Rencana aneksasi Israel dianggap menjadi salah satu sebab kian memburuknya penanganan Covid-19 di Palestina, khususnya Tepi Barat. Apalagi, saat ini, kedua belah pihak hubunganya tidak kondusif dan mengakibatkan proses koordinasi tidak berjalan sebagaimana mestinya. Padahal, beberapa bulan lalu, ketika Covid-19 menyerang, kedua pihak berencana untuk bersama-sama menangani virus ini biar tidak memperburuk situasi.
“Sayangnya, situasi di lapangan dengan cepat dipengaruhi peningkatan tajam kasus Covid di Tepi Barat, termasuk Yerussalem TImur serta Israel,” tutur Nickolay Mladenov, utusan husus PBB untuk perdamaian Timur Tengah seperti dikutip Antara.
Mladenov juga mengingatkan kembali bahaya virus ini. PBB, katanya, juga telah mencoba jadi jembatan kedua belah dan berusaha mencari jaringan alternatif untuk pasien-pasien yang terkena virus dan menahan secepat mungkin laju virus. Tapi, hal-hal di luar kesehatan, seperti rencana aneksasi dan lainnya itu, membuat segalanya jadi rumit.
“Saya juga prihatin bahwa kita telah mundur jauh dari koordinasi yang terjalin di awal tahun, saat gelombang pertama virus menyerang. Situasi ini bisa berakibat serius pada kemampuan untuk mengendalikan penyebaran virus dan dampaknya bagi masyarakat,” tambahnya.
Saat ini, kementerian Palestina mengonfirmasi, ada 10.923 kasus Covid di Gaza dan telah menimbulkan 67 kematian dan jumlah itu terus bertambah. [DP]