Ulama senior Al-Azhar Syekh Ali Jum’ah menyampaikan bahwa para teroris benci dengan orang-orang yang cinta dengan tanah air (al-watan). Pendapat grand mufti ini perlu kita pertimbangkan di tengah banyak orang yang menganggap bahwa cinta negara dianggap sebagai thagut.
Dalam sebuah wawancara dengan reporter TV CBC Mesir, mantan grand mufti Mesir ini menyebut bahwa negara adalah penyangga atau poros untuk melawan kelompok ekstremis. Menurutnya hal ini telah disepakati oleh para ulama di seluruh dunia.
Menurutnya cinta tanah air bagi sebagian orang seolah merupakan tindakan maksiat dan dosa besar. Padahal, tuturnya, Nabi Muhammad SAW adalah manusia dan pemimpin yang pertama kali mengajarkan kepada kita untuk cinta tanah air.
“Mereka menganggap bahwa cinta tanah air seolah bertentangan dengan Islam, perbuatan maksiat dan kejahatan melawan Islam. Mereka tidak faham bahwa justru Nabi Muhammad SAW lah yang pertama kali mengajarkan cinta tanah air,” tutur ulama senior Al-Azhar ini.
Syekh Ali Jumah kemudian mengutip sedikit ekspresi cinta tanah air (secara riwayat) yang disampaikan Rasulullah SAW saat akan meninggalkan Mekah untuk hijrah ke Madinah.
ألا إنك أحب بلاد الله إلي
“(Wahai Mekah), ketahuilah bahwa sesungguhnya engkaulah negeri yang sangat aku cintai.”
Dalam riwayat yang lebih lengkap, ucapan nabi ini disampaikan ketika keluar dari Gua Tsur untuk bergegas menuju Yatsrib (Madinah) demi menyelamatkan diri dari kejaran dan ancaman kaum Quraisy.
عن عبدالله بن عباس رضي الله عنهما قال: (لما خرج رسول الله صلى الله عليه وسلم من مكة قال: ” أمَا والله لأخرج منك، وأني لأعلم أنك أحب بلاد الله إلىَّ، وأكرمه على الله ، ولولا أن أهلك أخرجونى منكِ مَا خرجت
“Dari Abdullah bin Abbas RA berkata: Ketika Rasul SAW keluar dari Mekah ia bersabda, “Ketahuilah, demi Allah aku sebenarnya tak ingin keluar dari mu (Mekah). Sesungguhnya aku sangat mengetahui bahwa engkau adalah tanah air, negeri Allah yang paling aku cintai dan paling dimuliakan oleh Allah. Seandainya mereka tidak mengusirku, aku tak akan keluar dari Mekah.”
Hadis di atas diriwayatkan oleh Abu Ya’la dalam Musnad-nya. Bahkan al-Haitsami dalam al-Majma’ menyimpulkan bahwa seluruh rawinya tsiqah. Hal ini menunjukkan bahwa kesahihan hadis ini tak diragukan lagi. Sebagai seorang mufti besar, tidak salah jika Syekh Ali Jumat mendasarkan pendapatnya kepada hadis tersebut.
Pendapat Syekh Ali Jumah ini perlu kita perhatikan dengan seksama. Terutama pada masa sekarang ketika sebagian orang yang mengatasnamakan Islam namun ingin menghancurkan negara. Siapapun kelompoknya, baik teroris atau organisasi yang mengatasnamakan Islam namun merusak tatanan dan kesepakatan negara maka perlu dihindari dan dijauhi.
Bagi Syekh Ali Jumah, ‘teroris’ memiliki tujuan untuk menghancurkan negara. Sehingga mereka akan mengharamkan dan mencela orang yang cinta dengan tanah air.
“Hubbul authan fil haqiqah hiya al-qadhiyah al-mu’limah lil irhab. Li annal irhab la yuhibbul authan, innama yuhibbu an yuharribal authan. (Cinta tanah air adalah istilah yang sangat dibenci para teroris. Karena sebenarnya mereka tidak cinta tanah air, melaikan hobi menghancurkan tanah air),” tutur Syekh Ali Jumah.