Saat shalat Jumat di Bond Chapel The University of Chicago, 15 November 2024 lalu, khatib asal Amerika Latin Christopher Abdul Karim tidak menyampaikan pesan taqwa. Saya agak kaget pada mulanya.
Kekagetan ini tentu bukan tanpa sebab. Pasalnya, di Indonesia terbiasa shalat dengan mazhab Syafi’i yang menggolongkan wasiat taqwa menjadi bagian dari rukun khutbah, selain hamdalah, shalawat, ayat Al-Qur’an, dan doa untuk orang-orang mu’min.
Namun saya sadar, bahwa ini bukan Indonesia yang mayoritas bermazhab Syafi’i. Entah mana yang menjadi mayoritas, tetapi Muslim Amerika sangatlah beragam, tak terkecuali di Chicago.
Imam Malik dan Imam Hanafi tidak mewajibkan wasiat taqwa dalam khutbah. Membaca tasbih dan tahlil saja bagi keduanya dalam khutbah boleh sebagaimana termaktub dalam kitab Rahmah al-Ummah fi Ikhtilaf al-Aimmah yang ditulis Syekh Muhammad bin Abdurrahman.
Berbeda dengan Jumat di Bond Chapel, Khatib Jumat di Comprehensive Cancer Center The University of Chicago menyebut wasiat taqwa dan sejumlah ayat Al-Qur’an di dalam khutbahnya.
Khatib asal Turki berdiri di balik mimbar. Azan pun kembali digemakan. Sembari menunggu azan rampung, pria yang menjadi Chaplain di Rumah Sakit The University of Chicago itu membenahi posisi laptopnya yang diletakkan di atas mimbar agar membaca teks khutbahnya nyaman.
Dalam kesempatan tersebut, pria yang bernama Muhammad Aslan itu menyampaikan tentang pentingnya mengingat Allah dalam setiap kondisi.
“Alhamdulillah,” demikian ia menyarankan agar jamaah sering-sering mengucapkannya dalam kondisi apa saja. Sebab, segalanya bersumber dari Allah.
Pakaian
Umumnya di Indonesia, para khatib mengenakan pakaian gamis atau baju koko dengan sarung dan peci sebagai penutup kepala. Pakaian demikian pada khatib dan imam jarang ditemui di kampus The University of Chicago.
Tiga kali shalat Jumat di kampus ini, pakaian demikian hanya sekali tampak dikenakan Imam Christopher Abdul Karim.
Berbeda dengannya, Muhammad Aslan mengenakan celana panjang dengan baju yang dilapis coat panjang. Ia tak mengenakan peci atau penutup kepala apapun.
Serupa dengan Aslan, Nabil Sayeed saat menyampaikan khutbah Jumat di Bond Chapel pada 13 Desember 2024 juga tidak mengenakan penutup kepala. Bahkan, ia hanya berkaos saja dengan celana panjang di bagian bawahnya.
Waktu dan tempat
Setidaknya, ada tiga tempat yang menyediakan shalat Jumat di The University of Chicago. Ketiga tempat ini mengadakannya di waktu yang berbeda. Meskipun waktu Dzuhur tiba pukul 11.46, tetapi Jumat tidak digelar di waktu tersebut.
Pertama, Bond Chapel. Gedung ini berada di area utama kampus The University of Chicago. Dari Perpustakaan Joseph Regenstein, jalan menyeberang masuk melalui gerbang utama sekitar 6 menit. Di gedung ini, Jumat digelar pukul 1.25 dan iqamah pukul 1.50.
Mendekati musim dingin ini, waktu tersebut sangat mepet dengan masuknya waktu Ashar yang tiba sekitar pukul 14.00. Karenanya, sebagian jamaah bertahan sampai tiba waktu Ashar guna shalat jamaah Ashar.
Berbeda dengan Bond Chapel, waktu shalat Jumat di dua tempat lainnya lebih awal. Di Gedung 860 atau Comprehensive Cancer Center The University of Chicago di Jalan E. 59th , ruang H103 (Goldblatt lobby), azan dikumandangkan pukul 1:00 dan iqamah pukul 1.25. Pun di Gedung CCD Chapel Lantai 7 dilaksanakan lebih awal lagi, yakni khutbah dimulai pukul 1 siang.
* saat ini penulis feature ini adalah pengajar di Pondok Darul Amanah Buntet Pesantren Cirebon sekaligus peserta program Micro-Credential di American Islamic College, Chicago, Amerika Serikat atas beasiswa Dana Abadi Pesantren Kementerian Agama berkolaborasi dengan Lembaga pengelola Dana Abadi Pendidikan (LPDP).