereka tertangkap oleh tentara Romawi. Mereka pun dikurung dan dikawal secara ketat selama berhari-hari oleh pasukan musuh. Meskipun demikian, Khaulah bin Azur tak kehabisan akal dan memotivasi para muslimah untuk berjuang membebaskan diri.

Khaulah binti Azur kemudian menyusun strategi untuk lolos dari tawanan pasukan Romawi. Ia kemudian mengajak para muslimah memanfaatkan benda-benda di sekitar seperti tali kemah dan tiang-tiang untuk meloloskan diri. Dengan keyakinan bahwa Allah bersama mereka, akhirnya mereka pun berhasil kabur dari tawanan musuh. Bagi Khaulah, lebih baik mati syahid daripada dihinakan oleh kaum kafir.