Para ulama membagi syirik menjadi beberapa macam. Para ulama berbeda-beda dalam membagi syirik. Di antaranya, ulama Indonesia, penulis kitab tafsir al-Azhar, Haji Abdul Malik Karim Amrullah (Buya Hamka), atau yang biasa disebut Buya Hamka membagi syirik menjadi enam bagian ketika menafsirkan surat an-Nisā’: 48:
Pertama, Syirik al-Istiqlāl, yaitu menetapkan pendirian bahwa Tuhan itu ada dua dan keduanya bebas bertindak sendiri-sendiri. Hal ini sebagaimana syiriknya orang Majusi (penyembah api). Bagi mereka, Tuhan itu dua, 1) Ahuramazda yang menjadi Tuhan dari segala kebaikan, 2) dan Ahriman, Tuhan dari segala kejahatan.
Kedua, Syirik at-Tab’īd, yaitu menyusun Tuhan terdiri dari beberapa bagian Tuhan, sebagaimana syiriknya orang Nasrani, yang memiliki teologi trinitas atau tritunggal.
Ketiga, Syirik al-Taqrīb, yaitu beribadah, memuja kepada yang selain Allah Swt. untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt, sebagaimana syirik yang dilakukan oleh orang Jahiliah zaman dahulu.
Keempat, Syirik at-Taqlid, yaitu memuja, beribadah kepada yang selain Allah Swt. karena ikut-ikutan dengan orang lain.
Kelima, Syirik al-Asbab, yaitu menyandarkan pengaruh kepada sebab-sebab yang biasa, sebagaimana syiriknya orang-orang ahli filsafat dan penganut paham naturalis. Mereka berkata bahwa segala kejadian alam ini tidak ada sangkut-pautnya dengan Tuhan, meskipun Tuhan itu ada. Melainkan karena sebab-akibat dari alam itu sendiri.
Keenam, Syirik al-Aghrad, yaitu beramal bukan karena Allah SWT.
Wallahu A’lam.