Pergantian tahun 2019-2020 ini, virus baru menyerang Wuhan, China. Virus tersebut bernama Novel Coronavirus, yang menginfeksi saluran pernafasan. Virus ini masih satu keluarga dengan SARS dan MERS.
Sebagai sesama manusia, tentu kita mengucapkan turut berduka mendalam atas wabah ini. Update berita terbaru dari @kompascom (29/01) jumlah orang yang meninggal meningkat dari yang semula 106 menjadi 132 orang. Sedangkan yang terinfeksi mencapai ratusan. Virus sudah menyebar ke 17 negara. ( Update! 132 Orang Meninggal, 17 Negara Ini Konfirmasi Terinfeksi Virus Corona)
Namun ternyata wabah penyakit paling besar ada di Indonesia. Ini lebih berbahaya. Penyakit itu bernama “Nirempatik”. Tercatat sejak menyebarnya berita terkait perkembanga virus corona, ada belasan hoaks di media sosial yang telah didebunk @TurnBackHoax.
Sungguh sebuah kenyataan pahit yang teramat menyedihkan. Wabah ini kemudian dijadikan sebagai bahan olokan netizen untuk melaknat-laknat negara lain (baca: China sebagai negara yang terinfeksi pertama). Berbagai cocoklogi tak luput mereka buat. Agama menjadi salah satu bahan paling penting dalam adonan. Tak lupa, @ACTforHumanity pun ikutserta mengambil kesempatan baik untuk menggalang dana mengatasnamakan muslim uyghur, dengan narasi dan foto yang sama sekali gak berkaitan.
Fenomena yang sangat tragis. Entah sedari kapan dan mau sampai kapan bangsa ini terus kehilangan rasa empatinya terhadap kemanusiaan. Saudara kita diluar sana sedang berjuang penuh harapan agar tidak terinfeksi virus ini, pemerintah juga berjuang untuk mengobati dan memberikan fasilitas terbaik untuk menanggulangi virus ini. Tapi kita di sini dengan tidak bermartabat menjadikan wabah yang terjadi kepada mereka sebagai bahan candaan, olokan dan cocoklogi agama.
Sungguh perbuatan yang sangat tidak elok dilakukan di negara yang katanya religius seperti Indonesia. Harusnya kita mendukung dan menyemangati negara lain yang terinfeksi untuk gercep melakukan penanganan dengan baik. Sembari kita melakukan pengamanan diri dan pencegahan sedari dini.
Patut diakui memang, kebanyakan hoaks yang beredar mengacu pada narasi-narasi yang memojokkan China. Ya sebagaimana kita tahu sebagian masyarakat ada yang sangat benci dengan China karena suatu hal atau suatu kepentingan.
Tetapi apakah kemudian itu bisa dijadikan alasan akan hilangnya rasa empati terhadap kemanusiaan? Bukankah agama mengajarkan manusia untuk senantiasa menumbuhkan rasa empati dlm jiwanya dan senantiasa memuliakan manusia lain? Lantas kenapa justru dalam kenyataan banyak yang melupakan kemanusiaan?
Apakah mereka beragama hanya untuk menampakkan covernya saja tanpa harus paham isi konteks ajaran agama yang diyakininya tersebut? Apakah agama hanya untuk menang-menangan saja? Sehingga hilang sudah rasa empati dalam diri kita, hilang sudah rasa kepedulisan sosial dalam diri kita.
https://twitter.com/FebrianiVinanda/status/1222531629270233089?s=20
Alhasil kita malah bukan jadi manusia, namun bak menjelma jadi Iblis yang kejam dan jahat. Perilaku kita seperti hewan buas, bisa menerkam dan menyayat siapa saja. Agama tidak lagi jadi sarana menumbuhkan rasa empati dalam diri, malah justru jadi alasan menenggelamkan empati karena suatu hal, “Mereka kafir, itu bid’ah, syirik, dsb” misalnya. Alhasil agama terlihat seklias menjadi buas, sebuas kelakuan para pengikutnya.
Virus corona menjadi perhatian besar bagi kita agar senantiasa membersihkan lingkungan, menjaga pola makan, menjaga kesehatan agar selalu hidup sehat. Karena sehat itu sangat mahal harganya.
Virus corona juga memperlihatkan kepada kita bahwa masih banyak masyarakat yang belum membersihkan hatinya dari rasa dengki dan jahil. Sehingga apa yang ia lakukan: cocoklogi menyesatkan, mengemis sumbangan, hingga menyebar hoaks mengatasnamakan penderitaan orang lain.
Semoga China dan negara-negara lain yang terinfeksi Virus Corona segera pulih. Dan semoga bangsa ini hatinya lekas pulih dari virus berbahaya bernama hoaks, dengki dan fitnah yang Nirempatik dan tidak manusiawi.