Banjir Terjadi Akibat Ulah Manusia, Kenapa Tuhan yang Disalahkan?

Banjir Terjadi Akibat Ulah Manusia, Kenapa Tuhan yang Disalahkan?

Penyebab terjadinya banjir lebih khusus tentunya karena kesalahan manusia itu sendiri, yang tidak bisa menjaga dan merawat alam dengan bai

Banjir Terjadi Akibat Ulah Manusia, Kenapa Tuhan yang Disalahkan?

Masyarakat yang tinggal di kawasan pesisir utara Jawa selalu dibuat cemas tiap kali musim hujan tiba. Hal ini dikarenakan, setiap kali hujan turun dengan intensitas tinggi, akan mengakibatkan banjir. Banjir tersebut akan menggenangi rumah-rumah warga. Ketinggian air banjir di daerah saya bahkan bervariasi antara 20 cm hingga satu meter.

Dengan adanya banjir membuat aktivitas warga otomatis terhambat. Yang tadinya mau kerja karena banjir jadi tidak bekerja; yang biasanya keliling jualan siomay karena banjir akhirnya berhenti menjajakkan dagangannya; yang punya toko sembako terpaksa tutup karena rumahnya kebanjiran dan masih banyak lagi. Warga yang rumahnya kebanjiran akhirnya memilih mengungsi ke tempat yang lebih aman.

Bencana banjir seakan sudah menjadi “makanan” sehari-hari masyarakat pesisir utara Jawa setiap awal tahun. Ada banyak faktor pastinya mengapa banjir ini selalu datang di setiap musim penghujan, bahkan tidak hujan pun, daerah saya kerapkali tergenang karena banjir akibat rob. Faktor terjadinya banjir lebih khusus tentunya karena kesalahan manusia itu sendiri, yang tidak bisa menjaga dan merawat alam dengan baik.

Banjir Bukan Karena Salah Tuhan

Salah satu bencana yang dapat terjadi karena ulah manusia adalah banjir. Kebiasaan buruk manusia seperti membuang sampah ke aliran air, membuang sampah sembarangan, deforestasi hutan, dan menutup daerah resapan menjadi permukaan anti air menjadi penyebab dari banjir. Belum lagi penyempitan volume sungai karena penggunaan lahan di sisinya. Hal itu membuat banjir mudah datang saat musim hujan.

Tetapi anehnya manusia tidak mau mengakui bahwa bencana banjir tersebut akibat ulah manusia dalam mengekploitasi alam berlebihan. Sebaliknya malah mencari kambing hitam, bahwa alam yang mengakibatkan kerusakan tersebut. Banyak manusia yang kemudian menghujat hujan, menyalahkan hujan, mengkambinghitamkan hujan atas musibah banjir yang terjadi.

Komentar-komentar sensitif atas terjadinya hujan tersebut saya lihat di postingan-postingan soal banjir di media sosial. Salah satu postingan mengatakan seperti ini “akibat hujan yang mengguyur selama 5 jam di wilayah A membuat air sungai di sebuah desa membludak hingga menggenangi pemukiman warga”. Memang tak ada yang salah dari caption tersebut, tapi kalimat tersebut seakan-akan ingin mengatakan bahwa hujan lah yang menjadi faktor utama penyebab terjadinya banjir.

Kita memang gampang sekali menyalahkan hujan atas terjadinya bencana, wabil khusus banjir, tanpa kita sadari bahwa ada faktor-faktor lain yang menyebabkan mengapa setiap kali terjadi hujan, pasti banjir.

Bahkan seringkali saya melihat status-status teman saya di medsos yang intinya mereka meminta tuhan agar tidak kembali menurunkan hujan, mengingat daerah mereka banjirnya belum surut. “Ya Allah mugo-mugo mboten jawoh maleh (ya allah semoga tidak hujan lagi)”, “duh hujan lagi, hujan lagi, ya Allah,” dan lain-lain.

