Ada sederetan nama tokoh kepearawatan dunia yang sangat terkenal di masanya. Di antaranya Florence Nightingle. Bahkan oleh orang-orang Barat, ia dianggap sebagai pelopor keperawatan modern di dunia. Kemudian Mary Sewall Gardner, Faye Glenn Abdellah, Betty Neuman dan lain-lain.
Namun tahukah anda, bahwa 1400 tahun yang lalu ternyata telah hidup seorang perawat muslimah yang mendedikasikan hidupnya untuk memberikan sentuhan-sentuhan kemanusian dalam dunia kesehatan. Bahkan seluruh ulama sepakat – sebagaimana dikemukakan Muhammad Hamid Muhammad dalam karyanya Shuwar min Hayat al-Shahabiyyat – menjulukinya perawat pertama dalam sejarah Islam.
Ia hidup pada zaman Rasulullah saw. Wanita berhati mulia ini bernama lengkap Rufaidah binti Sa’ad Bani Aslam al-Khazraj. Namun ia lebih dikenal dengan Rufaidah al-Aslamiyyah. Kata “al-Aslamiyyah” adalah nisbat kepada marga dimana ia dilahirkan yaitu, Aslam, salah satu klan dari suku Khazraj di Madinah.
Selain al-Aslamiyyah, julukannya yang lain adalah “al-Fidaiyyah”, karena keberaniannya menerobos kawasan-kawasan perang untuk menyelamatkan dan mengobati tentara-tentara yang terluka.
Rufaidah lahir di Madinah kira-kira pada 570 M dan meninggal pada 632 M. Ia dikenal pandai membaca, menulis dan kaya raya. Ia juga termasuk kaum Anshar, yaitu golongan yang pertama menganut Islam di Madinah. Rufaidah mempelajari ilmu keperawatan saat ia bekerja membantu ayahnya yang berprofesi sebagai dokter. Dari ayahnya inilah, Rufaidah banyak belajar tentang ilmu keperawatan.
Rufaidah hidup pada masa abad pertama Hijriyah atau abad ke-8 Masehi, dan digambarkan sebagai perawat teladan, baik dan bersifat empati. Ia seorang pemimpin, organisatoris, mampu mengerahkan dan memotivasi orang lain. Selain itu, ia memiliki pengalaman klinis yang dapat diajarkan kepada perawat lain, yang dilatih dan bekerja dengannya.
Ia tidak hanya melaksanakan peran perawat dalam aspek klinis semata, tetapi juga melaksanakan peran komunitas dan memecahkan masalah sosial yang dapat mengakibatkan timbulnya berbagai macam penyakit. Rufaidah adalah perawat kesehatan masyarakat dan pekerja sosial yang menjadi inspirasi bagi profesi perawat di dunia Islam.
Ketika Perang Badar, Uhud, Khandaq, dan Khaibar, Rufaidah menjadi relawan yang merawat korban luka. Dia melatih beberapa kelompok perempuan untuk menjadi perawat. Dalam Perang Khaibar, mereka minta izin kepada Rasulullah SAW. untuk ikut di garis belakang pertempuran agar dapat merawat prajurit yang terluka. Rasulullah pun mengizinkannya.
Ketika perang usai, Rufaidah membangun tenda di luar Masjid Nabawi untuk merawat muslimin yang sakit. Kemudian, berkembang dan berdirilah rumah sakit lapangan yang terkenal saat perang dan Rasulullah sendiri memerintahkan korban yang terluka dirawat olehnya.
Agar para korban dapat ditangani dengan baik dan tuntas, Rufaidah membagi jadwal para perawat yang ditunjuk untuk membantunya menjadi dua shift; shift malam dan shift siang. Atas gagasan ini, Rufaidah dianggap sebagai pelopor adanya pembagian shift yang berlaku mirip di rumah sakit-rumah sakit sekarang.
Di antara para korban yang dirawat Rufaidah hingga sembuh adalah Sa’ad bin Mu’adz yang terluka dan tertancap panah di tangannya saat perang Khandak.
Imam Ibnu Hajar al-Asqalani mengutip riwayat Imam Bukhari dalam al-Adab al-Mufrad dari Amr bin Qatadah dari Mahmud bin Labid bahwa ketika pelipis mata Sa’ad terluka saat Perang Khandaq, Rasulullah menyuruh orang-orang untuk membawanya ke Rufaidah. Di tenda Rufaidah itu, beliau memantau kesembuhan Sa’ad setiap pagi dan sore. Atas jasanya itu, Rasulullah memberinya bagian ghanimah sama seperti bagian laki-laki, meskipun keterlibatannya dalam peperangan hanya sebagai perawat.
Pengabdian Rufaidah dalam dunia kesehatan tidak hanya dilakukan dalam kondisi perang. Di luar musim perang, ia juga membuka semacam klinik gratis bagi siapa saja yang membutuhkan pengobatan.