Setiap manusia pasti pernah dilanda musibah selama masa hidupnya. Pasalnya, musibah merupakan suratan takdir tuhan yang tak akan bisa terelakkan. Dalam menghadapi musibah, tak jarang ada banyak orang yang justru mengeluhkan musibah tersebut. Terkadang mereka tak terima dengan musibah yang menimpanya dan juga tak bersabar dalam menghadapi musibah tersebut.
Dalam Islam, musibah yang menimpa sesungguhnya merupakan ujian yang diberikan oleh Allah untuk menaikkan derajat keimanan umat Islam. Terlebih, ujian merupakan suratan takdir yang telah ditentukan oleh Allah. Sebagaimana Allah berfirman, “Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.” (QS. Al-Hadid: 22)
Oleh sebab itu, sesungguhnya ada tiga hal yang seharusnya dilakukan oleh umat Islam dalam menghadapi berbagai musibah yang menimpanya. Lalu apa sajakah ketiga hal tersebut? Pertama, umat Islam hendaknya tidak mencela musibah dan tidak mengeluh. Mengapa demikian? Pasalnya, musibah yang menimpa umat Islam menjadi salah satu sarana untuk menghapus dosa-dosa sehingga tidak sepatutnya untuk dicela misalnya saat ditimpa oleh musibah penyakit.
Sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadis, “Janganlah engkau mencela penyakit demam, karena ia akan menghapuskan kesalahan-kesalahan anak Adam sebagaimana alat pandai besi itu dapat menghilangkan karat besi.” (HR. Muslim). Sedangkan dalam hadist lain disebutkan, “Tidak ada yang menimpa seorang Muslim dari kepenatan, sakit yang menahun, kebimbangan, kesedihan, penderitaan, kesusahan, atau hanya tertusuk duri, kecuali dengan itu Allah hapus dosa-dosanya.” (HR. Bukhari)
Kedua, umat Islam hendaknya tetap berpikiran positif saat ditimpa musibah. Pasalnya, umat Islam diperintahkan untuk selalu berbaik sangka terhadap Allah di dalam musibah apapun. Bahkan Rasulullah SAW selalu memerintahkan hambanya agar tidak pernah berprasangka buruk kepada Allah dengan keadaan apapun yang dialaminya. Sebagaimana Rasulullah SAW pernah bersabda, “Janganlah salah seorang di antara kalian itu mati, kecuali dalam keadaan dia berbaik sangka kepada Allah.” (HR. Muslim)
Pasalnya, musibah-musibah yang didatangkan oleh Allah terkadang juga merupakan hukuman atas dosa-dosa yang dilakukan oleh manusia. Sehingga apabila Allah meghendaki suatu kebaikan terhadap hambanya, maka Allah pun akan menyegerakan hukuman atas dosa-dosa tersebut dalam bentuk musibah. Rasulullah SAW pernah bersabda terkait hal tersebut, “Apabila Allah menginginkan kebaikan-kebaikan hamba-Nya, maka Allah segerakan hukuman atas dosanya di dunia. Dan apabila Allah menghenndaki keburukan pada hamba-Nya maka Allah tahan hukuman atas dosanya itu sampai dibayarkan di saat hari kiamat.” (HR. Tirmidzi)
Ketiga, pada saat ditimpa oleh Musibah hendaknya umat Islam segera mengambil tindakan untuk mengatasi musibah tersebut. Alih-alih menggerutu dan menyesali musibah yang terjadi, umat Islam sangat dianjurkan untuk segera mengambil tindakan responsif untuk mengatasi musibah terjadi. Misalnya apabila tertimpa musibah bencana alam, maka umat Islam hendaknya mengambil tindakan untuk mengatasi musibah tersebut. Kemudian apabila seseorang terkena musibah penyakit, maka hendaknya ia segera mengambil tindakan pengobatan yang cocok untuk mengatasi musibah penyakit tersebut.
Dengan segera mengambil tindakan responsif, umat Islam pun akan terhindar dari tindakan mengeluh, mencela musibah, dan terhindar dari menyalahkan pihak lain atas musibah yang menimpanya tersebut. Oleh karena itu, umat Islam hendaknya tidak mencela musibah, selalu berpikiran positif, dan segera mengambil tindakan responsif saat ditimpa oleh musibah. Tujuannya tentu agar musibah tersebut dapat berbalik menjadi ladang pahala sekaligus menjadi sarana penghapus dosa-dosa bagi umat Islam.