Humor Gus Dur: Penjudi dan Jin Penunggu Pohon Beringin

Humor Gus Dur: Penjudi dan Jin Penunggu Pohon Beringin

Humor Gus Dur: Penjudi dan Jin Penunggu Pohon Beringin

Benar-benar familiar nama Paijo, seorang pemuda berusia kurang lebih seperempat abad. Selain pandai bermain catur, satu kelebihan lain yang tidak dimiliki semua orang  yaitu kelihaian dia menebak angka togel. Hampir setiap kali pasang, selalu tembus dan  tidak pernah meleset.

Sudah sebulan berlalu, kelihaian tersebut berangsur-angsur diragukan. Kawan-kawan seperjuangannya  mulai tidak yakin ihwal keahlianya lagi. Pundi-pundi uang yang ia peroleh dengan jumlah yang tidak sedikit sudah hampir habis. Setelah bertanya kesana-kemari, Paijo menemukan jawaban, ia harus pergi ke pohon beringin besar terletak di perbatasan desa, pohon ini berdiri kokoh dipinggir sungai yang lumayan jauh dari rumahnya. Menurut penuturan beberapa warga, konon katanya pohon tersebut dianggap paling kramat dan angker, juga dihuni oleh beberapa jin.

Ia berjalan beberapa kilo meter untuk sampai ke lokasi pohon beringin. Sesudah sampai, ia duduk bersila sambil merapal bacaan-bacaan mantra. Belum selesai mantra-mantra itu ia baca, munculah asap dan silau cahaya, jin penunggu pohon keluar.

“Minta apa nak?”, tanya jin penunggu pohon.

“anu mbah, mau minta nomor togel”, jawab Paijo.

“O ya sudah, sana pulang, pasang nomor 36 nak!, pinta jin penunggu pohon.

Paijo girang bukan main mendapat wangsit berupa nomor yang diidam-idamkannya, segera ia ambil uang tabungan sejumlah 800.000 Rupiah lalu berangkat ke base camp bandar togel, tempat ia dan teman-temannya biasa nongkrong.

“Tiga puluh enam!”, suara paijo terdengar tegas, lugas dan percaya diri. Saya pasang semua, ia melemparkan segepok uang yang baru diambil. Setelah dikocok keluarlah angka 63.

Selesai pengundian ia langsung menuju ke pohon beringin besar di sebelah sungai.

“Ngapain kamu ke sini lagi?”, tanya jin penunggu pohon.

“Gimana sih mbah, bukan angka 36 yang keluar tapi kebalikannya, 63” gerutu Paijo.

“Owalah, nggak usah sedih, besok pasang lagi nak, nomor 66”, kata jin penunggu pohon.

“Tapi uang saya sudah habis mbah”, ungkap Paijo

“Nggak usah diambil pusing, kamu cari pinjaman, besok kalau tembus, bisa buat lunasin”, saran jin penunggu pohon.

Tanpa pikir panjang, Paijo berlari ke rumah salah satu kawan karibnya dalam dunia pertogelan. Ia pinjam uang 1.600.000 Rupiah, dua kali lipat dari nominal pasang sebelumnya. Dengan langkah cepat dan penuh percaya diri Paijo berjalan menuju base camp.

Pasang semuanya!, sembari memberikan sejumlah uang yang dijepit tali karet. Saking yakinnya, Paijo sampai lupa ada kertas kecil, tertulis disitu kapan dan dimana uang itu harus dikembalikan.

Beberapa orang berteriak setelah togel dikopyok, muncul angka 99. Paijo terhenyak, pucat pasi terlihat jelas dari mimik mukanya. Nomor keramat pemberian jin penunggu pohon nampaknya belum direstui sang dewi fortuna.

Selepas semua orang pulang ke rumah masing-masing, Paijo berlari menuju pohon beringin, tempat dimana jin penunggunya memberi nomor-nomor togel yang nihil dari kata hoki.

“Loh, ngapain lagi kamu datang ke sini nak?”, tanya jin penunggu pohon.

“Kok Gagal lagi sih mbah”, keluh Paijo sambil menggeleng-gelengkan kepala.

“Lha iya, kamu masih mending cuma kalah dua kali, dulu saya malah lebih dari tujuh kali, akhirnya saya frustasi, terus ya jadilah kayak wujud mbah yang sekarang ini, nggak perlu lah mbah bercerita panjang-lebar”

Paijo melongo dan keget mendengar jawaban mbah jin penunggu pohon. Seketika ia berjalan pulang sambil berkata pelan, “masak aku harus gantung diri sih, kan dosa!”.

Humor di atas disampaikan oleh KH Abdurrahman Wahid dalam pengajian di acara haflah akhirussanah salah satu pondok pesantren pasca beliau tidak lagi jadi presiden.