Australia merupakan negara yang sangat menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi dan hak asasi manusia. Tak heran jika agama Islam sangat berkembang pesat di negara ini. Berdirinya banyak masjid dan mudahnya mencari makanan halal di Australia adalah salah satu buktinya.
Penduduk muslim di Australia yang multikultural membuat perjalanan saya di sini begitu memukau. Di negara ini, saya dapat dengan mudahnya melihat keberagaman muslim dari negara yang berbeda, ada muslim Australia, India, Arab Saudi, Eropa, bahkan Indonesia.
Saya kira tak mudah bagi mereka untuk menyatu, karena mereka berasal dari latar belakang yang berbeda-beda. Namun ternyata hati saya malah kagum ketika melihat mereka hidup dengan harmonis. Pakaian untuk shalat, budaya, warna kulit, dan bahasa bukanlah masalah bagi mereka.
Di antara keanekaragaman muslim di Australia, sebagai santri, saya bangga ketika mengetahui adanya perkumpulan yang rutin melaksanakan kegiatan yang sangat relevan dengan kehidupan di pesantren. Perkumpulan yang diinisiasi oleh Profesor Nadirsyah Hosen ini bernama Doa dan Dzikir Melbourne (DDM).
Kegiatan yang mayoritas digerakkan oleh para santri Indonesia ini berisi kajian keislaman yang bertujuan untuk memperkenalkan Islam Ahlus Sunnah Wal Jama’ah yang inklusif, terbuka, dan dialogis.
Kegiatannya diisi dengan pembacaan tilawah Al-Quran, tahlil, khataman Al-Quran bersama, dan tausiyah (kajian tafsir) dari Profesor Nadirsyah Hosen, santri Indonesia yang kini sukses menjadi dosen tetap di Monash University.
Ketika saya berkunjung ke Australia, saya menyempatkan diri untuk hadir dalam pengajian ini. Pengajian Doa dan Dzikir Melbourne biasanya diadakan satu bulan sekali. Tempatnya pun bergilir dari rumah ke rumah guna menyambung silaturahim antar anggota.
Pengajian ini begitu menyejukkan hati para anggotannya. Sebab kajian tafsir yang disampaikan oleh Gus Nadir berisi nilai-nilai yang relevan dengan kehidupan kita sehari-hari.
Dalam tausiahnya, Profesor Nadirsyah Hosen kerap kali menyampaikan bahwa ilmu Allah itu luas, tidak hanya berasal dari satu tafsir atau satu terjemahan saja. Oleh karena itu beliau selalu mengkomparasi penafsiran dari beberapa ulama, agar kajiannya dapat dipahami secara komprehensif dan terbuka.
Kajian tafsir yang beliau sampaikan seakan membuat para pendengarnya sangat akrab dengan Al-Quran. Selain itu, beliaupun tak pernah melewatkan bertawasul untuk Kanjeng Nabi Muhammad Saw dan menceritakan kehidupan Nabi agar dapat dijadikan panutan utama.
Jika berkunjung ke Melbourne, datanglah ke pengajian ini, dijamin anda akan merasakan euforia tahlilan dan pengajian di kancah Internasional yang berbalut budaya Indonesia yang kental.
Meskipun jauh dari Tanah Air, sajian makanan Indonesia seperti bakwan jagung, teh manis hangat, Soto Banjar, dan lain sebagainya membuat anggota pengajian Doa dan Dzikir Melbourne terobati kerinduannya akan Indonesia.
Di perjalanan ini saya jadi teringat pesan seorang kiai, “Di manapun santri berada, ia harus mengamalkan ilmunya dan mengajarkannya kepada orang lain”.
Wallahu a’lam