Alkisah, di tengah kaum Nabi Shalih Alaihissalam terdapat orang jahil yang suka mengganggu dan menyakiti mereka. Sebagaimana dikisahkan oleh Salim Abul Jad yang termaktub dalam ‘Uyun al-Hikayat min Qashash ash-Shalihin wa Nawadir az-Zahidin karya Ibnul Jauzi.
Mereka yang selalu diganggu kemudian mengadu kepada Nabi Shalih As, namun Nabi Shalih As malah berkata, “Sudahlah, pergilah kalian, biar saya yang akan menangani orang itu.”
Orang jahil itu ternyata sehari-harinya pergi untuk mencari kayu bakar di hutan. Dan pada hari itu juga, dia pergi mencari kayu bakar sambil membawa bekal dua potong roti. Ternyata dua potong roti tersebut tidak ia makan sendiri, namun satu potong roti untuk diirinya, sedangkan satu potong lagi dia sedekahkan.
Orang itu pun mulai mencari dan mengumpulkan kayu bakar. Kemudian, dia pulang dengan selamat sambil membawa kayu bakar yang berhasil dia kumpulkan. Padahal tempatnya mencari kayu bakar penuh dengan binatang berbahaya dan mematikan, salah satunya adalah ular berbisa.
Melihat hal tersebut, orang-orang lantas pergi menemui Nabi Shalih As dan berkata, “Orang itu pulang membawa kayu bakar dengan selamat tanpa kekurangan suatu apapun.” Orang-orang pun heran dengan orang yang suka mengganggu tersebut, karena dia mampu selamat dari bahaya ketika sedang mencari kayu bakar.
Akhirnya, Nabi Shalih AS pun memanggil orang jahil itu. Dan bertanya kepadanya, “Apa yang engkau kerjakan hari ini?”
“Saya pergi mencari kayu bakar sambil membawa bekal dua potong roti. Satu potong saya sedekahkan di jalan, dan satu potong yang lain saya makan sendiri.” Jawabnya
Mendengar jawaban tersebut, Nabi Shalih AS kemudian menyuruhnya untuk melepaskan ikatan kayu bakar yang habis dicarinya. Dan setelah dilepas, ternyata di dalamnya terdapat seekor ular hitam melilit di salah satu batang kering. Anehnya, ular itu tidak sampai menggigit orang tersebut sama sekali.
Lalu Nabi Shalih As berkata kepadanya, “Berkat sedekahmu itu, engkau selamat dari malapetaka ular ini.”
Dari kisah ini, kita bisa mengambil pelajaran bahwa orang yang jahil saja ketika sedekah bisa diselamatkan oleh Allah SWT, apalagi orang-orang yang berbuat baik dan tidak pernah jahil kepada sesamanya. Tentu Allah SWT akan menjaganya. Akan tetapi, bukan berarti sedekah sama saja melegalkan seseorang untuk berbuat jahil kepada orang lain. Namun, sedekah bisa menghindarkan seseorang dari marabahaya.
Karena sedekah bisa menolak bala, sebagaimana hadis Rasulullah SAW:
الصداقة تسد سبعين بابا من السوء
Sedekah itu bisa menutup 70 pintu keburukan. (HR. ath-Thabrani)
Dalam hadis lain yang tidak diketahui periwayatnya menyebutkan;
الصداقة ترد البلاء وتطول العمر
Sedekah itu menolak bala dan memanjangkan umur.
Selain itu, dengan bersedekah harta kita juga tidak akan pernah berkurang. Karena hal ini telah dijamin oleh Rasulullah Saw melalui sabdanya yang berbunyi;
ما نقص مال من صدقة
Tidaklah berkurang suatu harta karena sedekah. (HR. ath-Thabrani)
Sebagaimana kisah di atas, bahwasanya sedekah bisa menyelamatkan seseorang dari sebuah musibah yang mengintainya. Orang yang suka bersedekah akan selalu dijaga oleh Allah Swt. Selain itu, sedekah adalah wujud bahwa seorang hamba mempunyai kasih sayang kepada sesamanya. Bisa dibilang orang yang suka bersedekah adalah orang yang mempunyai sifat belas kasih yang besar. Yang menjadikan dirinya akan selalu dekat dengan Allah SWT, dekat kepada manusia, dan juga dekat dengan surga serta jauh dari api neraka.
Oleh karena itulah, lakukanlah sedekah walaupun itu sedikit. Bisa jadi bagi kita, hal tersebut sedikit. Namun, bagi orang yang membutuhkannya, sedekah kita bisa bermakna banyak dan mempunyai banyak manfaat untuk kelangsungan hidupnya.
Jika belum mampu bersedekah dengan harta benda, maka tersenyum dengan saudara adalah sebuah sedekah. Membantu atau memberi petunjuk pada seseorang juga bagian dari sedekah. Termasuk menyingkirkan sesuatu yang mengganggu di jalanan dan berpotensi mengganggu ketertiban umum juga bagian dari sedekah.
Oleh karena itulah, jangan lupa selalu tersenyum kepada saudara kita, baik itu saudara kandung, saudara seiman maupun saudara atas nama kemanusiaan. Karena senyumanmu bisa jadi mempunyai arti penting dalam diri seseorang. Iya, senyumanmu.