Untuk memperingati Hari Toleransi Internasional, Jaringan GUSDURian bekerja sama dengan Pemerintah Kalurahan Panggungharjo menggelar Festival Beda Setara di Area Kampung Mataraman, Desa Panggungharjo, Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul pada Jumat, 17 November 2023.
Festival yang dimulai pukul 14.00 WIB tersebut diisi oleh beragam acara, di antaranya adalah pentas seni, peluncuran platform kabarkan.org, orasi kebangsaan, doa lintas iman, hingga flashmob yang melibatkan seluruh peserta yang hadir. Kegiatan ini dihadiri sebanyak lebih dari 170 peserta dari berbagai elemen seperti mahasiswa, tokoh agama, santri, pemuda Katolik, dan masyarakat Desa Panggungharjo.
Dalam sambutannya, Koordinator Sekretariat Nasional Jaringan GUSDURian Jay Akhmad menyampaikan bahwa terselenggaranya kegiatan ini bertujuan untuk meneguhkan sikap toleran kita sebagai bagian dari warisan ajaran dan nilai yang diteladankan Gus Dur.
Peringatan Hari Toleransi Internasional ini juga dihadiri oleh Duta Besar Belanda untuk urusan kebebasan beragama dan berkeyakinan, Ms. Bea ten Tusscher. Dirinya mengaku terkesan dan merasa sangat senang dengan adanya festival ini. “Toleran adalah sifat orang Indonesia dan tidak ada pihak mana pun yang bisa menghapusnya,” ungkapnya.
Pada orasi kebangsaan, Koordinator Nasional Jaringan GUSDURian Alissa Wahid menyampaikan bahwa toleransi adalah menerima perbedaan, tapi tidak cukup hanya menerima, namun menghargai orang lain yang berbeda secara utuh. Mereka yang berbeda juga pemilik Indonesia, kita menghormati hak mereka dan keberadaan mereka, tambah Alissa.
Dalam kesempatan ini Alissa Wahid juga menegaskan bahwa Jaringan GUSDURian berdiri untuk cita-cita kemerdekaan, karena itu tidak akan terjebak dalam kontestasi politik praktis. “Jangan menggadaikan cita-cita bangsa. Pilihlah pemimpin sesuai dengan nurani Anda, pilihlah pemimpin yang bisa menjaga Indonesia sebagai rumah bersama.”
Alissa menambahkan bahwa perbedaan adalah kekuatan, bukan ancaman. Dan, kita sebagai bangsa beruntung dari lahir diperkenalkan toleransi sejak dini.
“Kita hari ini merayakan keragaman Indonesia. Panggung festival ini menjadi pengingat bahwa Indonesia kaya akan keberagaman. Hari ini kita memusatkan perhatian untuk terus menjaga toleransi di Indonesia. Toleransi tidak dengan sendirinya ada, hal itu harus terus dijaga dan digemakan dalam kehidupan sehari-hari,” pungkasnya.
Festival Beda Setara juga turut mengundang berbagai elemen lintas iman untuk melakukan doa bersama. Masing-masing perwakilan agama seperti Kristen, Islam, Katolik, Penghayat Kepercayaan, Hindu, dan Buddha berdoa agar masyarakat Indonesia dapat hidup harmonis di tengah keberagaman yang ada dan dapat menjalankan ajaran toleransi.
“Buddha Yang Maha Pengasih, pandulah kami dalam jalan kasih dan pengertian. Berilah kami kebijaksanaan untuk menghargai keberagaman dan menjalankan ajaran toleransi. Hiasi negeri kami dengan damai dan cinta agar semua makhluk hidup dalam kebahagiaan. Semoga cahaya kebijaksanaan menerangi hati kami dan menyinari dunia dengan damai. Aum,” ujar Anditya, perwakilan tokoh agama Buddha dalam doanya.
Dalam kesempatan ini, Jaringan GUSDURian juga mengenalkan platform kabarkan.org. Kabarkan.org merupakan platform yang menampung seluruh laporan dari masyarakat terkait adanya perlakuan diskriminasi dan ujaran kebencian yang dialami, dilihat, dan dirasakan oleh masyarakat. Selain itu, kehadiran platform ini bertujuan untuk membantu pemantauan titik-titik rawan dari segala praktik diskriminasi.
Kegiatan ini dimeriahkan oleh penampilan seni dari Musik Sanggar Simpay, Jathilan Turangga Mudha Budaya Panggungharjo, dan Flashmob dari Sanggar Kancil Art. Festival ini juga bekerja sama dengan beberapa media daring seperti islami.co, katolikana.com, alif.id, gusdurian.net, hidayatuna.com, dan arrahim.id.