Belajar Agama dan Lingkungan dari Kiai Ekologi Tantowi Jauhari

Belajar Agama dan Lingkungan dari Kiai Ekologi Tantowi Jauhari

Melalui perspektifnya yang unik, Kiai Tantowi Jauhari mengajak umatnya untuk merenungkan keterkaitan antara keyakinan agama dan tanggung jawab terhadap lingkungan.

Belajar Agama dan Lingkungan dari Kiai Ekologi Tantowi Jauhari
Screenshot

Kiai biasanya dikenal dengan keahlian dalam ilmu agama. Mereka fokus pada doktrin-doktrin, yaitu pandangan tentang berbagai aspek agama hingga pemikiran keagamaan. Namun, ciri-ciri kiai atau ulama tersebut nampaknya berbeda dengan yang ada pada diri ulama asal Garut, Jawa Barat ini. Dalam setiap kajiannya, ia selalu menyisipkan ilmu-ilmu dan informasi seputar lingkungan yang kini semakin mengkhawatirkan karena kebodohan dan kecerobohan manusia tak bertanggung jawab.

Melalui perspektifnya yang unik, ia mengajak umatnya untuk merenungkan keterkaitan antara keyakinan agama dan tanggung jawab terhadap lingkungan. Beliau tidak hanya memberikan pandangan agama yang kaya, tetapi juga mengingatkan akan pentingnya menjaga bumi sebagai amanah yang diberikan oleh Tuhan kepada umat manusia.

Kiai Tantowi mengungkapkan, saat ini alam sedang ‘aktif’, yang berujung pada bencana seperti yang akhir-akhir ini sedang terjadi seperti banjir, gempa bumi, tanah longsor, dan sebagainya. Alam ini marah karena perilaku manusia telah melebihi batas kewajaran. Ditambah perilaku seperti korupsi, illegal logging, dan perilaku buruk lainnya telah memicu kerusakan alam. Maka dari itu, dalam ajaran Islam, sudah sewajibnya manusia  untuk merawat alam dan menjauhi serta mencegah perbuatan yang dapat merusak alam.

“Tonton Video Profil Tantowi Jauhari di sini”

Kiai Tantowi bersama para ulama pun menggelar pertemuan untuk membahas isu lingkungan. Dari diskusi tersebut, mereka menyimpulkan pentingnya untuk menjaga dan melestarikan lingkungan dengan baik. Mereka sepakat bahwa tindakan yang merusak alam harus dilarang dengan tegas. Keputusan ini bukan hanya sebagai panduan bagi umat yang mengikuti mereka, tetapi juga menjadi dorongan bagi masyarakat umum untuk terlibat aktif dalam upaya menjaga kelestarian lingkungan demi kesejahteraan bersama.

Isu lingkungan memang jarang menjadi fokus ulama. Dalam berbagai diskusi dan kajiannya, ulama-ulama lebih sering membahas aspek-aspek seperti ibadah, teologi, dan kehidupan setelah kematian. Hanya ada sedikit ulama yang memberikan perhatian terhadap masalah ekologi. Sebagian dari mereka memiliki platform dan pengaruh yang signifikan dalam masyarakat, sehingga mereka memiliki potensi besar untuk memimpin perubahan menuju kesadaran lingkungan yang lebih besar.

Mengapa isu agama dan lingkungan penting?

Dengan melakukan pendekatan isu lingkungan dari perspektif agama, ulama dapat membantu untuk membentuk pemahaman baru tentang hubungan antara manusia dan alam, serta memotivasi umat mereka untuk bertindak secara proaktif dalam menjaga bumi kita sebagai warisan yang diberikan oleh Allah SWT.

Ketika bencana melanda, seringkali kita cenderung mencari jawaban dalam takdir Tuhan, sebagai cara untuk meredakan kegelisahan dan menemukan makna di balik penderitaan yang dialami. Namun, dalam keadaan seperti itu, kita jarang menyadari atau bahkan enggan mengakui bahwa tindakan manusia sendiri mungkin menjadi pemicu utama dari bencana tersebut.

Selain itu, sering kali kita terlalu bergantung pada alasan metafisika atau keyakinan agama untuk menjelaskan bencana alam, tanpa benar-benar mempertimbangkan dampak dari kegiatan manusia terhadap lingkungan. Inilah pentingnya untuk tidak hanya mencari jawaban di luar diri kita, tetapi juga untuk melihat dalam diri kita sendiri dan mengakui kesalahan terkait kerusakan lingkungan yang pernah kita lakukan.

Krisis Lingkungan Bukan Kebetulan

Krisis lingkungan merupakan cerminan dari cara manusia berinteraksi dengan alam semesta. Ketika kita menyaksikan bencana alam, kita tidak bisa hanya menyalahkan Tuhan atau sekedar kebetulan. Sebagai penghuni planet ini, kita memiliki tanggung jawab moral dan etika untuk menjaga keberlangsungan lingkungan tempat tinggal kita. Penebangan hutan yang tidak terkontrol, kerusakan lingkungan akibat limbah industri, eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan, semuanya merupakan kontribusi dari tindakan manusia yang seringkali kurang bijaksana.

Saat ini, pada gilirannya, kita menghadapi konsekuensi dari perilaku kita yang merusak. Bukan hanya dalam bentuk bencana alam seperti banjir, tanah longsor, kekeringan, atau badai yang semakin parah, tetapi juga dalam penurunan kualitas lingkungan secara keseluruhan. Lingkungan yang rusak membawa dampak langsung pada kehidupan kita saat ini, mulai dari kesehatan hingga ketidakpastian ekonomi akibat kerusakan sumber daya alam yang vital. Yang lebih mengkhawatirkan adalah warisan buruk yang kita tinggalkan bagi generasi mendatang. Jika kita tidak bertindak sekarang untuk memperbaiki kerusakan yang telah terjadi, anak cucu kita akan mewarisi planet yang semakin terpuruk. Mereka akan menghadapi tantangan yang lebih besar dalam mempertahankan kehidupan di bumi yang sudah terlalu lelah akibat eksploitasi manusia.

Beberapa persoalan di atas, melibatkan hampir semua agama dan tidak terbatas hanya pada Islam. Dalam konteks Islam, pemahaman teologi sebagian muslim cenderung memandang ibadah hanya sebagai urusan yang terjadi dalam ranah pribadi bukan publik. Pandangan teologis yang seperti itu sering kali hanya memperhatikan aspek-aspek yang berhubungan dengan kehidupan setelah mati, sementara kurang memberikan perhatian yang proporsional terhadap isu-isu dunia ini. Bahkan konsep pahala dan dosa yang difahami, lebih banyak berkaitan dengan moralitas individu bukan sosial.

Maka dari itu, penting untuk melakukan langkah aksi. Langkah yang harus diambil adalah menjelaskan kebijaksanaan abadi Islam mengenai tatanan dan struktur alam, serta membangun teologi yang didasarkan pada kesadaran dan kearifan ekologis. Hal ini membutuhkan informasi dan pengetahuan keagamaan terhadap prinsip-prinsip agama yang mencakup hubungan antara manusia dan alam, serta tanggung jawab manusia terhadap lingkungan. Dengan memperkuat pemahaman akan nilai-nilai ekologis dalam ajaran Islam, umat dapat merespons tantangan-tantangan lingkungan dengan cara yang sesuai dengan prinsip-prinsip moral dan spiritual Islam.

(AN)