Tren Spill Saldo Rekening di Media Sosial, Bagaimana Pandangan Islam?

Tren Spill Saldo Rekening di Media Sosial, Bagaimana Pandangan Islam?

Dalam perspektif Islam, perilaku seperti “spill saldo” bisa dikaitkan dengan sifat “iftikhar” atau sombong

Tren Spill Saldo Rekening di Media Sosial, Bagaimana Pandangan Islam?

Belakangan ini, fenomena “spill saldo rekening” atau memamerkan kekayaan di media sosial menjadi tren yang semakin marak di kalangan masyarakat. Orang-orang berlomba-lomba memamerkan harta, baik berupa saldo rekening, barang-barang mewah, maupun gaya hidup glamor, sebagai bentuk kebanggaan atas apa yang mereka miliki. Fenomena ini tidak hanya mencerminkan perubahan dalam cara orang menilai kesuksesan, tetapi juga memunculkan isu sosial yang lebih dalam terkait budaya pamer atau berbangga-bangga.

Dalam perspektif Islam, perilaku semacam ini bisa dikaitkan dengan sifat “iftikhar” atau sombong, yaitu sikap membanggakan diri secara berlebihan atas kelebihan yang dimiliki. Sifat ini telah lama diperingatkan dalam ajaran Islam karena dapat membawa dampak negatif, baik bagi individu maupun masyarakat. Salah satu sumber rujukan penting dalam memahami larangan terhadap sifat sombong ini adalah “Bab Nahi ‘Anil Iftikhar” dalam kitab Al-Arba’in An-Nawawi karya Imam An-Nawawi.

Makna Iftikhar dalam Islam

“Iftikhar” berasal dari kata “fakhr” yang berarti bangga atau sombong. Dalam konteks ini, “iftikhar” merujuk pada sikap membanggakan diri secara berlebihan atas kelebihan yang dimiliki, baik itu kekayaan, keturunan, ilmu, atau status sosial. Sifat ini tidak hanya berbahaya bagi individu, tetapi juga dapat merusak hubungan sosial dan menyebabkan perpecahan dalam masyarakat.

Imam An-Nawawi dalam bab ini menyebutkan beberapa hadits yang menegaskan larangan untuk bersikap sombong. Salah satunya adalah sabda Rasulullah SAW:

عن عياض بن حِمار الصحابي ﵁ قال: قال رسول الله ﷺ: «إِنَّ اللَّهَ تَعالى أوْحَى إليَّ أنْ تَوَاضَعُوا حتَّى لا يَبْغيَ أحَدٌ على أحَدٍ، وَلا يَفْخَرَ أحَدٌ على أحَدٍ

Dari Iyadh bin Himar al-Sahabi berkata, Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah SWT memberi wahyu kepadaku untuk rendah diri (tawadhu’) sampai tidak ada seorang yang melampaui orang lain, dan tidak ada orang yang berbangga diri atas orang lain.” (H.R al-Bukhari)

Dalam hadis lain juga disebutkan,

وَعَنْ أبي هُريْرة عَبْدِ الرَّحْمن بْنِ صخْرٍ قَالَ: قالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: إِنَّ الله لا يَنْظُرُ إِلى أَجْسامِكْم، وَلا إِلى صُوَرِكُمْ، وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وأعْمَالِكُمْ

“Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada bentuk tubuh, rupa dan harta benda kalian, tetapi Allah SWT melihat kepada hati dan amal kalian.” (HR. Muslim)

Hadis ini mengingatkan bahwa penilaian Allah SWT terhadap hamba-Nya bukan didasarkan pada lahiriah yang seringkali menjadi sumber kesombongan, melainkan pada ketulusan hati dan kualitas amal perbuatan. Sikap iftikhar yang didasarkan pada kelebihan duniawi adalah sikap yang tercela karena mengabaikan hakikat penciptaan manusia yang sesungguhnya.

Mengubah Iftikhar dengan Sikap Tawadhu’ (Rendah Hati)

Sebagai lawan dari sifat iftikhar, Islam menganjurkan umatnya untuk memiliki sikap tawadhu’ atau rendah hati. Sikap ini merupakan cerminan dari kesadaran bahwa segala kelebihan yang dimiliki adalah anugerah dari Allah SWT, dan tidak ada alasan untuk menyombongkannya. Rasulullah SAW sendiri adalah teladan dalam sikap tawadhu’. Meskipun beliau adalah nabi dan rasul, beliau tetap hidup sederhana, bergaul dengan orang-orang miskin, dan tidak pernah merasa lebih baik dari orang lain.

Dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman:

وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِى الْاَرْضِ مَرَحًاۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُوْرٍۚ

Janganlah memalingkan wajahmu dari manusia (karena sombong) dan janganlah berjalan di bumi ini dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi sangat membanggakan diri. (QS. Luqman: 18)

Ayat ini mengajarkan kepada kita pentingnya menjaga sikap rendah hati dan tidak bersikap angkuh terhadap sesama manusia.

Sifat iftikhar tidak hanya merusak hubungan kita dengan sesama manusia, tetapi juga mengundang murka Allah SWT. Oleh karena itu, setiap Muslim harus senantiasa berusaha untuk menghindari sikap sombong dan memperbaiki diri dengan menanamkan sikap rendah hati, sesuai dengan ajaran Rasulullah SAW dan petunjuk Allah SWT dalam Al-Qur’an.

(AN)