Pengajian keagamaan mestinya menjadi lahan untuk menyebarkan kebaikan dan ilmu pengetahuan, khususnya yang berkaitan dengan agama. Tapi faktanya, sebagian pengajian digunakan untuk menyebarkan kebencian terhadap pihak tertentu. Pada momen politik misalnya, mimbar dakwah kerapkali dijadikan alat propaganda politik dan menyerang lawan politik. Ini tentu sangat disayangkan, karena keluar dari tujuan pengajian keagamaan yang sesungguhnya.
Keberkahan pengajian akan berkurang bila pendakwah yang mengisi kajian itu mengumbar kebencian dan makian. Buya Arrazy Hasyim menjelaskan dalam pengajiannya, “Suatu majelis akan dicabut keberkahannya, jika mulai membicarakan keburukan orang. Apalagi keburukan ulama dan pemimpin.”
Kendati beda pendapat dengan ulama dan pemimpin, tidak pantas kebencian terhadap mereka diumbar di pengajian. Sebab Islam melarang makian dan cacian terhadap siapapun, apalagi kepada ulama dan pemimpin. Kalaupun tidak setuju dengan pendapat mereka, lakukan dialog dan diskusi dengan cara yang baik. Nasehati mereka dengan cara yang santun dan tidak menyakiti.
Buya Arrazy mengingatkan agar kita selalu menghormati pemimpin. Menghormati pemimpin itu bagian dari adab terhadap Allah SWT, sebab atas kuasa Allah SWT mereka menjadi pemimpin. “Kalau beda pendapat, datang kepada mereka, kasih nasehat, bukan caci-maki,” Tegasnya.
Apabila kita menemukan pengajian yang isinya hanyalah kebencian dan makian, lebih baik tinggalkan dan cari pengajian lain yang menampilkan kerahmatan Islam. Ustadz Arrazy mengatakan, “Tolong tinggalkan aja majelis seperti itu. Ada Majelis, isinya memburuk-burukan orang, caci maki orang, tinggalkan majelis itu, tidak ada lagi keberkahannya.”