Wahid Foundation merilis survey dengan hasil yang mengejutkan. Survei itu melibatkan 1.520 responden yang tersebar di 34 provinsi. Responden adalah umat Islam berusia di atas 17 tahun atau sudah menikah. Dalam survey yang melibatkan orang muda berpotensi terseret radikalisme.
“Kebanyakan kelompok radikal di Indonesia itu diisi oleh orang-orang usia muda dan laki-laki serta pemahaman agamanya cenderung tekstual, ini pun merupakan fenomena urban,” papar manajar riset Wahid Foundation Aryo A. Nugroho, di Bogor seperti dikutip Kompas (2/7).
Aryo pun menambahkan bahwa riset ini bukanlah kondisi faktual, melainkan potensi. Artinya, dari survey yang ada, hitunglah terdapat 150 juta mayoritas muslim, ada 72 persen yang menolak radikalisme dan sisanya 7,7 persen baru tidak. Dari yang menolak ini, kebanyakan adalah anak muda.
Pertanyannya, apa faktor yang membuat anak-anak muda ini berpotensi masuk radikalisme?
Para pemuda yang tergabung ke dalam kelompok radikal biasanya terpapar informasi keagamaan yang berisi kecurigaan dan kebencian. Informasi ini bisa salah satunya dari media sosial dan internet di mana mereka sangat gampang sekali mencari apa pun via media daring.
Selain ada ada faktor-faktor lain, seperti pemahaman literalis (sekadar teks tanpa konteks) dan lingkungan juga berpengaruh terhadap hal ini. Selain itu, terkait pendapatan dan pendidikan juga tidak terlalu berpengaruh atau berkorelasi secara langsung terhadap radikalisme.
Riset ini dirilis oleh Wahid Foundation dalam acara Halaqah Ulama serta Tokoh Muda Islam Indonesia bertema “Penguatan Toleransi dan Gerakan Merespon Ekstremisme”. Kegiatan ini diikuti oleh 35 peserta yang terdiri dari ulama serta tokoh muda Islam yang akan mengkaji dan merumuskan pesan-pesan Islam sebagai agama toleran berdasarkan khazanah ilmu pengetahuan dan hukum Islam.
“Indonesia perlu menyebarkan lebih banyak pesan Islam damai yang sebenarnya itu merupakan modal dasar bagi kita dalam berbangsa dan mengelola kehidupan beragama di Indonesia,” kata Direktur Wahid Foundation Yenny Wahid dalam acara pembukaan yang berlangsung di Hotel Rancamaya Bogor Jawa Barat, hari Senin (1/8).
Survei itu melibatkan 1.520 responden yang tersebar di 34 provinsi. Responden adalah umat Islam berusia di atas 17 tahun atau sudah menikah. Survei yang digelar dari 30 Maret sampai 9 April 2006 itu menggunakan metode random sampling dengan margin error sebesar 2,6 persen dan tingkat keyakinan 95 persen.