JAKARTA, ISLAMI.CO – Budayawan Muslim Indonesia Zastrouw Al-Ngatawi beberkan sinergitas kebangsaan dua ulama nusantara, kyai Hasyim Asy’ari dan Habib Ali Kwitang.
Zastrouw menyebut, bahwa semangat kebangsaan ulama dan habib sudah tampak melalui karya-karya ulama Nusantara.
Misalnya, kitab gubahan Syeikh Abdus Shamad al-palimbani, Nasihah al-Muslimin wa tazkirah al-Mu’min fi Fadail Jihad ti Sabilillah.
Menurutnya, gerakan politik kebangsaan Kyai Hasyim Asy’ari dapat dilacak melalui komunitas atau lembaga-lembaga yang didirikan Kyai Hasyim Asy’ari. Lembaga tersebut yang kemudian menjadi wadah untuk mengekspresikan semangat nasionalismenya.
“Misalnya, membangun pendidikan Nahdlatul Wathan yang menjadi embrio dari terhadap Nahdlatul Ulama. Sebab Mbah Hasyim sudah berpikir bahwa gerakan politik kebangsaan pada saat itu sudah bisa dilakukan ketika sudah ada wadah,” ujar Zastrouw Ngatawi di seminar nasional Fakultas Ushuluddin Jakarta Pada Jum’at (1/11/2024).
Maka, basis gerakan politik Kyai Hasyim Asy’ari itu berangkat dari melalui kantong-kantong organisasi atau institusi. “Mulai dari Nahdlatul Wathan, Nahdlatul Tujjar, Taswirul Afkar. Inilah tiga pilar gerakan sosial, gerakan ekonomi dan gerakan pemikiran,” lanjut Zastrouw.
Tak hanya itu, Kyai Hasyim Asy’ari juga menarasikan gerakan kebangsaan seperti adanya ungkapan Hubbul Wathan dan dan menjadikan Hindia Belanda itu sebagai negara Darul Islam. Narasi gerakan tersebut itu menjadi basis dari tumbuhnya nasionalisme.
Zastrouw melanjutkan, terdapat perbedaan gerakan politik kebangsaan antara kyai Hasyim Asy’ari dengan Habib Ali Kwitang. Ini bukan tanpa alasan, sebab kedua ulama tersebut memang berbeda baik dari segi sosial, kultural hingga wilayah. Meski begitu, keduanya memiliki tujuan yang sama, yakni semangat nasionalisme.
“Habib Ali Kwitang menjadikan basis majelis taklimnya untuk menyemai spirit dan paham kebangsaan kepada umatnya,” tuturnya. Inilah cara pengejawantahan nasionalisme dari Habib Ali Kwitang.
Senada dengan itu, Zastrouw juga bercerita kontribusi Habib Ali Kwitang terhadap gerakan politik kebangsaan Kyai Hasyim Asy’ari. Saat itu, Habib Ali Kwitang memberi jalan dan ruang untuk Nahdlatul Ulama berkembang di Jakarta.
“Ketika NU didirikan, Habib Ali Kwitang mengutus guru Marzuki untuk ketemu Mbah Hasyim, untuk minta penjelasan apa sih sebenarnya NU itu. Setelah kasih laporan dan di tashih setuju, Habib Ali Kwitang membukakan pintu kepada mbah Hasyim dan mbah Wahab untuk mendirikan NU di Batavia,” ungkapnya.
Kyai Hasyim Asy’ari dan Habib Ali Kwitang keduanya bersatu meski tidak berkumpul, mereka bersatu dalam semangat nasionalisme dengan ekspresi gerakan politik kebangsaan yang berbeda-beda.
Sehingga pada akhirnya, sinergitas spirit kebangsaan kedua ulama tersebut terkumpul pada tiga hal pertama, pemikiran dan narasi kebangsaan, kedua, pembinaan umat dalam menanamkan spirit kebangsaan dan ketiga, pembagian peran dalam gerakan kebangsaan.