Muhammad bin Nashr ash-Sha’igh bercerita tentang ayahnya yang suka melayat dan menshalatkan jenazah. Siapa sangka, amalan kecil ini membawanya bertemu malaikat.
Suatu ketika Abu Abdillah Muhammad bin Abdillah bin Amruwiyah ash-Shaffar, atau yang dikenal dengan Ibnu Alam pernah bercerita sebagaimana yang dijelaskan oleh Ibnu al-Jauzi dalam karyanya ‘Uyun al-Hikayat min Qashash ash-Shalihin wa Nawadir az-Zahidin.
Bahwasanya Ibnu Alam mendengar Muhammad bin Nashr ash-Sha’igh yang merupakan putra Abu Nashr Ash-Sha’igh berkata, “Ayahku adalah orang yang suka sekali menshalatkan jenazah. Dia begitu antusias untuk selalu ikut menshalati jenazah siapapun orangnya, baik jenazah orang yang dIkenal maupun tidak.”
Pada suatu hari ketika pulang dari belanja kebutuhan di pasar, Nashr ash-Sha’igh melihat iring-iringan orang dalam jumlah banyak sedang melayat jenazah. Dalam iring-iringan tersebut, tidak ada satu orang pun di antara mereka yang dia kenal.
Nashr ash-Sha’igh kemudian memutuskan untuk ikut melayat bersama mereka, ikut menshalati jenazah tersebut dan mengiringinya sampai ke pemakaman. Sampai di pemakaman, mereka mulai memasukkan jenazah ke dalam liang kubur.
Pada saat jenazah di masukkan, Nashr ash-Sha’igh melihat ada dua sosok orang yang turun masuk ke dalam liang kubur. Sepertinya mereka berdua bertugas meletakkan jenazah ke dalam liang lahat. Jenazah pun diangkat, dan dimasukkan ke dalam liang kubur, kemudian mereka mulai menutupnya dengan tanah. Waktu itu, Nashr ash-Sha’igh melihat hanya satu orang saja yang naik dan keluar dari lubang kubur. Sementara yang satu lagi masih berada di dalam, dan ikut tertimbun tanah!
Melihat hal itu, Nashr ash-Sha’igh pun berteriak panik, “Wahai kalian! jika saya tidak salah lihat, di dalam liang kubur masih ada satu orang lagi yang belum naik ke atas. Sepertinya dia ikut terkubur di dalamnya. Itu jika memang saya tidak salah lihat!”
Kemudian Nashr ash-Sha’igh kembali lagi ke pemakaman. Dalam hatinya, ia berkata, “Saya yakin betul, tadi ada dua orang yang masuk ke dalam liang kubur. Satu sudah keluar, sedangkan yang satu lagi masih ada di dalam. Saya akan tetap di sini hingga Allah mengungkap apa sebenarnya yang saya lihat tadi.”
Lalu, Nashr ash-Sha’igh mendatangi makam tersebut, dan membaca Surat Yasin dan Surat al-Mulk sebanyak sepuluh kali. Nashr ash-Sha’igh menangis dan berdo’a, “Ya Tuhan, ungkap dan perlihatkanlah kepada saya apa yang sebenarnya saya lihat, karena sesungguhnya saya mengkhawatirkan akal dan agama saya.”
Tiba-tiba, kuburan itu terbelah, lalu keluarlah satu sosok dari dalamnya dan langsung bergegas pergi. Nashr ash-Sha’igh pun mengikutinya dari belakang sambil berkata, “Wahai engkau, demi Tuhanmu! Tolong berhenti sebentar, saya ingin bertanya kepadamu.”
Akan tetapi, dia sama sekali tidak menoleh dan terus berjalan pergi. Nashr ash-Sha’igh pun terus mengikutinya dan kembali memanggilnya, “Hai engkau, demi Tuhanmu! Tolong berhentilah sejenak. Saya ingin bertanya kepadamu.”
Akan tetapi, orang sama sekali tidak menoleh dan terus berjalan pergi. Nashr ash-Sha’igh pun terus mengikutinya dan kembali memanggilnya, “Hai engkau, saya laki-laki yang sudah tua dan tidak memiliki cukup tenaga untuk berjalan jauh. Demi Tuhanmu, tolong berhenti sejenak, saya ingin bertanya sesuatu kepadamu.”
Akhirnya orang itu merespons ucapan Nashr ash-Sha’igh dan berkata, “Nashr ash-Sha’igh?”
“Iya, benar” jawab Nashr ash-Sha’igh.
“Apakah engkau tidak mengenal siapa saya?” tanyanya kepada Nashr ash-Sha’igh.
“Tidak.” Jawab Nashr ash-Sha’igh kepadanya.
“Kami berdua adalah malaikat rahmat. Kami diberi tugas untuk mengajar hujjah kepada orang ahlus sunnah yang meninggal dunia ketika dia diletakkan dalam lubang kubur,” katanya kepada Nashr ash-Sha’igh. Ash-Sha’igh terkejut, rupanya ia baru saja bertemu dengan malaikat. Dan tiba-tiba saja malaikat tersebut menghilang.
Hujjah adalah sebuah bukti, dalil, alasan atau argumentasi terhadap sesuatu. Salah satunya adalah tentang siksa atau rahmat Allah SWT kepada para hambanya ketika berada di alam kubur dan bertemu malaikat yang bertanya amal perbuatan selama hidup. Perihal lainnya seperti sampainya pahala bacaan Al-Qur’an kepada mayit.
Dan salah satu argumentasi mengenai hal di atas adalah yang ungkapkan oleh Ibnul Qayyim murid Ibnu Taymiyah, sebagaimana dijelaskan oleh al-Hafidz Jalaluddin as-Suyuthi, dalam kitabnya Busyra al-Ka’ib;
أن الزائر متى جاء علم به الميت وسمع سلامه وأنس به ورد عليه وهذا عام في حق الشهداء وغيرهم فإنه لا يوقت قال وهو أصح
Artinya; ketika peziarah datang, maka mayit mengenalnya, mendengar salamnya, senang dengan kedatangannya dan menjawab salamnya. Hal ini berlaku umum, baik untuk mayit yang mati syahid atau yang lainnya, dan hal ini berlaku setiap waktu. Ibnul Qayyim juga berkata, ini adalah pendapat yang paling kuat.