Suatu ketika, Nasruddin Hoja banyak sekali. Salah satunya ketika Nasruddin mencari kuburan . Namun bukan sembarang kuburan, tetapi kuburan bagi uang dinarnya.
Pada suatu siang tampak Nasruddin sibuk. Ia sedang menggali pasir yang letaknya di gurun dekat rumah. Tampak dengan tekun Nasruddin menggali dengan alatnya. Nampak keringat membasahi kedua pipinya. Namun ia tetap berusaha terus menggali tanpa henti.
Setelah beberapa waktu berlalu, seseorang yang mengenalnya kebetulan lewat. Ia melihat Nasruddin tampak sibuk dengan penuh konsentrasi. Orang tersebut penasaran kemudian mendekatinya. “Aneh yang dikerjakan Nasruddin kali ini,” katanya dalam hati.
Tidak seberapa lama, orang itu memberanikan diri bertanya pada Nasruddin. “Hai Mullah, apa yang sedang Anda lakukan di sini?” katanya.
“Tempo hari, aku mengubur beberapa uang dinar di sini, tapi aku lupa tepatnya di mana,” jawab Nasruddin dengan santai.
“Lo kok bisa. Coba dulu kau beri tanda di atasnya, pasti gampang untuk mencarinya lagi,” kata orang tersebut.
“Sudah. Waktu itu ada awan di atasnya, tapi awan itu kini tidak ada lagi,” ujar Nasruddin enteng.
Mendengar jawaban Nasruddin, orang tersebut hanya terdiam namun dalam hatinya mengumpat.
“Ada-ada saja si Nasruddin ini,” katanya dalam hati.
Nasruddin Hoja populer sebagai ikon dalam kisah-kisah satire di beberapa negara. Tidak salah kalau banyak sejarawan yang meneliti tokoh yang penuh lawak ini
. Para sejarawan tersebut bukan hanya meneliti tentang asal-usulnya, tapi juga kebenaran sosoknya. Seorang sejarawan bernama Rajab An-Najjar menganalisis bahwa sosok Nasruddin Hoja itu antara kenyataan sejarah dan simbol seni. Terbukti sebagai tokoh sejarah banyak negara yang mengklaim Nasruddin Hoja berasal dari negara mereka
Selain itu ada satu yang unik Nasruddin Hoja ini. Dalam anekdot-anekdotnya selalu berlatar belakang sistem sosial-politiknya bobrok, penguasanya tiran hingga hukumnya korup.