Ketua PP. Muhammadiyah 2005-2010, Dr. Sudibyo Markus, M.B.A menerima penghargaan Doktor Honoris Causa dari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dalam bidang Ilmu Perdamaian dan Kemanusiaan.
Pengukuhannya dilaksanakan bersama dua kandidat lain, yaitu K.H Yahya Cholil Staquf, Ketua Umum PBNU, dan Cardinal Miguel Ángel Ayuso Guixot yang merupakan Uskup Spanyol dan Sejarawan Islam.
Dalam pidatonya, Sudibyo mengatakan bahwa perang salib yang terjadi masa lampau bukanlah perang agama, melainkan perang sekuler.
“Perang Salib bukan perang agama, itu perang sekuler. Perangnya raja-raja Jerman, Inggris, dan Perancis untuk membuang, untuk mengibaskan, inferiority yang mereka terima di bawah peradaban Islam yang jaya ini,” tutur salah satu jajaran ketua PP. Muhammadiyah era Din Syamsuddin ini.
Argumen Sudibyo ini didasarkan pada sebuah buku yang berjudul “World without Islam” yang ditulis oleh seorang mantan wakil Dewan Intelejensi Nasional dan akademisi di Simon Fraser University, Graham E. Fuller. Ia juga pernah menjabat sebagai kepala stasiun di Kabul Afghanistan untuk CIA.
Dalam buku itu, berdasarkan kutipan Sudibyo, Islam disebut sangat memiliki dampak atas peradaban, bahkan dampaknya sangat kontinyu. Islam bahkan memiliki peradaban besar karena berbagai bidang, mulai dari budaya, seni, hingga filsafat.
“Ini yang dalam sejarah kita catat mempengaruhi timbulnya gerakan renaisance church reformation,” ujar Sudibyo.
Sudibyo juga menyebut bahwa Peradaban Islam memiliki kontribusi atas terjadinya renaisans di Eropa yang berada dalam abad kegelapan selama 10 abad.
“Peradaban eropa yang didukung oleh Roma dan Yunani itu collapse selama sepuluh abad,” terang laki-laki yang saat ini menjabat sebagai Dewan Pakar Majelis Pelayanan Sosial PP. Muhammadiyah ini.
Masih mengutip Fuller, Sudibyo mengatakan bahwa pertarungan dan peperangan yang dilakukan oleh pasukan Salib dengan Islam tidak lebih dari sekedar perang sekuler, bukan perang agama. Perang itu terjadi atas kekecewaan Roma dengan Islam yang memiliki kontribusi atas keruntuhan gereja dan Roma.
Dari berbagai argumen ini, Sudibyo dalam pidato pengukuhan Doktor Honoris Causa-nya semakin yakin bahwa perang Salib yang selama ini dianggap sebagian besar muslim sebagai perang agama, sebenarnya bukan perang agama, melainkan perang sekuler.
Sudibyo menuturkan, berdasarkan tulisan Fuller, bahwa diperlukan kerja bersama antara tiga agama Abrahamik: Yahudi, Kristen, dan Islam untuk saling berbagi sesuatu yang masih disengketakan. Karena yang bersengketa adalah negara, bukan agama.
“Yang usrek itu negara, kita, agama, tidak punya tendensi itu,” tutup Sudibyo sebelum mengakhiri pidatonya. (AN)