Menyalahkan hujan bukankah itu berarti kita telah menyalahkan tuhan atas bencana alam yang terjadi. Sebab, tuhan lah yang menurunkan hujan. Atas kehendaknya, air turun dari langit dan membasahi bumi.

“Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui.” (QS al-Baqarah [2]: 22).

Banjir memang mengakibatkan keputusasaan, rasa frustasi dan menjengkelkan, tapi apakah kita selamanya akan menyalahkan tuhan atas kondisi yang tidak kita inginkan?

Dalam salah satu kajian, Gus Baha pernah mewanti-wanti untuk tidak berdoa menolak bencana alam. Karena menurut Gus Baha, semua bencana itu terjadi, atas kehendak Allah swt Yang Maha Kuasa. Bisa saja itu sebagai hukuman atau peringatan untuk manusia yang telah berbuat mungkar kepada Allah SWT. “Ini mohon maaf, seperti gempa maupun banjir terjadi, itu adalah sebuah peringatan. Manusia tidak usah sok berdoa untuk menolak bencana alam yang terjadi itu,” kata Gus Baha.

Hujan: Musibah atau Berkah?

Hujan bisa terjadi kapan saja dan dimana saja. Semua itu sudah diatur oleh yang maha kuasa. Kendati kemudian hujan menyebabkan banjir, itu bukan lah tuhan yang keliru, melainkan umat manusia yang abai merawat lingkungan. Manusia yang lalai dalam mengantisipasi datangnya banjir. Banjir akan menjadi sahabat manusia ketika sebuah kota dibangun dengan tanpa perencanaan yang baik. Banjir juga akan menemani hidup manusia ketika alam tidak lagi dipelihara dengan serius.

Datangnya hujan artinya Allah memberikan rahmat kepada manusia. Sebab hujan dapat mengubah tanah yang gersang menjadi subur.  Dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman bahwa hujan adalah rahmat yang diperlukan bagi seluruh makhluk. “Dan Dialah yang menurunkan hujan sesudah mereka berputus asa dan menyebarkan rahmat-Nya. Dan Dialah Yang Maha Pelindung lagi Mahaterpuji.” (QS Asy-Syuura: 28).

Hadirnya hujan yang sejatinya adalah memunculkan keberkahan, dapat berubah menjadi sebuah kondisi yang bagi sebagian orang menyebutnya sebagai musibah.  Musibah bencana alam yang terjadi karena ulah tangan manusia sendiri. Yakni, kala manusia ingkar, kufur nikmat dan melampaui batas. Manusia yang rakus dan tamak, dengan mengeksploitasi alam berlebihan, menggunduli hutan dan sebagainya, adalah bentuk perbuatan maksiat merusak alam.

Maksiat yang merusak ekosistem itu mengakibatkan ketika hujan turun, tak ada lagi pepohonan sebagai sumber resapan alami dan penyangga tanah seperti sedia kala. Sehingga terjadilah bencana longsor, banjir bandang dan berbagai musibah lainnya.

Padahal pada surat Ar-Rum ayat 41-42 Allah SWT mengharapkan seorang muslim dapat menyadari pentingnya menjaga serta melestarikan alam lingkungan, dan juga tidak membuat kerusakan terhadap alam lingkungan. Dengan artian jika akan melakukan sesuatu harus melalui pertimbangan pemikiran yang matang akan akibat yang ditimbulkannya agar tidak terjadi hal-hal yang sifatnya merusak lingkungan.

Bencana Alam Merupakan Ujian dari Allah SWT

Akan tetapi, bencana alam yang terjadi merupakan bentuk kasih sayang Allah SWT kepada hamba-Nya. Dalam QS Al-Baqarah ayat 155-157, Allah menyampaikan bahwa salah satu ujian kehidupan manusia di muka bumi adalah berupa bencana atau musibah. Bencana alam salah satu musibah juga yang bisa kita alami.  Allah SWT menurunkan bencana alam pada manusia maka, di balik itu juga terdapat kekuasaan Allah untuk menguji kesabaran hamba-Nya agar seorang hamba memiliki keimanan dan ketakwaan yang kokoh. Wallahualam bisshowab